24. DOLOROUS

457 90 23
                                        

24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. DOLOROUS.

Layaknya malam-malam yang telah berlalu sejak teror di Heuri High School dimulai. Kehangatan antar penghuni asrama satu kian terkikis, tergantikan rasa saling curiga dan cemas terhadap nyawa masing-masing.

Setelah makan malam, anak-anak akan mencari ruang masing-masing. Masuk ke kamar, atau sekedar duduk di teras sambil menanti perizinan pergi dari tempat yang bak sudah terkutuk ini.

Tiada lagi perbincangan, canda tawa atau menonton televisi bersama. Asing.

Dan seorang Jeongwoo di kamarnya, seorang diri. Entah dimana Jungwon teman sekamarnya itu pergi.

Laki-laki ini banyak melamun sejak menjadi saksi jenazah Jake di lapangan hari itu. Tidurnya akhir-akhir ini terganggu. Jeongwoo keseringan melihat rupa mayat Jake tiap kali berkedip.

Hingga malam ini Jeongwoo putuskan untuk merekam dirinya sendiri bermodal kamera ponsel yang ia letakkan di atas tumpukan buku di meja belajar.

Jeongwoo membetulkan posisi kursinya agar berada tepat di tengah frame. Barulah ia pencet tombol rekam video.

“Hai, Ma. Ini Jeongwoo.”

Menggaruk alis, “Kalau Mama nonton video ini, berarti aku udah gak ada ya, Ma?”

“Kemarin Jeongwoo habis ngeliat secara langsung mayat Jake, temen Jeongwoo. Bener-bener jelas di depan mata.”

“Jeongwoo jadi takut sendiri. Aku gak tidur nyenyak.” Jeongwoo tarik napas untuk jeda. “Jeongwoo takut bentar lagi Jeongwoo yang dibunuh.”

“Traumatis banget, Ma.”

“Jeongwoo nyesel sekolah disini.”

“Sumpah Jeongwoo nggak paham. Pusing banget.” Jeongwoo menggeleng penat. “Anak-anak saling tuduh.”

“Jadi, Ma. Kalau Jeongwoo beneran nggak bisa survive sampai akhir, mama jangan nangis ya.” air mata mulai tergenang di pelupuk mata Jeongwoo. Rasanya sangat sesak.

“Maafin aku harus pergi sebelum bisa bikin Mama bangga. Aku udah usaha jadi anak yang baik-baik dan Jeongwoo harap mama bisa sedikit bahagia sama prestasi Jeongwoo selama sekolah.”

“Mama jaga diri ya. Sehat-sehat.” Jeongwoo tersenyum getir pada dirinya di kamera.

“Jangan mikirin Jeongwoo. Aku udah bahagia.”

I love you, Mom!”

“Sekali lagi maaf kalau udah bikin mama kecewa. Kadang Jeongwoo childish, kadang aku juga cengeng, keras kepala, suka bertindak gegabah, penakut.”

“Mama gak akan sendirian. If you feel alone, just look at the sky and smile.”

Jeongwoo usap air mata yang hendak meluncur dari sudut matanya. “Aku berusaha gak nangis pas rekam ini, Ma. Jadi mama jangan nangis.”

Vengeance | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang