Absen dulu yuu, dari kota mana aja nih?
***
Happy Reading^^
***
Sinar matahari yang menembus jendela kamar sukses menerobos kelopak matanya. Perlahan, cowok itu mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk.
Beberapa detik ia terdiam, lalu merintih saat pening di kepalanya terasa. Ia pun bangkit, sembari menyentuh kepalanya.
Keningnya berkerut menyadari ia berada di sebuah ruangan yang tak asing kali ini. Begitu menyadari dirinya bertelanjang dada, cowok itu membulatkan mata. Padahal ia tak pernah tidur dalam keadaan telanjang dada sebelumnya.
Ia belum menyadari apa yang terjadi padanya semalam, tapi sosok Anya dengan air matanya sekelebat terlintas dalam otak. Terlebih, ia baru menyadari bahwa ruangan yang ditempatinya ini adalah kamar apartemen cewek itu.
Jantung Raka berdetak kencang dengan segala kemungkinan di otaknya. Buru-buru ia bangkit, membersihkan diri lalu berlari keluar ruangan.
"ANYA!"
Sungguh, ketakutan menyergapnya saat tak melihat keberadaan sahabatnya itu di apartemen.
"Anya lo di mana?!"
Dapur, kamar mandi, ruang tengah, semuanya kosong. Tak kehilangan akal, Raka lantas menghubungi nomor cewek itu. Ia butuh kejelasan mengenai apa yang terjadi semalam.
Sialan, otaknya benar-benar tak berfungsi mengingatnya. Ia jadi merutuki kenapa harus mabuk dan sampai nekat pergi ke club padahal setahun lebih ia tobat dan tak pernah menginjakkan kaki di sana.
Sambungan pertama, tak dijawab. Begitu sambungan berikutnya hingga ke sepuluh. Raka menggeram frutasi.
Berlari kesetanan keluar apartemen. Raka menghentikan taksi dan menuju alamat rumah Anya.
Tak berselang lama, taksi yang ditumpanginya berhenti. Ia berlari mencari keberadaan Anya. Namun, yang ada rumah besar itu terasa sepi. Mbak Yuni yang biasa sudah di dapur kini tak ada.
"Anya, lo di dalam?" Raka mengetuk pintu kamar Anya. Tak ada sahutan. Karena pintu yang tak dikunci, Raka memaksa membuka walau ia tahu mungkin tindakannya bisa dikategorikan tidak sopan.
Kamar Anya yang kosong semakin membuat Raka panik. Ia kembali berlari turun tangga. Mencari sosok satpam yang bekerja di rumah Anya.
"Lho, Mas Raka? Nyari Mbak Anya, ya? Pas banget, tadi Bapak sama Ibu besar juga nyari Mbak Anya. Dari semalem nggak pulang, ditelpon juga nggak aktif nomornya. Bapak sama Ibu ngiranya mungkin aja Mbak Anya di apartemen."
Raka memejamkan mata sesaat, tangannya memijat kening. Sungguh, kepalanya terus seperti dihantam batu besar begitu menyadari Anya tak di rumah.
"Ya udah, makasih, Pak. Saya bakal cari." Raka kembali masuk taksi. "Gue harus cari ke mana," gumamnya mengacak rambut gusar.
"Pak, jalan, ya." Mobil taksi pun melaju. Raka memikirkan berbagai tempat yang mungkin saja akan didatangi Anya.
Sembari itu, ia terus berusaha menghubungi nomer ponsel Anya. "Plis, Nya. Angkat telpon."
Sebuah nama tiba-tiba terlintas di kepalanya. Byan, kekasih Anya. Apakah mungkin saja Anya bersama cowok itu?
Namun, begitu melewati sebuah halte, Raka melihat siluet cewek yang nyaris mirip dengan Anya. Sebuah kebetulan, semesta tampaknya sedang berpihak padanya. "Pak, berhenti, Pak."

KAMU SEDANG MEMBACA
with Friend (END)
RomanceMereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat keadaan berubah dalam satu kedipan mata. Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Meski beberapa kali Anya terus menolak, berk...