Uhuyy double up nih, permintaan maaf karena beberapa hari ngilang, yaa abis ini juga mau ngilang lagi sih sebenarnya^^
Btw tandai typo yaa
***
Happy Reading^^***
"Abang!" serunya dan menghambur ke pelukan si cowok tadi. Sesaat ia tampak limbung sebelum akhirnya membalas pelukan Anya.
"Gini cara Abang sembunyi dari aku, ya! Jahat banget!" Elusan pelan di punggungnya terasa, membuat Anya semakin menjatuhkan kepalanya di dada bidang cowok itu.
"Nggak usah sok-sokan tegar, deh, Lo. Mau apa? Nangis? Nangis aja kali, cuma ada gue. Biasa juga gitu."
Anya terkekeh sarkas mendengar itu, miris sendiri dengan keadannya. Ia semakin mengeratkan pelukan menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Awalnya gue mau marah sama Lo. Nikah tiba-tiba, tau-tau dikasih kabar syukuran empat bulanan. Gue kaget, dong!" Cowok itu semakin mengelus punggung Anya penuh hangat.
"Untung gue belum ada ketemu cowoknya, gue nggak tau apa yang akan terjadi sama dia kalau ketemu sama gue nanti, Nya. Jangan salahin gue, karena dia udah nyakitin adek gue satu-satunya ini."
Pelukan keduanya melonggar. Ditamgkupnya wajah Anya, lalu diusapnya pipi basah Anya. Ia lantas terkekeh. "Ayo masuk, gue mau lihat kamar Lo. Terakhir gue lihat, ada foto gue di pojok kamar."
Anya terkekeh geli. "Masih aku simpan."
"Beneran?" Keduanya melangkah masuk, si cowok mengitari kamar Anya, menelisik di setiap sudut kamar lalu terhenti tepat di pojok ruangan di mana foto-foto polaroid tertempel di sana.
Anya mengamati itu dalam diam, duduk di tepi ranjang. Senyum kecilnya terbit, kesedihannya sedikit demi sedikit menguar walau rasa sakit itu tentu masih ada. Haidar Jevanno, kakaknya yang selama beberapa tahun tak ia jumpai rupanya karena sibuk di luar negeri.
Dahulu, Anya sempat tinggal di panti asuhan beberapa bulan. Orang tuanya sibuk dan ia dititipkan di sana. Anya yang masih kecil dan belum tahu apa-apa itu hanya iya-iya saja, dari sana bertemulah ia dengan Haidar. Tak lama setelah itu, Anya dijemput orang tuanya, tapi ia mau pulang dengan syarat Haidar ikut pulang dengannya. Terpaksalah orang tua Anya mengadopsi Haidar kecil saat itu.
"Ini orangnya?"
Anya terhenyak, lamunan singkatnya buyar. Ia memusatkan kembali perhatiannya pada Haidar yang menunjuk sebuah foto polaroid yang tertempel di dinding.
Di foto tercetak Anya yang tertawa lebar dan dirangkul Raka yang menatapnya lekat, dengan sebuah latar taman luas belakang sekolah saat SMA dulu.
"Iya," jawab Anya pelan, menghindari tatapan mengintimidasi Haidar.
"Jelek, kok, Lo bisa suka sama dia," ujarnya frontal membuat Anya mendelik. Padahal dulu Raka sangat terkenal di sekolah karena ketampanannya. Haidar kalau bicara memang kadang suka mengada.
"Dia yang suka aku, kok." Anya pura-pura sibuk menata bantal, padahal hanya menghindari Haidar.
"Jangan dimaafin orang kayak dia. Perlu gue patahin tangannya nggak?"
Anya sontak melotot dan menoleh ke arah cowok itu. Sadis sekali, pikirnya. "Apa, sih, Bang?"
"Gue serius."
Anya berdecak. "Udah, ah. Jangan ngomongin dia, aku nggak suka."
Helaan napas panjang Haidar keluar. "Gue khawatir, Nya. Lo adek gue, gue nggak mungkin diam aja saat ada orang yang nyakitin Lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
with Friend (END)
RomansaMereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat keadaan berubah dalam satu kedipan mata. Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan. Meski beberapa kali Anya terus menolak, berk...