Reshuffle | Be Fake
Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cerahnya mentari pagi sama sekali tak menguras semangatku untuk menelusuri lorong ini. Aku masih menunjukkan diri dengan penampilan yang seperti biasanya. Namun, diriku selalu datang ke sekolah dengan sebuah pertanyaan.
Kengapa orang-orang selalu menganggapku lebih cantik dibandingkan hari-hari sebelumnya?
Padahal aku selalu saja berdandan dan berpenampilan sama. Bahkan aku tak pernah membuat perkembangan mengenai paras maupun outfit milikku. Satu-satunya hal yang kerap berubah dariku, hanyalah warna rambutku saja, itu pun tidak dengan perubahan yang drastis maupun mencolok.
Rutinitasku saat di sekolah selalu sama. Mendapatkan pujian dari kaum lelaki merupakan hal yang lumrah. Bukan bermaksud menyombongkan diri, aku serasa dianggap sebagai Tuan Putri di sekolah ini oleh banyak siswa. Maka daripada itu, terlihat bergembira sudah menjadi keharusan bagiku. Perubahan mood menjadi tak baik, hanya dapat kupendam.
"Pagi hari yang cerah, para burung yang berkicauan, para lelaki yang masih menyapa." Senandungku sambil melangkah ria.
Langkah ini seketika terhenti dibarengi dengan rasa kagetku. Bibir yang sedikit menganga, kini berusaha aku rapatkan dan kembali mengukir senyum manis.
Eh tunggu dulu .... Kenapa kayak mau ngantri sembako, sih? Apa yang seperti ini sudah menjadi tradisi, ya? Aku sampe bisa hapal loh sama orang-orang ini dan gaya sapaan mereka, batinku heran dengan orang-orang yang berada di hadapanku.
Aku langsung memejamkan mata guna menenangkan diri. Selepas itu kembali perlahan membuka mata sembari melanjutkan langkah.
"Selamat Pagi, Alisa ...." Cukup terdengar ramah.
"Selamat Pagi, Lisa ...." Terkesan sok akrab.
"Good morning, Alisa ...."
Kalau ini malah sok english, diajak speaking aja grammar kocar-kacir, cercaku di dalam batin.
"Ohayou Alisa ...."
Sapaan satu ini adalah jenis yang sebenarnya kusukai. Akan tetapi, aku sendiri hanya menyukai sapaan tersebut bukan orang yang mengucapkan.
Namun, di samping itu ada sebuah sisi yang tak pernah aku tunjukkan pada siapapun. Aku merasa sangat heran sampai ingin menanyakan sebuah alasan kepada siapapun bahwa, kenapa mereka semua tetap saja mengganggu dan mengusik seolah-olah sangat peduli dengan kehidupanku? Aku sangat berharap mereka berhenti melakukan itu karena seharusnya sudah tersebar isu bahwa diriku telah memiliki pacar.
Namun daripada itu, aku pikir untuk saat ini yang bisa kulakukan hanya membalas sapaan orang-orang.
"Selamat pagi juga ...."
"Good morning too ...."
"Ohayoumou...."
Tak lupa juga untuk tetap menebar senyuman kepada mereka.