Alisa Camellia Sasanqua's POV
Berbagai rupa pertokoan telah terlewati. Nampak awan kelabu mulai menghiasi. Perubahan drastis daripada cuaca ini. Kembali tercipta nuansa canggung di dalam mobil. Kali ini, bukan atas dasar kebingungan mencari topik. Kurasa, aku dan Reindra hanya berusaha menenangkan diri.
~***~
Kini waktunya untuk mencari makan siang. Pak Made mulai menurunkan kecepatan kendaraan. Nampak berpikir untuk mencari tempat parkir. Mobil mulai berbelok, memposisikan agar kepala mobil menghadap ke trotoar. Jalan ini sangat luas, bahkan sisa jalan di sebelah kiri diberi markah untuk memakirkan kendaraan roda empat.
Setelah berhenti, sejenak aku mendiamkan diri. Berharap Reindra belajar dari gerak-gerikku sebelumnya. Ia cukup pintar dan cepat belajar. Selepas membuka pintu dan keluar, dia langsung berjalan santai memutari mobil lewat belakang. Nampak pergelangan tangannya meraih gagang pintu. Terdengar tarikan itu, terbukalah pintu mobil. Sungguh tindakan yang sangat aku sukai dari lelaki ini.
Aku harap hal ini tak membuatnya sangat kesal. Mengingat betapa matinya perasaan yang ia miliki. Beberapa lelaki sebelumnya pasti tak akan melunturkan wajah bahagia ketika berjalan berdua denganku. Namun, tidak dengan Reindra.
Jujur, aku sama sekali tak paham. Apa yang menyebabkan ia nampak mati rasa? Aku keluar dari mobil sembari berpikir akan masa lalu. Jauh sebelum pertemuan pertama di cafe itu. Aku pernah bertemu dengan Reindra. Sangat disayangkan, dia nampak tak ingat akan hal tersebut. Informasi yang kudapatkan hanya sebatas bahwa ia tak lagi sama seperti dulu. Sangat berbeda, dia nampak ramah dan tak begitu peduli akan kecantikkanku. Benar-benar suka menolong tanpa pandang penampilan.
Aku mulai berjalan bersamanya menuju Beachwalk. Karena tempat itu ada di seberang jalan. Kini aku masih berjalan cukup tenang sembari termenung. Beberapa pertanyaan kerap kali memenuhi isi kepala. Aku pribadi juga cukup kuat untuk menahan senyuman dan tampilan di kala isi kepala serasa sesak. Lagi-lagi, itu karena aku masih belum menemukan cara untuk meluluhkan hati lelaki ini. Mungkin sedari tadi ia sempat tersenyum dan nampak tenang. Namun, di beberapa kesempatan ia nampak kesal akan-
"Alisa!!!"
Tiiiiinnnnn!!!!
Raga ini tertahan oleh halangan daripada pergelangan tangannya. Dibarengi oleh teriakan tanda daripada peringatan. Reindra menyadarkanku dari lamunan, sekaligus menyelamatkan hidupku. Rupa mata ini semakin terbuka, wujud daripada kejutan sepihak. Tak kusangka, aku hampir tertabrak.
Sontak aku melihat ke arah mobil dan sedikit menunduk untuk meminta maaf. Mobil tersebut hanya membunyikan klakson secara pelan, setelah itu bergerak melewati kami berdua. Seusai meneggakan pandangan, aku mulai tersenyum kepada Reindra.
"Aaahhh ... terima kasih yaa Reindra," ucapku menebarkan senyum hangat kepadanya.
"Ehm, iya," balasnya datar seketika itu langsung menghadap ke depan lalu ke kanan dan kiri guna memastikan, "Lain kali hati-hati Alisa," sambung Reindra ingin menyebrangkanku.
Jujur saja, lelaki dingin seperti dirinya bukanlah tipeku. Aku bisa menyukainya karena sifat yang ia miliki di masa lalu. Selepas ia memberi isyarat untuk menyebrang. Aku menurutinya begitu saja, melangkah bersama menuju ke seberang.
~***~
Kini, aku berjalan bersama-sama dengannya di tengah mall ini. Cukup ramai pagi ini. Mayoritas nampak warga negara asing memenuhi tempat ini. Hal tersebut sudah lumrah bagiku. Reindra nampak terdiam dan sesekali melihat sekitar. Kurasa dia belum pernah ke sini sebelumnya. Aku coba saja mengajaknya bicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reshuffle
RomanceReshuffle | Be Fake Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...