33. EXTRANEOUS

369 68 45
                                    

33

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

33. EXTRANEOUS.

Pak satpam langsung berdiri melihat Jihoon kembali dari dalam asrama dan menyodorkan amplop coklat padanya.

“Ini gaji anda.”

Laki-laki paruh baya yang sudah beberapa minggu bekerja menjaga asrama laki-laki itu menerima amplop dari Jihoon dengan perasaan campur aduk. Sungkan rasanya meninggalkan tugas secara dadakan. Tapi pasca semua yang ia lihat dan alami di asrama, membuat si bapak ingin segera hengkang dari sana.

“Maaf ya,” ucapnya melepas topi seragamnya dan dipegang depan dada.

Jihoon tersenyum simpul, “Saya paham betul posisi anda.”

“Kalau begitu saya permisi, Jihoon.”

Jihoon mengangguk mengizinkan, “Hati-hati di jalan, Pak. Terima kasih sudah menjaga kami beberapa minggu terakhir.”

Usai berpamitan, pria yang rambutnya sudah mulai memutih itu pergi dan tak lagi menatap ke belakang.

Jihoon pandangi punggung satpam yang mulai menjauh dari tempatnya berdiri saat ini hingga bunyi gemerincing gantungan kunci mencuri perhatiannya.

Jihoon menangkap basah Doyoung menyentuh motor milik Haruto di ruang utama. Tampaknya cowok itu berusaha menyalakan mesin motor yang tak lagi bertuan itu.

“Doy?”

Doyoung tertoleh pada Jihoon di ambang pintu. “Ya?”

“Mau ngapain?” telisik Jihoon.

“Manasin motor Haruto biar gak rusak,” jujur Doyoung. “Gue juga kangen sama Haruto. Biasanya dia suka bongkar pasang mesinnya.”

Sejenak antara dua remaja yang sama-sama baru ditinggalkan teman sekamar itu senyap.

Kepergian Haruto memang tinggalkan duka mendalam bagi seluruh asrama. Terutama rutinitas anehnya yang gemar bongkar pasang mesin motor tanpa alasan jelas. Hanya bongkar dan pasang lagi seperti bermain lego. Tak dapat dipungkiri, suara alat mekanik Haruto lah yang sering terdengar dan membuat suasana asrama tidak begitu sepi.

“Ini motornya kapan mau dibalikin ke keluarga Haruto?” tanya Doyoung membuat Jihoon teringat ucapan sang ayah semalam.

Papa sampai rela menghabisi semua keluarga Jaehyuk demi melindungi nama baik kamu dan sekolah!”

Jihoon terus memikirkannya semalam suntuk. Niat hati lapor pada polisi, namun, Jihoon masih ingat bahwa Yejun adalah ayahnya. Katakanlah Jihoon egois telah melindungi aksi keji Yejun tapi ini benar-benar keputusan sulit.

Jihoon benar-benar dilema. Mengadukan hal ini sama seperti menambahi kasus baru untuk ayahnya yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Hukuman yang kelak ia terima pasti jadi berlapis bila Jihoon buka suara.

Vengeance | TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang