11. BUKU NEUROLOGI DAN TOKSIKOLOGI

462 73 18
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. BUKU NEUROLOGI DAN TOKSIKOLOGI.

Aroma rempah dari masakan Mashiho menyeruak ke seluruh penjuru asrama. Menjadikan dapur sebagai medan magnet para oknum perut kosong sebelum berangkat sekolah.

“Sunghoon!” Hyunsuk tampik tangan Sunghoon yang kedapatan berusaha mengambil bakwan di piring. Bukan karena apa, terhitung Sunghoon sudah makan tiga sejak bakwan jagung itu baru tiris.

“Enak tau,” cengir Sunghoon.

“Enak ya enak tapi inget temen juga. Yang lain nggak kebagian nanti.” Hyunsuk menaruh piring di tengah untuk teman nasi.

“Ini kalau dijual laku keras, Jay,” puji Sunghoon pada Jay yang hanya tersenyum tipis mendengarnya. "Gue boleh panggil lo Jay juragan bakwan gak?"

“Sayur beningnya udah siap, Shi?” Jay malah bertanya pada Mashiho. Mengabaikan pertanyaan Sunghoon yang dipikirnya tidak perlu direspons.

“Tinggal angkat,” jawab Mashiho.

“Biar gue panggil yang lain.” langkah Yoshi yang berniat keluar dari dapur terhenti di pintu kala tubuh Junkyu dan Jungwon muncul di depannya.

“Yang lain mana?” tanya Yoshi pada keduanya.

“Jihoon masih siap-siap di kamar. Bentar lagi juga nyusul,” jawab Junkyu, teman sekamar Jihoon.

“Kalau Jeongwoo?” tanya Yoshi pada Jungwon.

Jungwon menghela berat memikirkan Jeongwoo. “Ya kayak biasanya.”

“Belum bangun dia?” tanya Junkyu.

“Tuh anak bener-bener emang. Kalau tidur udah kayak mati!” kata Jungwon tidak habis pikir. “Tadi alarmnya bunyi dua kali. Gue udah coba bangunin tapi dia ngangguk doang.”

“Ya udah kalian sarapan dulu aja, Jeongwoo biar gue yang bangunin,” ucap Yoshi.

“Bagus deh. Jeongwoo emang butuh orang dengan kesabaran berlapis buat bangunin. Kalau sama gue udah gue lempar sepatu.” Jungwon membenarkan panel tas di bahunya.

Password pintunya?” tanya Yoshi mengingat tiap pintu kamar asrama diamankan dengan sandi.

“0404.”

Yoshi beranjak dari tempatnya berdiri menuju kamar Jungwon dan Jeongwoo. Bermodal sandi yang Jungwon beri, pintu di depannya berhasil dibuka.

Jeongwoo masih terlelap di ranjang atas adalah hal pertama yang Yoshi lihat.

“Jeongwoo ....”

“Bangun, Jeongwoo.” Yoshi tepuk pelan bahu lebar pemuda itu. Berharap Jeongwoo bisa bangun supaya tidak terlambat ke sekolah.

“Hm?” hanya itu reaksi Jeongwoo.

“Bangun, Woo. Udah jam enam lebih.” kini Yoshi bergerak membuka jendela dan mematikan pendingin ruangan.

Vengeance | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang