Jangan sedih jika tak mempunyai banyak teman.
Sedihlah jika punya banyak teman namun tak ada satupun yang mengingatkan kita tentang Allah~Rumah Biru~
Hari berganti hari, Kegiatan belajar mengajar di Pondok sudah berjalan semenjak Santri lama kembali ke pondok
Pondok sudah mulai kembali ramai, ada yang senang ketemu temen baru ada juga yang sedih karna rindu keluarga
Namun itulah pahitnya mencari ilmu, ada yang harus di korbankan
Karna Imam Syafi'i pernah berkalam Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat, ia akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya
Jadi buat kalian yg sedang menuntut ilmu baik di Pesantren maupun diluar Pesantren jangan pernah putus asa, karna masa depan kita gak ada yang tau.
Yang belum bisa mondok karna terhalang restu juga jangan patah semangat karna gak sedikit Ustadzah yang lahir bukan dari Pondok Pesantren
Sekarang banyak majlis ilmu, banyak majlis Sholawat, silahkan hadiri dan ambil ilmu didalamnya lalu amalkan di kehidupan sehari hari
Kembali ke Topik
Kita cerita di bagian Gus Arash
Hari ini Gus Arash membadali Abahnya mengisi Jam pelajaran di Aliyah. Bukan diruang kelas melainkan di Gor
Biasanya 1 minggu sekali ada pelajaran dari abah yaitu pelajaran Fathul Ghorib yang dilakukan seminggu sekali 4 jam pelajaran di Gor
Hari ini Abah ada hal lain jadi dibadali oleh Arash
Perlu diketahui, Gus Arash Hilman Al Naqib itu adalah lulusan Universitas terbaik di Madinah, Beliau juga Hafidz 30 Juz
Gus Arash lulus diumurnya yang ke 21 dan sekarang umurnya 26 tahun
Selesai dari Madinah, beliau memang langsung pulang ke Pesantren atas perintah Abahnya untuk mengajar di Pesantren walaupun awalnya beliau ingin melanjutkan S2 disana
Selesai 4 jam pelajaran itu Gus Arash langsung memberikan kitabnya pada santri yang bertugas lalu menaikki motornya dan pulang ke Ndalem
Seperti Adab Santri pada umumnya walaupun Gus Arash menggunakan motor tapi tetap saat dia melewati Santri, Santri akan berhenti lalu menunduk dihadapannya sampai dia lewat
Sampai di Ndalem, Gus Arash turun dari motor namun baru satu langkah kakinya berjalan, ada suara yang memanggilnya
"Iya kenapa Ustadzah Fikri"
"Ada yang ingin saya omongkan ke Gus Arash apa boleh ?" Tanya Ustadzah Fikri sedikit menunduk
"Ya silahkan"
"Maaf gus, ini sedikit Privasi, disini banyak yang mendengar"
"Lalu mau dimana ? Kita gak boleh ngobrol hanya berdua"
Ustadzah Fikri pun terdiam, dia melupakan hal itu karna dia sudah menunggu hal ini lama, menyampaikan hal ini pada Gus Arash
"Loh Udah pulang Rash, ini ada Ustadzah Fikri juga" ucap Umi Khadijah
"Udah mi" jawab Arash lalu mencium tangan Umminya di lanjut Ustadzah Fikri pun melakukannya
"Ini Ustadzah Fikri ada keperluan apa ?"
"Emm itu ummi ada yang mau di omongin ke Gus Arash tapi agak privasi umi"
"Maksudnya agak Privasi ? Masuk dulu aja ke Ruang tamu Rash"
Ketiganya pun masuk ke dalam ruang tamu, Umi Khadijah di kursi single tengah yang biasa di duduki abah dan Gus Arash di sebelah kanannya berhadapan dg Fikri
"Ada apa Ustadzah ? Maaf bukannya Umi mau ikut campur karna umi gak bakal ngebolehin kalian ngobrol hanya berdua"
"Nggeh Umi, gapapa karna Fikri juga mau omongin ini ke Umi juga kalau Gus Arashnya mau"
"Mau yang bagaimana maksudnya ?" Tanya Gus Arash
"Maaf Umi, maaf Gus kalau Fikri lancang, Kalau boleh dan maaf sekali lagi, saya ingin menjadi Istri Gus Arash, dalam hal ini saya yang melamar Gus Arash menjadi suami saya, apa boleh Umi ? Gus ?"
Umi Khadijah dan Gus Arash langsung saling pandang, bagaimana bisa seorang perempuan melamar lelaki sendirian lagi
"Apa kamu tidak punya malu melamar saya ? kamu perempuan Ustadzah Fikri"
"Bukankah Sayidah Khadijah istri Pertama nabi pun melamar Nabi Gus ? apa salahnya ?"
"Gini Fikri, kamu mungkin mendengar kisah itu hanya setengah yah, Sayyidah Khadijah itu melamar Rosulullah bukan melamar seperti ini, beliau lewat perantara, karna beliau malu pada Nabi. Beliau mengutus Nafisah Binti Umayyah"
"Tapi kalaupun nanti Gus Arash mau, saya bakal bawa keluarga saya kesini Umi, mengenalkan Gus Arash, awalnya saya mau ngomong ke keluarga dulu tapi takutnya Gusnya gak mau mi" ucap Ustadzah Fikri mengganti panggilan dirinya
"Maaf Ustadzah, saya gak bisa menerimanya" tegas Arash
"Kenapa Gus ? Alasannya apa ? Kurangnya saya apa ? Biar saya sempurnakan agar pantas bersanding dengan Gus Arash"
"Rasa malu" tegasnya
Fikri pun menunduk, ini tidak seperti ekspektasinya, ini tidak seperti mimpinya
"Kalau kamu mau meneladani istri Nabi, jangan hanya bagian ini, semuanya diteladani termasuk rasa malunya"
"Maaf Gus" ucapnya menunduk
"Fikri, umi tau kamu mungkin mengagumi putra umi ini, tapi ndak gini nduk caranya, kamu sholat istikharoh, sholat tahajud, minta pendamping yang memang pantas dan Allah Ridhoi untuk kamu" nasehat Umi Khadijah
"Dan tolong berhenti mengagumi saya, karna sudah ada wanita yang memang sudah milik saya"
"Maksudnya ?"
"Kamu gak perlu tau, intinya berhenti mengagumi saya, masih banyak lelaki yang jauh lebih baik dari saya, jauh lebih bisa membimbing kamu dari pada saya"
***********************
Dulu pernah denger ucapan
Mau pilih Menjadi Sayyidah Khadijah yang melamar atau Sayyidah Fatimah yang menunggu dilamar
Tapi disitu aku berfikir mengapa hanya soal cinta saja orang orang ingin mengikuti wanita mulia itu
Mengapa tidak dengan rasa malunya, ibadahnya, sedekahnya, wiridnya, istiqhomahnya, tawadlu nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Biru
Fanfiction"Apa kamu tidak punya malu melamar saya ? kamu perempuan Ustadzah Fikri" "Bukankah Sayidah Khadijah istri Pertama nabi pun melamar Nabi Gus ? apa salahnya ?"