11 - Toilet Cowok

338 20 0
                                    

Warning : Semua tindakan ataupun ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

Sabtu yang cerah. Matahari bersinar indah dengan hiasan awan di sekitarnya. Namun, jangan terlalu berekspetasi tinggi, karena akhir-akhir ini cuaca sedang labil.

Sekolah masih sepi. Bahkan kelas Raksa masih kosong tak berpenghuni manusia. Kecuali Raksa tentunya.

Raksa menarik nafas lelah. Otaknya tidak bisa berhenti memikirkan kelakuan Nara yang sangat memalukan baginya semalam. Cewek gila itu sangat serius untuk menjatuhkannya. Dan pastinya cara yang dilakukannya tidak pernah gagal membuat ia emosi.

Nara dengan segala kelicikannya.

Sumpah, Raksa ingin sekali cewek itu menghilang dari hidupnya. Menjauh sejauh-jauhnya. Ia ingin kembali seperti dulu. Saat dirinya tidak diperdulikan siapapun. Meskipun ia harus berurusan dengan cowok brengsek seperti Joni.

Saat ini, Raksa bahkan sudah lama tidak melihat Joni dan dua teman yang juga brengsek itu. Paling tidak untuk beberapa hari belakangan ini. Entah apa yang direncanakan mereka, karena Raksa tau bahwa mereka tidak mungkin melepaskannya.

Joni itu gila.

Namun, Nara jauh lebih gila.

Sekarang ia malah bertanya-tanya dalam hati, apa yang akan dilakukan Nara selanjutnya?

Raksa menelungkupkan kepala di atas lipatan tangan. Memejamkan mata yang entah kenapa terasa berat. Ia rasanya ingin tidur.

Suara kursi di tarik terdengar dari depan. Begitu nyaring sampai membuat Raksa terganggu. Ia mengangkat kepala, ingin melihat teman sekelas yang duduknya memang di depan situ.

Namun, yang dilihat Raksa bukan teman sekelas bernama Beni, melainkan seorang cowok ganteng bermata tajam dan gelap. Dengan jaket kulit berciri khas.

Raksa tertegun.

Bayangan percakapannya dengan orang ini kemarin terbayang di kepala. Bersamaan dengan penawaran cowok ini. Penawaran yang menurut Raksa tidak akan pernah ia terima.

Cowok itu adalah Bara.

Ketua dari geng motor besar yang memiliki pengaruh yang juga besar bernama Ilyon. Dia hanya datang seorang diri. Entah kemana empat sohibnya yang rasanya seperti perangko itu.

Bara hanya diam. Menatap penuh intimidasi orang yang ada di hadapannya. Wajahnya datar tanpa ada sedikit lengkungan di bibir.

Raksa juga hanya diam. Ia tidak tau apa tujuan sang ketua dari geng bergelar raja ini menemuinya. Dan bahkan duduk di depannya layaknya patung bermata tajam.

Mereka berdua sama-sama diam. Sama-sama berwajah dingin. Bedanya hanya dari tatapan. Jika Bara menatap tajam penuh intimidasi, beda dengan Raksa yang menatap dingin penuh tanya.

Raksa risih.

Kalau saja yang didepannya ini bukan Bara, pasti Raksa akan memilih tidur. Persetan dengan rasa sopan, karena apa yang dilakukan orang itu cukup mengganggu. Tapi, yang di depannya saat ini Bara. Tidak mungkin Raksa melakukan tindakan itu. Oh, mungkin jika dia memang ingin mencari perkara dengan Ilyon.

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang