08. First Call with Her

29 6 3
                                    

Beberapa menit, sebelum Diana bertemu dengan Theresia.

~***~

Aku berjalan dengan menyisakan rasa kekesalan dalam diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjalan dengan menyisakan rasa kekesalan dalam diri. Namun, aku sendiri merasakan ada yang mendekatiku dengan terburu-buru. Karena langkah kaki itu yang membuat firasatku mampu menebak.

"Eh sorry yaa Rei buat yang tadi ...," ucapnya menepuk pelan pundakku.

"Sans aja ... aku tau kok gimana sikapmu kalau udah di deket Diana," balasku tetap melangkah.

"Iya ... iya ... kau pasti ngerti, tapi ekspresimu cuek amat," jawabnya menatap ke depan sembari berjalan di sebelah kananku.

"Yaa sorry aja David, kan aku tadi niatnya cuma cuekkin Diana."

"Gimana rencana kita ketemuan sama Alisa? Aku harap kau bisa jadian sama dia pas ketemuan nanti," celetuk David masih menatap ke depan.

Seketika aku melihat ke arahnya dengan raut wajah keheranan tanpa menghentikan langkah, "Hah jadian? Kau kira gua bakalan pacaran sama dia? Trus kenapa mesti terburu-buru?"

"Makin lama, aku gak tega ngeliat Diana yang hampir tiap hari dicuekkin sama kau," ujarnya datar tetap melihat ke depan.

"Ooo ..., yaa mungkin nanti coba kutanya sama Alisa," jawabku mulai kembali melihat ke depan dan paham dengan maksudnya.

"Nah sip, lagian juga masa baru aku gak percaya dia itu cewek, langsung minta ketemuan sih, " kata David kesal.

"Yaa mana ku tau, aku aja belum lama kenal dia, jadi kan belum tau sifat aslinya," ucapku datar.

Sepertinya aku melihat Theresia dari kejauhan. Firasatku mengatakan jika aku harus mengabaikannya. Aku berusaha memalingkan pandangan dan tak menganggapnya.

"Ah hai Reindraaa ...."

"Eh woi Rei, disapa cewek tuh loh, dingin amat dah," bisik David sedikit menyiku lenganku.

Aku mulai memandangi wajahnya dan kulihat seketika tatapan matanya mengarah ke David.

"Eh kamu David, kan?" tanya Theresia dengan nada kagum.

"Ah iya ... kok kamu tau aku?" balas David terlihat senang.

"Aaa ... gi-gimana ya, kamu kan pemain Basket, jadi yaa aku tau lah," sahut Theresia sedikit kikuk dan bernada kagum.

Aku merasa dikucilkan karena yang asik mengobrol hanya Theresia dan David. Kurasa kembali akrab dengan gadis ini hanya akan menyakiti batinku saja.

"Oh jadi kamu suka basket-"

"David aku pulung duluan yaa," potongku langsung melewati Theresia begitu saja.

"Eh tunggu dulu Reindraa ...," panggil Theresia.

Aku memberhentikan langkah dan menengok kembali ke arahnya.

"Apalagi ...," kesalku.

"Cuma mau ngasih tau hari minggu nanti ingat tes penilaian ekskul, kamu harus datang ya," ujar Theresia.

ReshuffleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang