03. When She Came to Change My Life

73 10 8
                                    

Hari ini, aku telah berjanji dengan seorang gadis untuk pertama kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, aku telah berjanji dengan seorang gadis untuk pertama kalinya. Awalnya ragu hingga ingin sekali rasanya mengurungkan niat untuk keluar rumah pada minggu pagi ini. Tak kusangka diriku ini dengan santai menerima kemauannya untuk bertemu guna membahas hal sepele. Sempat mengira mungkin saja topik pembicaraan kami nantinya tak sebatas membahas cerita buatanku.

Aku telah bersiap dan mengenakan pakaian kemeja kotak-kotak berwarna biru kehitaman dengan bawahan jeans hitam. Saat ini, aku hanya harus memikirkan dan mempersiapkan apa saja yang akan kubawa.

"Hmm, sepertinya yang harus kubawa tuh dompet, hape, buku tulis, pena, dan tas," ujarku mengecek peralatan yang akan kubawa.

Sejenak aku terdiam dan berpikir hingga akhirnya sadar. "Hmm ... oh iya sekarang hari minggu. Kenapa aku harus membawa barang seperti orang ingin ke sekolah?!" sergahku serta menepuk jidat, "padahal niatku cuma ketemuan sama cewek yang penasaran dengan ceritaku," sambungku merasa heran.

Aku membatalkan keinginan untuk membawa barang-barang tersebut. Namun, aku akan tetap membawa dompet dan gawai. Setelah mengantongi benda tersebut. Aku langsung mengenakan jaket hoodie dan keluar dari kamar. Saat berada di depan gerbang dengan menunggangi motor andalan, tak lupa diriku untuk mengingat bahwa semua pintu sudah terkunci, hingga akhirnya menggembok gerbang. Aku langsung mengantongi kunci rumah dan segera menarik kopling, menginjak persneling, setelah itu perlahan melepas kopling dan mengisi gas. Beranjak dengan isi kepala penuh pikiran.

Untuk mengisi perjalanan yang kurang menarik ini. Aku akan menjelaskan beberapa hal. Aku sekarang tinggal sendiri di rumah. Kedua orang tuaku sedang kerja dinas di luar kota dan seperti biasa hidup mandiri.

Pagi bersekolah, siang bersosialisasi dengan teman sekelas atau lingkungan sekitar, sore hari mulai mengetik naskah, dan saat malam belajar atau melanjutkan perkembangan naskah. Pada saat seperti ini aku sangatlah bebas. Akan tetapi, tetap dapat mengondisikan diri sendiri.

Namun, ada yang sedikit mengganjal di pikiran. Aku masih heran dengan tatapan David saat di kelas kemarin. Saat pulang sekolah di kelas yang sepi, kami berdua membicarakan suatu hal mengenai Diana.

Aku berusaha mengingat hal yang kami bicarakan.

"Rei ... kau benerkan sekarang cuma mau menjomblo?" tanya curiga David.

"Perasaan dari sebelum-sebelumnya udah kujelasin kalau aku ini anti sama hal asmara begituan," sahutku bosan mendengar pertanyaan yang kesekian kalinya.

"Beneran? Buktinya kau masih dekat dengan seorang gadis," curiga David semakin menjadi-jadi.

"Kalau aku hanya berteman dengan laki-laki, ntar dikira gak normal!" belaku menaikkan nada bicara.

"Ya ... aku lihat-lihat kau sama Diana dari kemarin sampai sekarang tambah deket aja," ujar sinis David.

"Hadeh ... aku sudah berusaha menjauhinya, tapi tetap aja tuh cewek deket-deket," jelasku mengeloh.

ReshuffleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang