8 - Pertikaian

234 17 0
                                    

Warning: Semua tindakan dan ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

Pagi ini Raksa sudah stand by di kantin sekolah. Ia duduk sambil melahap nasi kuning yang dijual di sini.

Semua ini gara-gara kejadian semalam. Gara-gara ia melempar bakminya, ia tidak bisa mengisi perut. Stok mie dirumah juga sudah habis. Alhasil, dirinya harus menahan lapar.

Semalam memang malam yang panjang. Raksa bahkan masih ingat jam berapa dia sampai dirumah.

02:00

Gila memang!

Raksa merenungi banyak hal dari semalam. Ia bisa merasakan tubuhnya lumayan sakit karena harus bertarung selama itu. Lawannya semalam sangat kuat. Sangat kelihatan kalau mereka adalah orang terlatih dan handal.

Sekarang pertanyaannya, siapa mereka?

"Hai kawan!"

Joni tiba-tiba datang merangkul pundak Raksa. Cowok itu duduk di sebelahnya sambil tersenyum penuh maksud. Sementara dua temannya sudah tertawa-tawa sambil duduk di depan mereka.

"Lo ke kantin kok ngak ajak-ajak kita, sih?" tanya Joni semakin duduk merapat ke Raksa.

"Iyanih, si Raksa kejam banget sama kawan sendiri!" sambung Dion dengan nada mengejek.

Raksa hanya diam. Membiarkan mereka yang kembali merundungnya. Seperti yang diduga, Joni tidak mungkin berhenti hanya karena ancaman cewek gila seperti Nara.

Rangkulan dipundak secara perlahan berubah menjadi cengkraman kuat. Joni mendekatkan wajahnya ke kuping Raksa.

"Masih aman sama Nara?" bisik Joni. "Udah dibayar berapa sama dia?" lanjutnya dengan senyuman miring.

Seketika tangan Raksa mengepal kuat. Hatinya langsung panas dengan ucapan menjijikkan itu.

Berengsek.

Tangan Joni mengelus leher Raksa pelan. Cowok itu menatap Raksa dengan pandangan yang sangat merendahkan.

"Nara suka ngelus-ngelus leher lo kan? Pasti udah dicium juga!"

Raksa tidak tahan. Ia menatap Joni dengan tatapan membunuh.

"Apa? Gue bener, kan? Buktinya bibir lo aja..." Joni semakin mendekatkan wajahnya, "udah ngak perjaka lagi!"

"Tutup mulut lo," tekan Raksa.

Joni mengangkat sebelah alisnya. Kemudian, senyuman miring terpampang di wajahnya. Provokasinya tidak sesulit itu ternyata!

"Kok tutup mulut?" tanya Dion sambil menangkup wajah dengan dua tangan. Cowok itu kemudian melirik Riki yang duduk anteng di sebelahnya. "Ki, kenapa harus tutup mulut Ki?" tanyanya.

Riki melirik Raksa dengan penuh penilaian. Cowok itu bahkan mendekatkan wajahnya ke Raksa. "Mungkin... Karena dilecehkan?"

Riki dan Dion saling tatap. Sedetik kemudian, mereka tertawa puas. Bahkan Riki sampai memukul meja dengan keras, membuat beberapa orang dikantin melihat mereka.

"Eh!" Dion menunjuk wajah Raksa. "Marah si cupu nih!" lanjutnya dengan tawa.

"Kenapa?" tanya Joni menyanggah kepalanya dengan satu tangan di meja. "Panas dengernya? Tapi kan memang kenyataan!"

Tahan.

Raksa berusaha menahan gejolak hebat di dadanya. Berusaha mengontrol pikiran agar tidak sampai membuatnya bangkit dan menghajar Joni bersama dua temannya.

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang