Reshuffle | Be Fake
Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...
Aku mengambil waktu sejenak untuk terdiam di dapur. Sebelumnya memang tak pernah direncanakan seperti ini. Tidak kusangka dia akan tetap datang dan menepati janji. Arrghh ... aku malah merasa bersalah karena menyuruh Reindra datang sampai membuat baju dan tasnya basah. Yaa ... aku tau sih kalau tasnya itu anti air.
Padahal yang kuinginkan hanyalah memberi sebuah flashdisk agar Reindra bisa mencetak tugas kelompok. Hanya saja, situasi dan kondisi saat ini membuat isi pikiranku kemana-mana.
Aku jadi bingung sendiri sekarang, apa yang harus kulakukan?
Aku merasa tidak enak rasanya, masa iya aku memberinya flashdisk ini dan langsung menyuruh dia pulang?
Aku harus memikirkan sesuatu untuk memberinya waktu luang di sini dan kelihatannya dia tidak membawa jas hujan.
Itu lah sekumpulan curahan keraguan hati yang tertumpuk di dalam lerung batinku saat ini.
Hingga akhirnya terbesit sebuah niat di dalam kepalaku untuk membuatkan sebuah minuman.
Namun, baru saja kedua lenganku bergerak sedikit. Hal itu memicu suatu pemikiran. Aku baru sadar kalau diriku ini sama sekali tak tau apa yang disukai oleh lelaki itu.
Jika aku menyuguhkan teh, apakah dia akan suka dengan yang manis?
Kalau aku menyajikan kopi, apakah dia akan tahan dengan rasa pahit?
Atau kusuguhkan susu? Mungkin dia akan berpikir jika aku menganggapnya seperti anak kecil, batinku kembali meronta-ronta akibat dari rasa kurang percaya diri dengan apa yang akan kusajikan.
Pikiranku mulai kosong .... Pandanganku sedikit kabur .... Tubuh ini secara reflek mengambil sesuatu di dalam lemari. Kurasa itu adalah teh.
Aku mulai memasukkan hal itu ke dalam cangkir lalu menuangkan air panas. Selanjutnya, mengaduk apapun yang ada di dalam. Setelah usai, segera memegang cangkir tersebut lalu keluar dari dapur.
Kenapa aku melakukan ini dengan spontan? Apakah aku gugup? Apa karena kehadiran Reindra seorang diri di sini? batinku tidak karuan karena beberapa pikiran liar.
Sajak demi sajak kebingungan dan rasa malu mulai menggebu-gebu di dalam pikiranku. Sehingga pada akhirnya.
"Ini Rei ... silakan diminum," ucapku kini telah berada di hadapannya.
"Ini minuman apa?" tanya Reindra heran.
Seketika aku bingung serta merasa ragu dengan minuman yang telah disajikan.
"Hmm ... itu apa yaa," ucapku memalingkan pandangan ke samping dan sesekali ke langit-langit.
Kurasa aku harus mencari-cari alasan agar tak dicurigai.
"Coba aja dulu, yang pasti minuman itu untuk menghangatkan badanmu."
Dia tak membalas ucapanku dan langsung menyeruput minuman tersebut.
"Gimana Rei?"
"Kok tawar dan sepet yaa? Ini teh, kan?"
Kini aku ingat bahwa setelah menyeduh minuman tersebut, diriku langsung memberikan kepada Reindra tanpa tambahan apapun.
"Oh iya aku lupa, bentar yaa aku mau ngambil gula dulu," ucapku bergegas kembali dapur.
"Eh ga usah ditambahin gula." Terdengar panggilannya membuatku berhenti mengambil langkah seribu dan segera kembali ke lelaki itu.
"Lah kenapa? Kamu gak suka manis?" sahutku sembari menghampiri Reindra.
Dia mulai melihat ke arah tehnya, "Bukan gitu ...."
Jadi dia gak marah soal teh sepet?
"Dirimu yang menemaniku di sini saja, sudah membuat teh ini terasa manis."
Suka banget, aku suka sekali kalau Reindra keceplosan seperti ini. Ini laki emang suka bikin malu aja. Aku sendiri sampai tak mampu berucap sepatah kata apapun.
Karena saat ini, mungkin saja yang berada di hadapanku sekarang adalah Reindra dengan sisi puitisnya.
~***~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.