Reshuffle | Be Fake
Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kicauan burung, suasana libur, serta cerahnya sinar matahari pagi memang pas untuk melengkapi hari minggu. Nampak semua hal itu sangatlah cocok menghiasi tempat ini. Kini masih dengan tempat yang sama, dimana aku pertama kali menemukan dirinya.
Saat ini aku ditemani David. Dia sendiri duduk terdiam sembari fokus pada HPnya, sedangkan aku melihat ke arah luar cafe. Heran saja, kenapa harus tempat ini lagi?
Aku merasa risih dengan harga di tempat ini. Menu-menunya sangatlah menguras isi dompetku. Namun, David terlihat tak terkejut akan hal itu. Dia tetap terlihat tenang dan santai saat tadi memilih menu. Kurasa David hanya jaim. Buktinya, dia memesan menu yang paling murah.
Meja mulai bergetar karena suatu hentakan. Kurasa David sedikit terkejut akan sesuatu. Aku pun langsung menatap serius kawanku ini.
"Eh Rei ... ini perasaanku aja atau gimana ...," panik David sambil melihat ke suatu arah.
"Kenapa vid?" tanyaku heran karena telah mengganggu ketenanganku.
"Kau liat sendiri ... itu ada dua cewek cantik, kayaknya mau ke sini deh," ujar David sama sekali tak melihatku.
"Ah masa sih," ucapku heran menatap David. Karena kurasa itu hanya kebiasaan matanya yang selalu berfokus pada gadis cantik.
"Noh lu liat sendiri," ucap David menunjuk ke suatu arah.
Aku mencoba menoleh ke arah yang ditunjuk David.
Berambut hitam panjang lurus sepinggang yang tergerai dilengkapi poni rata pada bagian depan tersisipi penjepit bergaris putih dua di bagian sampingnya. Anting merah tua pada daun telinga yang turut tak luput dari pandangan serta memakai baju kaos putih dibaluti sweater berwarna krem kecokelatan.
"Oh itu Alisa ... tapi dia sama siapa yaa?" ucapku spontan dengan nada datar nan rendah.
Bersurai gelombang panjang sepinggang cokelat bak bulu beruang. Satu hal yang paling mencolok dari bagian rambutnya ialah penjepit beruang di samping poninya membuat gadis itu seperti anak-anak. Tatapannya datar menandakan mungkin saja dia tidak sebaik Alisa maupun Diana. Dilihat dari pakaian, mengenakan kaos merah tertutupi jaket krem kecokelatan.
Sudah kupastikan yang di sebelahnya itu adalah teman dekat atau mungkin teman kelas. Satu hal lagi jika kubandingkan, Alisa lebih tinggi daripada temannya. Selisih lima senti mungkin? Yaa ... bisa kubilang sama-sama cantik. Tapi, jujur lebih cantik Alisa.
"Biar kutebak Alisa yang lebih pendek terus berambut cokelat, yaa?" tanya David sedikit curiga.
"Ngawur! Yang lebih tinggi itu loh ...," kesalku melontarkan tatapan tajam ke David.
"SERIUSAN ALISA YANG ITU?! Cantik kayak tuan putri loh ...," ujar David kaget menatapku heran.
"Kalau ga percaya tanya aja, mumpung dia udah di sebelahmu," jelasku mengalihkan pandangan.