Warning: Kata-kata kasar disini tidak untuk ditiru. Silahkan bijak dalam membaca!
***
"BANGUN LO!"
BUK
BUK
BAK
"BANGUN LO SIALAN! BANGUN!"
"CUPU BRENGSEK!"
Cowok dengan rambut ikal itu menatap remeh seorang cowok yang sedang meringkuk di lantai kelas yang kosong.
Waktu menunjukkan jam dua lewat. Bel pulang jelas sudah bergema di SMA Ranu Bangsa. Itu tandanya, aksi pem-pembullyan yang dialami cowok malang itu tidak diketahui siapapun, kecuali mereka.
BUK
"BRENGSEK, GUE BILANG BANGUN YA BANGUN!"
BUK
BUK
BUK
"Sshh..." Ringisan ngilu keluar dari bibir cowok itu. Ia yakin tubuhnya sudah dipenuhi banyak memar. Sudut bibirnya juga masih meninggalkan darah.
"Ngak bakal bangun si cupu tuh Joni!" seru cowok berambut gondrong yang duduk di atas meja guru dengan santai.
Joni tertawa mendengarnya. Ia berjongkok. Meraih paksa wajah cowok itu dan memaksanya untuk melihat dirinya.
"Raksa... Raksa..." Joni berdecak sinis. "Lo tau ngak kesalahan lo hari ini apa?"
Cowok cupu bernama Raksa itu tidak menjawab. Mulutnya terkatup rapat dengan wajahnya yang datar. Tangannya menekan perut dengan kuat karena sakit akibat tendangan Joni.
Joni mendekatkan wajahnya ke Raksa. "Kesalahan lo masih sama, yaitu karena lo cupu!"
Setelah mengatakannya, Joni dengan kasar melepaskan wajah Raksa. Ia bangun dan sedikit mundur. Matanya kembali melayangkan tatapan remeh dengan senyum puas di wajah.
Joni kembali tertawa. "Hahaha! Gila, bahagia banget gue liat lo seperti ini!"
Raksa hanya diam. Sudah biasa. Selama satu tahun lebih dia sudah biasa di bully oleh Joni dan gengnya.
"Dion, Riki! Menurut lo berdua, si bangsat satu ini harus diapain?"
Cowok dengan rambut gondrong itu turun dari meja. Namanya Dion. Teman se-geng dengan Joni.
Ia berjalan mendekat ke dua orang yang jelas memiliki peran yang berbeda. Satu yang bully, satunya lagi yang di-bully.
"Hm, rapihin rambutnya?" Dion bertukar pandang dengan Joni. Kemudian keduanya tertawa.
"Oy Riki! Stop dulu nonton bokepnya bangke!" Seru Joni.
Suara-suara menjijikkan yang sedaritadi mengaung seketika berhenti. Cowok dengan wajah yang terlihat mesum, dengan kulit sawo matangnya itu turun dari meja di pojokan. Ia memasukkan ponsel ke dalam saku dan berjalan menghampiri teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERAKSA
Roman pour Adolescents"Mulai sekarang lo mainan gue!" Ucapan itu adalah perintah. Unsur paksaan jelas tersirat didalamnya. Raksa tidak pernah menduga kalau hal konyol seperti itu terjadi padanya. Ketika sang ratu sekolah menghampirinya dan mengucapkan deklarasi gila itu...