26 - Yang Dinanti

175 17 4
                                    

Warning: Semua tindakan ataupun ucapan kasar disini tidak untuk ditiru. Mohon bijak dalam membaca!

*

Raksa mengusap wajahnya kasar. Frustrasi dengan apa yang sedang menimpanya. Padahal ia sudah sedikit merasa lebih tenang setelah beberapa hari terus dilanda dendam terhadap keluarga Veska. Tapi itu sama sekali tidak bertahan lama, karena sekarang ia dibuat kacau dengan tindak-tanduk Ilyon. Ditambah lagi brengseknya Nara.

Tidak, Ilyon dan Nara sama saja. Ia tidak akan lupa bagaimana mereka menyentuhnya semalam.

Sial! Berulang kali dipikirkan dirinya tetap marah. Ditambah rahasia besar yang dijaganya selama ini terbongkar.

"Raksa, itu... Bara nyariin lo?!"

Pemberitahuan bernada bingung itu membuat Raksa menghela napas. Berdiam diri beberapa menit setelah bel pulang sama sekali tidak membuat dirinya terhindar dari orang-orang gila itu.

"Lo punya hubungan apa dengan geng Bara?" Tanya teman sekelas Raksa itu dengan kepo.

Raksa tidak berniat menjawab. Bukan hal yang penting, tentu saja! Dia tidak dekat dengan siapapun disini.

Teman sekelasnya berdecak. Dengan kesal dia pergi meninggalkan Raksa. Sementara Raksa memijit keningnya. Ia dengan malas membereskan buku-buku yang masih terbangkalai diatas meja.

Kaki jenjangnya berjalan keluar kelas. Ia langsung melihat lima orang kesayangan anak-anak Ranu Bangsa itu berdiri secara acak di depan kelasnya.

"Hai kawan!" Sapa seseorang yang kalau ngak salah namanya Geo. Raksa yakin kalau dia tidak akan lupa dengan wajah cowok yang memberikan air ke Bara bangsat semalam. Gara-gara air itu usaha penyamarannya hancur!

Dan sekarang, ia harus terjebak dalam lingkaran hidup mereka.

Sialan!

Sementara satu diantara mereka, yang badannya lebih kecil menghampiri Raksa dengan senyum kalem.

"Selamat bergabung!"

Raksa tidak menggubrisnya. Baginya tidak ada yang perlu dibanggakan. Tidak ada yang perlu diucapkan selamat. Dia bahkan tidak mendeklarasikan kalau dia bergabung.

"Malam ini ke markas!" Perintah Bara seenak jidat.

"Penting?" Sinis Raksa.

Bara tersenyum miring. Dengan angkuh dia menatap Raksa. "Jaga rahasia lo!"

Bangsat. Sekarang, rahasianya itu dijadikan kartu as oleh bocah Ilyon satu ini. Memang brengsek.

"Gue kerja!" Ucap Raksa penuh penekanan.

"Pulangnya." Setelah dengan enteng mengatakan itu, Bara pergi meninggalkan mereka. Cowok itu bahkan tidak sama sekali menoleh kebelakang dan terus berjalan dengan satu tangan di saku celana.

Raksa sangat dongkol. Tentu kepalanya panas bukan main menghadapi tingkah menyebalkan Bara.

"Santai mas bray! Markas Ilyon ngak jauh dari tempat lo kerja kok!" Ucap Geo.

Ya, dia tau. Cuman Raksa malas berurusan dengan mereka. Itu saja.

*

Nara melamun. Cewek itu menopang kepala dengan satu tangannya. Mengabaikan celotehan Vera dan juga Saski yang entah membahas apa.

"Woy!" Senggol Saski. Ia menatap aneh ke arah Nara yang tidak banyak tingkah seperti biasanya. "Mikirin apaan?"

Nara masih diam. Bayang-bayang Raksa semalam sangat menghantui pikirannya. Wajahnya, fisiknya, semuanya!

ERAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang