Kini langit terlihat lebih kelabu dari biasanya. Padahal waktu masih menunjukkan jam 14.30 Wita. Kemungkinan diriku akan terkena hujan saat menuju rumah Diana. Jika melihat dari navigasi yang ada, jarak dari rumahku menuju kediaman gadis tersebut sama halnya dengan rute menuju sekolah.
Aku masih menarik gas motor kencang-kencang sembari berharap agar sampai di tujuan sebelum turun hujan. Setelah beberapa jarak terlewati, keraguan pun turut menyertai. Kini aku sempatkan menepi ke pinggir jalan guna melihat serta mengingat kembali arah menuju lokasi.
"Huh ... kukira sudah dekat, ternyata masih lurus aja," ucapku mengeluh.
Selepas itu langsung kulanjutkan perjalanan sambil menerka-nerka jalur yang harus dia tempuh.
Selang beberapa waktu ....
Aku masih belum sampai di tujuan. Sempat terbesit pikiran liar di dalam kepala.
Entah karena apa diriku tak mengendarai motor dengan kencang?
Mungkinkah sebab tak ada niat menuju rumahnya?
Atau aku saja yang mencari-cari alasan untuk tak bertemu dengannya?Tetes demi tetes air telah turun dari langit. Merespon hal tersebut, segeralah diriku menambah tarikan gas agar cepat sampai di lokasi yang dituju. Aku sendiri tidak tahu pasti antara jarak yang tersisa dengan tingginya curah hujan yang akan terjadi.
~***~
Selang beberapa menit.
Aku telah sampai di lokasi. Diriku merasa kagum dengan rumah Diana. Dari segi besar ukuran sebanding dengan rumahku, namun kurasa halamannya lebih luas.
Ada suatu hal yang membuatku merasa aneh. Kucoba sedikit mengintip melalui celah gerbang ke tempat parkir.
"Kenapa hanya ada dua buah kendaraan? Apakah yang lain sudah pulang? Kayaknya aku kelamaan di jalan," ujarku cukup skeptis.
Aku merasa malas dan malu untuk memanggil Diana. Lebih baik kuputuskan untuk menghubunginya via chat.
Antara kebetulan maupun keberuntungan. Baru saja aku ingin mencari kontaknya, gadis ini sudah terlebih dahulu menghubungiku.
"Halo Diana, aku baru saja sampai di depan rumahmu," sapaku selepas menerima telponnya.
"Oh o-oke oke ...."
Dia langsung memutuskan panggilan. Secepat itu terjadi, mungkin saja karena Diana ingin segera menemuiku.
Hingga selang beberapa menit telah berlalu bahkan membuatku berpikir bahwa seberapa luas rumah Diana ini.
Aku kembali merasakan beberapa tetesan air. Tetes demi tetes telah berjatuhan lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Hal itu membuatku menengadah terpukau kepada kelabunya awan-awan tersebut.
Rambutku terbasahi dan warna baju pada pundak semakin menggelap. Warna itu semakin meluas pada pakaian yang kukenakan.
"Apakah aku akan kehujanan?" Hanya itu yang dapat kuucapkan sembari memandangi langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reshuffle
RomanceReshuffle | Be Fake Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...