8. SURREPTITIOUS

446 75 11
                                    

8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

8. SURREPTITIOUS.

“Ji—iya maaf, Ji!”

Jihoon hiraukan rintihan sakit atau darah segar di sudut bibir laki-laki berambut hitam yang kini tergolek lemah di bawah tubuhnya. Jihoon menindih perut laki-laki bername tag Yechan itu sambil meninju wajahnya bertubi-tubi. Jihoon benar-benar gelap mata.

“Ji maaf—” Yechan tidak berdaya untuk melawan tenaga besar Jihoon. Bibirnya sudah perih juga matanya berkunang.

“Ji Ji! Stop woi itu anak orang!” Niki datang menarik penutup kepala hoodie hitam Jihoon lalu membawanya mundur dari jangkauan Yechan yang nyaris sekarat andai mereka telat tandang.

Niki tidak sendirian melainkan datang bersama Junghwan, Junkyu, Yoshi dan beberapa siswa dari kelas lain yang kepo.

Dengan napas memburu Jihoon menghempas kasar tangan Niki dari bahunya. Jihoon tidak mau disentuh.

“Lo kenapa, Ji?” tanya Yoshi.

Belum puas, Jihoon maju bermaksud menerjang tubuh tak berdaya Yechan sekali lagi tapi Junghwan sigap menghadang dengan tubuh gempalnya.

“Ulangi lagi lo ngomong gitu gua retakin tengkorak lo!” Jihoon terlihat amat dikuasai amarah menunjuk-nunjuk pada Yechan.

“Kalau gak tau apa-apa itu diem! Jangan sok tau!” katanya lagi dengan mata merah.

Bel tanda dimulainya ujian terdengar ke seluruh penjuru sekolah tapi kerumunan disana tidak juga angkat kaki kembali ke kelas masing-masing.

Tak lama kemudian Pak Yejun datang dengan langkah tergesa-gesa membelah gerombolan para siswa di tepi lapangan itu. Dilihatnya Yechan dibantu berdiri oleh Junkyu dan Yoshi. Wajahnya lebam dan darah menetes dari sudut bibir.

Atensi Yejun pindah pada Jihoon. Sang putra sulung itu pasti menyadari keberadaannya namun lebih memilih hindari kontak mata dengannya. Tangan kanan Jihoon terlumur darah yang tak langsung picu tensi Yejun.

“Jihoon ada apa ini?!”

Tidak ada jawaban. Semua orang disana hening.

“Yoshi, bawa Yechan ke UKS!” titah Yejun disanggupi Yoshi.

“Jihoon, kamu ikut ke ruangan saya.”

****

Jihoon bersandar di kursi depan meja kepala sekolah. Tangannya mengepal kuat di dua sisi pegangan kursi. Fokusnya hanya pada papan nama akrilik bertuliskan HEADMASTER yang sengaja diletakkan di atas meja kaca.

Di seberang meja, Yejun menatap lamat wajah tanpa penyesalan sang putra. Jihoon membuatnya naik darah dua kali pagi ini.

“Apa yang kamu lakukan tadi, Jihoon?”

“Tadi dia—”

“Merasa jadi jagoan kamu?”

“Dia duluan.” Jihoon belum mau bersitatap dengan Kepala sekolah sekaligus ayah kandungnya tersebut.

Vengeance | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang