Hari bersilih ganti. Pengangkatan bangkai mobil beserta tiga anggota keluarga Jaehyuk dilakukan pasca dua hari penyisiran oleh timsar di teluk yang sempat Jeongwoo sebut tempo hari.
“Abis ini jangan nyusahin gue lagi, To,” ucap sepupu Haruto seraya terus menatap mobil keluarga Jaehyuk di tarik naik ke atas kapal feri untuk dibawa ke tepi.
Menurut pengakuan Yejun, mobil yang keluarga Jaehyuk tumpangi jatuh ke teluk setelah pesuruhnya menyabotase rem. Yejun saksikan sendiri peristiwa itu. Kendaraan roda empat tersebut terjun dari jalan berliku tepi teluk dan berguling beberapa kali sebelum jatuh dari ketinggian lima puluh meter dan tenggelam.
Ia juga mengaku bahwa mobil itu jatuh tak jauh dari bibir teluk. Tapi, mungkin mobil terseret arus hingga jauh ke tengah dan semakin dalam setelah berminggu-minggu.
Haruto menautkan kedua lengan di belakang tubuh dan memperhatikan ke arah yang sama. “Baru dimintain tolong sekali aja udah begitu lo. Jangan lupa lo bisa di posisi ini karena siapa.”
“Maksud lo?”
“Lo bisa punya pangkat tinggi karena Papa gue. Jangan bikin gue lapor ke Papa nyuruh cabut.”
“Cabut pangkat gue?”
“Nyawa lo,” pungkas Haruto.
Keduanya kemudian diam. Memperhatikan ukuran kapal feri yang semakin besar kala mendekat pada posisi mereka berdiri.
Bisa mereka lihat jenazah tiga orang tak bersalah itu masih di kursi mereka.
Pemandangan yang membuat hati Haruto teriris sekaligus membara. Ia berpaling ke arah lain. Tidak sanggup melihat lebih jelas.
Ternyata ada manusia seburuk Yejun yang sampai hati mencelakai orang lain demi kepentingan pribadi.
Orang di sebelah Haruto mengayun tangan setinggi kepala dan menunjuk ke kanan. Memberi haluan supaya nahkoda membawa kapal agak ke kanan dimana sudah siap truk towing untuk mengangkut mobil Jaehyuk.
“Gimana Yejun?” tanya Haruto.
“Sidangnya tiga hari lagi.”
Haruto berhembus panjang. Angin sepoi-sepoi meniup rambut hitamnya. “Bisa request hukuman buat dia gak?”
“Emang kalau boleh lo mau request apa?”
“Kalau bisa giginya dicabut satu-satu, lidahnya dipotong, matanya dicongkel, kuku jarinya ditarik, terakhir tangannya diikat, kakinya kasih pemberat terus ceburin kolam hiu hidup-hidup.”
Perkataan Haruto membuat orang disampingnya tertoleh kaget. “Kok lo bisa kepikiran sekejam itu, To?”
“Iya,” ucap Haruto. Tatapannya kosong ke aliran air teluk. “Semestinya lo bersyukur Tuhan karuniai gue nurani yang gak tegaan dan akal sehat.”
“Kenapa gitu?”
“Karena kalau enggak, semua hal tadi bukan cuma angan-angan dan udah gue lakuin dari dulu,” ujar Haruto.
“Haruto!”
Haruto tersenyum lebar menyambut rombongan yang baru datang dari arah belakang.
“Hei!” Haruto bersalaman ala pria dengan Mashiho dan Yoshi.
“Hei Haruto!” Hyunsuk tepuk pundak Haruto dan memeluknya erat.
“Bangsat ya nih anak,” tunjuk Sunghoon pada Haruto mengundang gelak tawa disana.
“Tau nih! Lo bikin kita semua sedih!” kata Doyoung.
“April mop!” Haruto menjulurkan lidah mengejek.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vengeance | Treasure
Детектив / ТриллерRasa sakit dan duka melahirkan pembalasan dendam. ft. Enhypen. Selayaknya aktivitas normal siswa pada umumnya yang terus berpendar dengan kegiatan belajar. Kehidupan sembilan belas penghuni asrama satu Heuri High School berjalan sangat baik hingga j...