05. Seorang Sahabat

37 6 3
                                    

David Imanuel's POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

David Imanuel's POV

Setelah kejadian kemarin, aku tak mendapatkan perkembangan apapun dengan Diana. Yaaa ... kukira rencana itu bisa membuatku lebih dekat dengan Diana. Justru, diriku ini hanya menjadi pelampiasan emosinya saja. Ya itu karena Reindra mengelabui tempat pertemuannya.

Pada saat itu, aku sudah di tempat yang diberitahu oleh Reindra. Dia tidak memberikan saran untuk mengalihkan topik. Tidak kusangka, Reindra bakal membohongi yang lain mengenai lokasi dan kenyataan bahwa dia sendiri sedang ketemuan dengan gadis itu. Tanpa menunggu berlama-lama sudah terlihat sesosok Dika dari kejauhan, dan herannya Diana beserta seorang temannya yang mengikuti dari belakang.

"Sepertinya aku bakal mati-matian belain temen sendiri ...," gumamku melihat ke arah teman-teman yang sedang mendekat.

"Woy David, dari tadi kau di sini?" panggil Dika.

"Halo David ... kamu sudah di sini dari tadi?" tanya Diana penasaran.

"Iya dari tadi cuma sendiri di sini ... Rei juga dihubungi gak bisa," jelasku berbohong sembari mencuri pandangan ke samping.

"Yah terus gimana dong?" jawab Diana khawatir.

"Lebih baik kita duduk dulu, mungkin dia nyasar," ucap Dika reflek menarik kursi dari sebuah meja.

Setelah mendengar ajakan Dika, mereka mulai melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya kami duduk ber'empat pada sebuah meja bundar. Sempat terjadi suasana hening namun tak luput dari sebuah kecanggungan. Dika tengah sibuk menggulir layar hape, Diana masih saja melihat ke arah tempat parkir di depan kafe dengan wajah resah, lalu teman Diana satu ini melakukan apa yang dilakukan Dika. Aku sendiri tak nyaman dengan suasana ini.

"Kenapa kalian tidak memesan sesuatu? Sambil menunggu dua merpati datang," saranku.

"Boleh juga, tapi aku ngikut aja mau pesan apa," kata Dika masih melihat ke arah hapenya.

"Aku ngikut Diana aja dah," celetukku melihat ke arah sang pujaan hati.

Sadar kalau diperhatikan, dia sendiri mulai kebingungan.

"Heh?!?! Kok aku? kalau kamu gimana?" Sambil melirik ke teman di sampingnya.

"Eh? Ya udah deh aku mesen ini," ujar teman Diana.

Pada saat itu, aku sangat berharap Reindra mengirim suatu pesan kode rahasia agar diriku ini dapat mencari alasan dan pulang dengan tenang. Namun, lelaki itu sama sekali tidak membantu. Entah dia yang lupa atau tak sempat, aku sendiri agak ragu. Saat itu saja panggilanku gak diangkat. Yaaa, aku sebagai temannya cukup resah sih ketika dia tidak menjawab panggilan.

Sekarang beginilah situasinya, aku duduk di bangku dan melihat Diana sedang mengomeli Reindra yang pura-pura tertidur sambil menyembunyikan wajahnya di antara lipatan tangan. Reindra sendiri nampak tak ingin mendengarkan ocehan itu. Daripada dikira stalker sama temen sekelas, lebih baik aku menghadap ke samping dan dalam mode nguping.

ReshuffleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang