Reshuffle | Be Fake
Seorang siswa SMA sekaligus penulis cerita meskipun masih amatiran dengan paras pas-pas'an. Itulah Reindra, lelaki dengan masa lalunya yang kerap gagal serta memiliki pengalaman buruk akan hubungan asmara dan memilih untuk menutu...
Masa-masa SMP yaa .... Kucoba tuk mengingat kejadian apa yang membuat Reindra mati rasa dan tak ingin terlibat dalam hal asmara. Sebenarnya, aku dan Reindra sangat akrab dengan yang namanya pengalaman asmara. Hanya saja, dia tak mendapatkan kenangan yang manis akan hal itu di masa lalu. Selain itu, dia tak terlalu pandai dalam meluluhkan hati seseorang.
Beda dengan diriku yang dapat menarik perhatian lawan jenis. Aku yang sedang duduk di kelas sendirian dan berusaha mengingat masa lalu lelaki itu, masih saja merasa samar-samar akan perkataannya.
"Bukan masalah kecemburuan hati, melainkan masa lalu yang pernah membunuh perasaan ini."
Aku tau perkataan itu diucapkan oleh Reindra secara spontanitas. Itulah yang dia katakan dan mungkin saja memiliki maksud lain.
Kulihat Diana baru saja memasuki kelas, kucoba menyapanya, "Selamat Pagi Diana ...."
"Pagi," sahut datar tanpa melihatku sama sekali.
Dia menaruh tas dan kembali keluar kelas. Namun sebelum itu, aku berusaha menyempatkan diri untuk bertanya, "Kamu mau kemana?"
"Mau keluar," jawabnya dengan dingin dan langsung meninggalkanku seorang diri di antara kekosongan hati ini.
Aku masih heran dengan apa yang menyebabkan Diana secuek ini dari kemarin-kemarin. Aku tebak, mungkin perubahan sifatnya dikarenakan sikap Reindra. Hanya saja, aku tak bisa menyalahkan tindakan kawanku.
Ya, aku tau. Reindra itu memang seperti mati rasa dan tak ingin didekati lawan jenis. Hanya saja bagaimana dia bisa dekat dengan gadis seperti Alisa? Apa mungkin ada sesuatu di masa lalu mereka? Sejujurnya, aku merasa ada yang aneh dengan hubungan mereka terutama sesosok Alisa itu yang nampaknya cukup misterius. Tapi ... baguslah, Diana tidak mendekati Reindra lagi. Hanya saja ... aku malah terkena imbasnya juga.
Tunggu sebentar, sekarang Reindra tidak di kelas, Diana pun begitu.
"Apa jangan-jangan?"
"Woi Vid, mau teh kotak gak? Aku beli dua nih." Ternyata tanpa kusadari Reindra telah berada di sampingku.
"Boleh juga," jawabku langsung menerima teh kotak itu.
Terpintas suatu pikiran, maka kucoba bertanya sesuatu kepadanya, "Rei, tadi ketemu Diana di jalan?"
"Iya, ketemu tadi," jelasnya sambil menunjuk ke arah luar kelas.
"Trus gimana?" tanyaku penuh rasa penasaran.
"Yaa aku cuma ngelewatin dia aja," ucap Reindra dengan raut wajah tanpa bersalah.
"Oh oke ...," responku sembari berpikir.
"Emangnya kenapa?" tanya Reindra sesekali menyedot isi teh kotak itu.
"Cuma memastikan suatu hal," ucapku masih berpikir keras.
Reindra menepuk pundakku, "Tenang saja, berpikirlah positif, aku mah bukan jomblo lagi."
"Eh mulai sombong nih kamfret," balasku sedikit kesal namun tetap tersenyum.
Sudah lama aku tak melihat raut wajah itu dari kawan dekatku. Mungkin ini karena dia sudah tak sendirian lagi. Syukurlah kalau begitu.
"Wew ngaku-ngaku gak jomblo nih ...," sindirku.
"Bosan jadi jomblo," kata Reindra memalingkan pandangan.
Kurasa Reindra ini lama-lama sifatnya semakin berubah aja. Jujur saja heran rasanya. Akan tetapi, lebih baik seperti ini. Semoga saja tidak kembali seperti awal mula. Karena temanku yang satu ini sebenarnya sangat susah untuk terbawa suasana.
~***~
Waktu sudah memasuki istirahat. Para murid satu per satu mulai keluar dari kelas. Entah untuk ke kantin maupun tempat lain. Bahkan aku merelakan waktu kebersamaan dengan ketiga kawanku. Hal itu membuat suasana kelas lumayan sepi. Reindra, Dika, dan Bagas sedang mencari wifi di perpustakaan. Mereka ke sana hanya untuk memvalidasi suatu rumor. Namun, aku tak peduli dengan rumor wifi perpustakaan lah yang tercepat.
Kini pandangan hanya tertuju pada gadis pujaan di depan sana. Nampak Diana duduk sendirian. Padahal biasanya dia bersama teman-temannya di kantin. Bagiku, sekaranglah kesempatan yang bagus. Aku memberanikan diri untuk menghampirinya.
"Diana ...."
Dia menoleh, "Iya, kenapa?" jawabnya datar.
Dia ketularan Reindra? Cukup masam rasanya melihat gadis yang satu ini tanpa tersenyum.
"Pulang sekolah nanti kamu sibuk?" tanyaku bernada pelan dan sehalus mungkin.
Raut datar itu seketika berubah saat mendengar pertanyaanku. Nampak kecurigaan pada wajahnya seakan-akan mencoba tuk memikirkan sesuatu.
"Lumayan sibuk sih, emangnya ada apa?" tanya Diana.
"Ada satu hal yang ingin kusampaikan," ucapku memasang wajah serius.
"Emangnya sekarang gak bisa?" balasnya datar dengan yang tatapan semakin menajam.
"Hanya kita berdua yang dapat mengetahui hal ini," ucapku sesekali spontan membuang lirikan mata ke sana kemari.
Astaga, ekspresinya masih saja datar. Aku mulai kembali mengolah-olah kata di dalam benak.
"Dih ... ga jelas," balasnya membuang pandangan sekaligus membuatku berhenti berproses pada pemikiran.
Diana langsung bangun dari tempat duduk dan menyuruhku minggir dengan isyarat tangannya. Aku hanya bisa mundur dan memberinya jalan. Setelah itu terdiam dan mencoba berpikir berulang kali untuk menaklukan hatinya secepat mungkin. Nampak terburu-buru. Akan tetapi, aku merasa malu karena didahului oleh sahabatku sendiri dalam hal asmara.
~***~
Bertumpu pada sebuah kursi kayu sembari memandangi langit kelas. Aku masih saja menunggu kehadirannya dalam kelas ini. Daripada diam gak jelas di kelas, ada baiknya aku keluar dan mencoba mencari tempat yang nyaman. Segera melangkah menuju luar kelas sembari berpikir, mungkin aku harus mencari inspirasi.
Baru saja sampai di pintu kelas, aku berpapasan dengan Reindra dan teman-temannya.
"David kau mau kemana?" tanya Dika.
"Mencari kitab suci ke barat," balasku dengan raut keheranan.
"Oke siap mulai ngelantur nih anak," kata Bagas.
"Maksudmu mencari tempat yang segar?" tebak Reindra.
"Tau aja kau Rei ..., ya udah aku duluan," balasku meninggalkan mereka.
"Yok!!!" sahut mereka.
Baru saja aku selangkah meninggalkan mereka, "Woi Vid! Dia ada di atas!" Terdengar suara Reindra memberitahuku sesuatu.
Aku sangat paham dengan yang dia maksud, maka daripada itu langsung kuturuti ucapannya. Bergegas berlari kecil menuju ke gedung lantai tiga.
~***~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.