Keesokkan harinya. Kini aku sedang mengendarai motor guna menuju sekolah. Ekspresiku di mata orang lain mungkin biasa saja atau tak ada niat untuk bersekolah. Nampaknya tidak ada yang tahu bahwa di balik raut wajah ini terdapat banyak rasa kekhawatiran.
Bagaimana tidak khawatir ....
Meskipun hubungan palsu ini telah berjalan selama seminggu. Aku sendiri tak tau harus memberikan respon apa ketika yang lain tahu tentang statusku saat ini. Ketika alasan telah disiapkan, pada saat itu juga belum ada yang sadar akan hal tersebut. Belum lagi aku tak memprediksi respon seperti apa yang akan Diana tunjukkan kepadaku. Belakangan ini dia menjaga jarak dariku, bahkan hanya untuk bertatapan mata saja sungkan.Aku perhatikan selama seminggu ini, David juga mencoba untuk lebih dekat dengan Diana. Akan tetapi, respon gadis itu sama saja seperti saat menanggapiku. Aku paham dan merasa bersalah akan hal tersebut. Kuharap David menemukan cara untuk meluluhkan hati Diana yang tak sengajaku telah aku dinginkan.
~***~
Sewaktu berjalan di lorong, aku merasa diperhatikan diam-diam. Aku sempat berpikir, apakah mereka baru menyadari rumor tentangku? Atau diriku yang terlalu ge'er. Aku tetap berjalan dengan tenang menelusuri lorong ini hingga akhirnya sampai ke kelas. Diriku akan sangat heran jikalau akan ada banyak orang mengetahui statusku dikala reputasi yang kumiliki sangat sedikit. Bahkan kenalan dari luar kelas dapat dihitung dengan jari-jemari tangan kanan. Satu hal lagi yang kuherankan, beberapa orang terkadang memanggil namaku, hanya saja aku tak tau siapa mereka.
Pandangan ini sedari tadi hanya melihat isi kelas yang sedari tadi kulewati. Aku tak sadar hampir menabrak Diana yang baru saja keluar dari kelas.
"Eh Diana ...." Entah kenapa aku spontan memanggilnya.
Untung saja aku segera menyadari posisinya. Seperti biasa, dia tak ingin melihatku.
Kucoba menanyainya, "Kamu mau kemana?"
"Mau ke kelas MIPA 1, nyari Theresia," jawab pelan Diana tetap tak memandangiku.
Sejak kapan mereka berteman? Entahlah, pertanyaan itu hanya lewat sepintas di dalam benak. Bahkan aku tak terlalu peduli dengan gadis yang bernama Theresia itu.
Diana melewatiku begitu saja tanpa sekata apapun. Aku tak merasa kesal ataupun heran dengan sikapnya, karena aku lah penyebab sifat dingin itu. Aku langsung masuk ke kelas dengan santai.
Nampaknya kelas sudah ramai, entah aku yang terlambat atau mereka semua pada rajin ke sekolah. Aku menaruh tas dan segera duduk, lalu coba melihat sekitar. Nampak rutinitas pagi hari seperti menyalin tugas, gosip, mabar game online, bercanda, dan tidur. Aku juga sempat menyapa ketiga kawanku.
Dika seperti biasa masih mengotak-atik HP'nya, dan David masih menyalin PR. Lalu, Bagas sendiri tertidur menggunakan tas sebagai pengganti bantal yang ia taruh di atas meja. Selain itu, sepertinya David memang belum menyebarkan tentang statusku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reshuffle
RomanceReshuffle | Be Fake Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...