Rasa sakit dan duka melahirkan pembalasan dendam.
ft. Enhypen.
Selayaknya aktivitas normal siswa pada umumnya yang terus berpendar dengan kegiatan belajar. Kehidupan sembilan belas penghuni asrama satu Heuri High School berjalan sangat baik hingga j...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
7. REVERIE.
“Aku tidak pernah berbohong karena aku tidak pernah takut pada siapapun. Jika kamu berbohong, itu artinya kamu sedang takut.” —John Gotti, Mafia New York.
Jay mendekati Hyunsuk yang melamun sembari bertumpu tangan pada pagar pembatas, memandangi gemerlap bintang di langit malam ini di teras asrama yang sepi. Sesekali Hyunsuk mengasingkan diri ketika beban pikirannya sudah diluar kapasitas benaknya.
Daripada emosinya meledak, lebih baik ia menyendiri untuk sebuah ketenangan, pikirnya.
“Suk?”
Hyunsuk menoleh sekilas dan Jay sudah ada disebelahnya.
Jay menimbang betul apa yang hendak keluar dari bibirnya. Hyunsuk terlihat sedang tidak ingin diganggu.
“Speak,” titah Hyunsuk sudah menebak bahwa ada sesuatu yang ingin Jay bahas dengannya.
“Maaf, tapi gue rasa Mashiho beneran pelakunya.”
“Why?” kesan tegas dan garang senantiasa lekat begitu Hyunsuk mulai menunjukkan aksen Inggrisnya.
“Lo inget waktu dia nyamperin kita ke kamar lo waktu itu dan bilang kalau Jungwon bisa jadi pelakunya?”
Pengamatan Hyunsuk langsung jatuh. Dari semula menatap hamparan langit hitam ke tanah berumput pendek di depan teras.
“Kalian gak curiga sama sekali gitu sama Jungwon? Semalem pas kita kumpul, dia keliatan males bahas Sunoo. Dia cuma protes pas Jeongwoominta pindah kamarsama lo,” ucap Mashiho pada Hyunsuk.
“Gak cuma itu. Dimana Jungwon pas kita semua turun buat lihat Sunoo jatuh kemarin? Dia nggak ikut turun! Gue aja nggak liat dia dimana,” kata Mashiho.
“Emang dia nggak ikut turun?” tanya Jay sungguh-sungguh.
“Lo nggak nyadar dia hilang?” Mashiho bertanya balik.
“Dari situ aja udah kelihatan aneh menurut gue. Disaat yang lain panik sama Sunoo, bisa-bisanya dia tahu kalau Jungwon nggak ada disana.”
“Maksud lo dia ngawasin kita?” tanya Hyunsuk masih sibuk memutar ulang percakapan mereka tempo hari.
“Iya,” angguk Jay. “Dan dia nyoba adu domba kita perlahan.”
“Tapi lo gak bisa nuduh dia sembarangan. Mashiho anaknya emang teliti dan peka.” Hyunsuk balik badan kemudian berdiri menyandar di pagar pembatas warna putih disana. Tangannya naik menyilang depan dada.
