Hampir aja ngga up, lupa
***
Happy Reading^^
***
Semua berubah dalam sekejap kedipan mata. Sebuah kecelakaan dua insan melibatkan segalanya. Andai dia lebih hati-hati, andai dia tidak gamang hari itu, dan andai yang lainnya mulai bermunculan bagai mesin yang berisik dalam kepala.
Suara gaduh sedikit mengganggunya kala itu. Anya diserang pening yang begitu hebat, memaksa membuka mata meskipun enggan. Ia bangkit, spontan dibantu sosok mamanya yang entah kapan ada di samping ranjangnya.
Anya menyandarkan punggung ke sandaran ranjang, lalu berusaha memahami keadaan sekitar. Sosok Raka yang terakhir kali ia lihat sebelum pingsan, sedang berlutut di hadapan sang papa dalam keadaan lebam sana-sini. Mamanya menangis di sampingnya. Lalu yang membuatnya semakin keheranan yaitu ibu Raka pun juga ada di kamarnya, terlihat menahan tangis begitu tatapannya mengarah pada Anya.
Anya menoleh pada sang mama yang menangis, enggan menatapnya. Anya meneguk ludah, dugaannya semakin menguat saat melihat tespack tergeletak di ujung ranjang.
Menyadari Anya sudah sadar, Raka langsung menoleh dan hendak bangkit. Namun, papa Anya lebih dulu menarik pundak Raka, menghempaskannya membuat Raka limbung dan jatuh lagi.
"Mau apa kamu?!" bentaknya.
Raka memasang ekspresi memohon. "Om, Anya---"
"Masih berani deketin anak saya kamu? Raka, saya baik sama kamu selama ini bukan berarti kamu boleh ngambil mahkota anak saya!"
Raka menunduk dalam. Tak berani menatap Papa Anya. Lebam di sudut bibirnya berdenyut nyeri, membuatnya meringis pelan tanpa suara. Sebelum Anya sadar tadi, pria paruh baya itu lebih dulu berkali-kali memukul wajahnya tanpa ampun.
Raka lalu menoleh pada ibunya, yang tampak menatapnya dengan pandangan teramat kecewa, lalu mengalihkan pandang seperti enggan menatapnya pula. Raka meremat dadanya yang amat sakit.
Papa Anya lantas berbalik arah, melangkah menuju ranjang Anya.
PLAK!
"Mas!"
"Om!"
Kepala Anya tertoleh, meringis samar merasa kebasnya pipi akibat tamparan keras dari sang papa, yang kemudian di susul teriakan mamanya dan Raka.
"Ini balasan dari kamu buat Papa, Anya? Dasar anak tak tahu diri!"
Hatinya berdenyut sakit. Anya meremat selimut yang membungkus setengah kakinya. Tamparan papanya tak seberapa ternyata, jika dibandingkan dengan perkataannya yang lebih menyayat hati.
Anya tak menjawab, walau dalam hati ia sangat ingin memprotes ke mana saja orang tuanya kala ia butuh bantuan keduanya untuk tumbuh di masa kanak-kanaknya?
Anya selama ini memaklumi kesibukan keduanya. Toh, memang mereka bekerja untuk dirinya.
"Kita adain pernikahannya lusa."
Keputusan bulat sang papa membuat Anya spontan mendongak tak terima.
"Pa, Anya nggak mau."
Sang papa menoleh dengan tatapan marahnya, tentu saja. "Kamu mau anak dalam perut kamu itu besar tanpa seorang ayah, Anya? Kamu sudah gila?!"
Anya menggigit bibirnya dalam, sedikit melirik Raka yang masih berlutut serta merunduk tak jauh dari tempatnya. Anya pun nerunduk, semakin meremat selimut, lalu berkata pelan, "Anya pengen gugurin anak ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/343913119-288-k718443.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
with Friend (END)
Roman d'amourMereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat keadaan berubah dalam satu kedipan mata. Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Meski beberapa kali Anya terus menolak, berk...