Reshuffle | Be Fake
Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tepat pada pagi hari ini, jarum antara penunjuk menit serta perwakilan jam telah membentuk sudut empat puluh lima derajat. Meskipun begitu, Sang Mentari masih memanggil rekannya. Gumpalan awan untuk menutupi diri. Hal tersebut membuat hawa saat ini tak dapat dikatakan panas maupun dingin.
Berdiam diri pada tempat yang sama dimana aku pertama kali menemukannya. Kami membuat kesepakatan bertemu untuk kencan pertama. Ia tak mengizinkanku untuk mencarinya ke rumah. Mungkin masuk akal jikalau hubungan kami memanglah tidak nyata. Aku berani bertaruh bahwa dia sendiri tak menceritakan hubungan kami kepada orang tuanya.
Bukankah ini terlalu pagi jika untuk berkencan? Ayolah ini hari minggu dan besok sudah senin. Banyak waktu yang bisa kumanfaatkan jikalau tak ada kegiatan seperti ini. Tidur, bermain game, menulis cerita, menonton film, dsb. Seharusnya juga aku dapat bangun lebih siang. Raga bagaikan membelah diri, antara setuju dan tidak. Niat hati ingin menolak, akan tetapi rasa berkeinginan untuk menjalankan pengalaman perdana.
Kini aku berdiri terdiam di depan tempat pertemuan pertama kami. Kurasa aku tak dapat masuk sekarang karena barista di dalam masih proses pembukaan. Lagipula, nanti tidak mungkin juga berkencan di tempat ini saja. Sesekali pandangan tertuju pada jalanan yang renggang. Namun, lain kesempatan terarah pada layar gawai sembari menunggu kabar.
~***~
Lima belas menit terlewati. Aku tak kunjung mendapati kehadirannya. Serasa ingin menelpon gadis itu. Namun, aku tak ingin terlihat ambisius akan hubungan palsu ini. Aku hanya bisa menjadi profesional.
Kini jenuh mulai terasa ketika telah lama memandangi lalu lalang kuda besi pada jalanan. Kuputuskan untuk menatap pada sosial media. Berkali-kali jemari telah menggulir, aku mulai mendengar suara klakson dari arah depan. Caraku memfokuskan diri terkadang membuatku tak menyadari jika sesuatu telah mendekat. Aku hanya dapat melirik dengan pemikiran bahwa, "Tak mungkin jika dia ke sini diantar dengan mobil seperti itu."
Mobil itu terhenti di depanku dan pintu belakangnya terbuka. Muncullah Alisa dari dalam kendaraan tersebut. Berdiri tepat di depan pintu mobil dan tersenyum sembari mengangguk kepadaku. Paras cantik seperti biasa, dengan pakaian dress sampai menutupi lututnya berwarna pastel hijau toska berhiaskan bunga-bunga kecil anggun nan tenang. Dikalungi pita putih besar melekat tepat di atas dadanya. Tepian bawahnya di kelilingi rumbai halus dengan detail lembut guna melengkapi keindahan.
"Reindra nunggu lama gak?" Itulah pertanyaan pertama yang ia ucapkan.
Kebiasaan orang kita itu pasti akan mengatakan, "Ga juga, baru juga sampai."
"Ga mungkin lah yaa dari tadi hahaha, kita kan janjian jam delapan," ujarnya percaya diri.
Aku hanya bisa sedikit tersenyum mendengar ucapannya. Namun, senyuman ini sedikit luntur saat menyadari apa yang ada di belakangnya. Yah, harusnya aku tidak heran dengan kendaraan apa yang akan ia bawa, mengingat aku akan jalan-jalan dengan seorang tuan puteri.