14. WARMTH

61.3K 3.2K 13
                                    

Up sekarang daripada ntar kelupaan, noted kalau ada typo yaa

***

Happy Reading^^

***

Keluar dari kamar, Raka membawa langkahnya menuju dapur begitu mendengar suara yang mulanya dari sana. Dugaannya tak salah, sosok Anya sedang sibuk masak untuk makan malam. Sejenak, Raka memperhatikan punggung Anya dalam diamnya.

Helaan napas berat keluar dari bibirnya. Raka maju mendekat, dipeluknya pinggang Anya dari belakang. Dapat ia rasakan Anya terlonjak sesaat karena kaget kedatangannya yang tiba-tiba.

Anya hendak melepas pelukannya dan berbalik, tapi sesegera mungkin Raka tahan. Ia meletakkan dagunya di pundak Anya dengan nyaman, bahkan memejamkan mata menikmati harum shampo dari rambut Anya.

"Jangan dipikirin omongan Diana tadi," kata Raka pelan.

Ada hening sejenak sebelum Anya menjawab, "Kamu kali yang mikirin, aku biasa aja."

Memang, sih. Mungkin hanya Raka yang kepikiran. Pasalnya, Anya memang terlihat biasa saja selepas Diana pulang.

"Minggir ah, aku mau masak."

"Aku temenin."

"Ya lepasin kalau gitu, bantu potongin wortel."

Terpaksa Raka melepas pelukannya. Ia meraih pisau dan wortel yang disodorkan Anya, memotongnya dengan tenang sembari Anya sibuk dengan bahan yang lain.

Selesai dengan wortelnya, Raka menoleh ke arah Anya yang terlihat mencicipi masakannya. Anya lantas menoleh padanya juga, menyodorkan sendok. "Mau cicip?"

Raka mengangguk antusias, membuka mulut menerima suapan dari Anya.

"Gimana?"

Raka mengangkat jempolnya. "Enak, kok."

"Masa, sih? Bukan kurang asin?"

"Iya, sih. Dikit."

Anya mengangguk, kembali mencicipi dan mulai menambahkan garam sedikit. Raka menatapi itu dalam diamnya, mulai terganggu dengan rambut panjang Anya, apalagi saat cewek itu menyibaknya terus-terusan.

Raka kemudian pergi ke kamar, mencari ikat rambut yang biasa Anya gunakan dan kembali menuju dapur.

Raka berdiri di belakang Anya, mengumpulkan rambut Anya menjadi satu, dan mengikatnya perlahan. Lagi-lagi gerakan tiba-tibanya mengejutkan Anya.

"Bentar dulu," tahan Raka saat Anya hendak menoleh. "Kenapa nggak diikat kayak biasanya kalau terganggu?"

"Tadi masih basah. Rencana aku mau potong rambut."

Raka bukan sekedar mengikatnya, ia mengepang rambut Anya jadi satu.

"Kenapa? Are you okay?" Raka pernah dengar kebanyakan cewek suka potong rambut kalau sedang stres atau ada masalah, entah itu benar atau tidak.

"Bukan apa-apa, cuma ribet aja rambut panjang."

"Oh."

"Nggak papa, kan?"

"Nggak papa." Raka menatap hasil kepangannya, tersenyum puas walau hasilnya tak begitu rapi. "Dah selesai."

"Thanks."

"Nggak bisa cuma dibayar pakai thanks, lho, ya."

Anya langsung menoleh horor padanya, Raka tersenyum lebar.

with Friend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang