29 - Bahaya

112 21 3
                                    

Warning: Semua tindakan atau ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

Ting

Raksa berdecak kesal. Ponselnya kembali berbunyi. Ia melirik jam di dinding. Pukul dua belas malam lewat.

Raksa menarik napas lelah. Demamnya masih tidak turun juga dan sakit kepalanya tidak kunjung hilang. Bisa-bisa ia tidak sekolah dan cuti kerja lagi besok.

Ting

Raksa melirik ponsel yang ada di atas nakas. Ia dengan malas mengambil ponsel itu. Dan lagi, mendapati pesan dari orang asing tadi membuat Raksa berdecak. Tangannya membuka pesan  yang dikirim dan menemukan foto Nara bersama dua teman cewek dan dua orang cowok yang tidak Raksa kenali.

Unknow:
Wah, ternyata pacar lo nakal, ya?!
Jam segini belum pulang masa?!

Raksa mengangkat sebelah alisnya. Ini orang motifnya apa coba? Raksa tidak sanggup untuk berfikir sekarang. Bisa-bisanya disaat ia sakit begini malah harus dihadapkan dengan hal merepotkan.

Kan sialan!

Unknow:
Dia mau pulang sendirian.
Kalau gue apa-apain gimana, ya?

Raksa langsung saja mengumpat kasar. Ia dengan lincah mencari nomor Nara yang sama sekali tidak disimpannya. Tentu ia berhasil menemukannya karena cewek itu cukup sembarang meninggalkan nomornya dimanapun, pada siapapun!

Raksa beberapa kali menelpon cewek itu, hingga pada panggilan ke tiga baru diangkat.

"Raksa?!! Ini lo?"

"Dimana?" Tanya Raksa langsung. Tangannya memijat kepalanya dengan lemah.

"Eh? Ah, ini di pinggir jalan!"

"Sendiri?"

"Iya."

Sialan!

Ingin sekali Raksa memaki cewek satu ini, kenapa bisa-bisanya pulang di jam segini sendirian. Tidak peduli mau sekuat apa dia, tetap saja dia cewek. Iya kan?

"Telpon Bara sekarang, atau siapa yang bisa diminta buat jaga lo. Cepetan!" Perintah Raksa. Ia bahkan sampai harus bangun dari tidurannya, membuat kepalanya super duper sakit. Rasanya Raksa benar-benar sudah mau pingsan sekarang.

"Tunggu, lo kenapa? Lo khawatir sama gue? SERIUS?"

Raksa berdecak sebal. Memang sekali gila tetap gila! Nih orang ngak tau aja kalau dirinya dalam bahaya. Raksa benar-benar tidak habis pikir.

"Eh, itu siapa?"

Raksa menegang. Apa yang keluar dari mulut Nara membuat ia tanpa sadar cemas.

"Jangan deketin siapa pun itu! Lo sekarang naik ke motor lo terus pergi secepat mungkin dari sana. Kemana aja, kerumah gue juga boleh!"

"Oke, gue ke rumah lo sekarang!"

Tut.

Panggilan dimatikan Nara.

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang