EXTRA PART

107K 3.2K 226
                                        

Tau nggak? ini harusnya di karyakarsa, tapi aku post di sini, tau apa tandanya?

***
Happy Reading^^

***

Beberapa tahun setelahnya ....

"Terima kasih, ya. Berkat kamu, proyek kali ini berjalan lancar sesuai ekspektasi saya."

Raka menerima jabatan tangan pria tersebut. Basa-basi sejenak, kemudian mereka berpisah dari lift. Meeting kali ini berjalan lancar, tapi justru begitu berat bagi Raka yang menjalaninya.

Sampai di depan mobilnya, tiba-tiba ponsel Raka berdering panjang. Seketika senyum lebarnya terbit begitu menyadari siapa yang menelpon.

"Halo, Ayah! Ayah kapan pulang, Kanya kangen Ayah!"

Kekehan Raka terdengar. "Iya, ini Ayah mau pulang. Tunggu sebentar, ya. Kanya mau nitip apa sama Ayah?"

"Kanya mau beli boneka sama Ayah, tapi nanti. Sekarang Ayah pulang aja dulu, Kanya kangen berat!"

Tawa Raka mengudara. Suara lucu putrinya membuat Raka semakin ingin pulang cepat-cepat. Penatnya seakan mengudara begitu saja.

Raka sempat mampir membeli kue dan beberapa camilan lain. Mobilnya membelah jalanan malam itu, sampai akhirnya berhenti di depan sebuah rumah cukup besar berwarna biru. Pintu gerbang dibuka, Raka sontak memberi salam sopan pada satpam di rumahnya itu.

Raka menenteng bawaannya dan keluar mobil, melangkah menuju rumah.

"Kanyaaa, Ayah pulang!"

Rumah besarnya cukup sepi membuat Raka melongok mengintip ke kamar sang putri. Namun, si pemilik kamar malah berlari datang dari arah dapur.

"AYAAH!"

Raka sontak melepaskan bawaannya dan membawa Kanya ke pelukannya. "Anak Ayah udah wangi. Mau pergi, kah?"

Kanya melepas pelukannya dan mengangguk cepat. "Kanya diajak pergi sama Kak Rayna, hehe. Terus habis itu jalan-jalan sama Ayah beli boneka. Boleh, kan, Ayah?"

Raka mengangguk. "Boleh, dong." Tangan Raka terulur, menyelipkan rambut Kanya ke belakang telinga dan merapikannya.

"Cantik banget anak Ayah," pujinya. Diamati lekat wajah kecil Kanya, wajahnya benar-benar seperti salinan sang istri. Raka seakan melihat Anya kecil. Sementara Raka hanya mewarisi hobi dan kebiasaan kecil anaknya.

"Iya, dong. Kan anak Ayah." Kanya tersenyum lebar, memamerkan deretan giginya yang terjejer rapi.

Raka terkekeh. "Oh ya, Ayah ada bawa kue."

"Wah, Kanya mau!" Anak itu langsung berlari membuka kantung plastik bawaan Raka tadi. "Waw, ada banyak kue!" serunya.

Tangan Raka terulur mengusap rambut Kanya menahan gemas. "Cium Ayah dulu, dong."

Kanya lantas menoleh, menurut dan mencium pipi sang ayah. "Makasih, Ayah!"

"Masa satu kali aja? Yang kanan belom."

Kanya menurut lagi untuk mencium pipi kanan Raka. "Mau kening juga?" tawarnya, begitu lucu di mata Raka.

"Boleh."

Kanya mencium kening sang ayah. "Makasih banyak Ayahnya Kanya."

"Sama-sama, Tuan Putri." Raka tak tahan untuk tidak mencubit pipi besar Kanya hingga bocah itu merajuk.

"Jangan dicubit, Kanya mau makan kuenya!"

Raka terkekeh, balas mencium pipi Kanya. Pandangannya kemudian mengedar ke seluruh penjuru rumah.

with Friend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang