Warning: Semua tindakan atau ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!
*
Pukul enam pagi. Raksa bahkan baru saja berniat untuk mandi sesaat ia mendengar gedoran yang terkesan merusak pintu rumahnya itu. Dengan penasaran sekaligus kesal, ia berjalan ke pintu utama.
Dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sosok Nara dengan seragam sekolah yang memang tidak pernah terpasang rapi. Namun, kali ini berbeda. Cewek itu terlihat lesu dan sedikit pucat.
"Lo ngak tidur?" Akhirnya kalimat itu yang terlontar. Bukan protes yang memang sudah tersimpan kata-katanya di kepala.
"Lo jujur sama gue!" Suara Nara terdengar bersamaan tarikan napas cewek itu yang seolah habis lari marathon. Padahal kalau Raksa lihat kedepan ada motor Nara.
"Lo diteror?" Tanyanya setelah mengatur napas.
Raksa menatap Nara curiga. Ia tau maksudnya adalah pesan-pesan konyol entah dari siapa. Namun, pertanyaannya darimana cewek satu ini tau?
"Lo kepoin privasi gue?" Tanya Raksa penuh selidik. Ia menatap dengan dingin. Ia pastikan kebenciannya yang sedikit berkurang terhadap cewek ini akan membludak dan tak terbendung jika itu benar.
Nara berdecak. Pertanyaan Raksa dengan tersirat memberitahunya kalau itu benar. Sekarang, Nara harus mencaritau siapa orang sampah itu.
"Dia ngancam apa ke lo?" Tanya Nara lagi tanpa menjawab pertanyaan Raksa sebelumnya, membuat Raksa berdecak.
"Darimana lo tau?" Dan Raksa kali ini tidak ingin mengalah. Ia harus tau perihal itu.
"Dari bajingan yang ganggu lo itu!"
Okei. Sekarang Raksa mulai mengerti alur masalahnya.
"Ngak ada." Raksa menyandarkan tubuhnya ketembok. Ia melirik langit yang masih gelap. Sekali lagi, ia tidak habis pikir dengan cara kerja otak Nara itu.
"Lo bohong, kan?! Jawab yang jujur aja kenapa, sih?!" Kesal Nara.
Raksa menarik napas jengah. "Mending lo pergi. Gue mau mandi!" Ucap Raksa lalu menutup pintu rumah tanpa peduli Nara yang kembali menggedor-gedor di depan.
Raksa berjalan ke kamar mandi. Sekarang ia semakin merasa bahaya. Orang gila yang entah siapa itu bahkan sampai meneror Nara.
Raksa pikir orang itu hanya bermasalah dengannya saja, tapi ternyata tidak. Sampai detik inipun Raksa belum tau apapun tentangnya. Memang ia bahkan belum mulai mencari tau. Karena jujur aja dirinya bahkan ngak punya koneksi yang bisa membantu.
Raksa memejamkan mata. Tangannya memijit kepala. Sambil jalan dia mengomel dalam hati.
Memang masalah taunya nyusahin aja.
*
Nara mengemut milkita dengan wajah penuh kerutan. Membuat dua temannya menatap heran. Pasalnya dari pagi sampai waktu istirahat ekspresi itu terus saja melekat di wajah Nara.
"Lo kenapa, sih?" Tanya Saski yang sudah jengah melihat muka masam Nara. "Beban hidup apa lagi yang lo pikirin?!"
Sialan, maki Nara dalam hati. Ucapan Saski membuat ia rasanya ingin melenyapkan manusia itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERAKSA
Teen Fiction"Mulai sekarang lo mainan gue!" Ucapan itu adalah perintah. Unsur paksaan jelas tersirat didalamnya. Raksa tidak pernah menduga kalau hal konyol seperti itu terjadi padanya. Ketika sang ratu sekolah menghampirinya dan mengucapkan deklarasi gila itu...