33. FALL, AGAIN

49.7K 2.4K 43
                                        

Hehe aku update~!!

Btw, aku barusan update juga di karyakarsa sampai end

Nikmatin part uwu-uwunya dulu yeeew, ohya tandain typo ya
thank u

***

Happy Reading^^

***

"Aku nggak mau."

Anya menghela napas panjang, benar-benar sudah dibuat lelah dengan tingkah Raka pagi-pagi begini. Pria itu terus-terusan merengek sembari memeluk pinggangnya dan menenggelamkan kepala di perut besar Anya.

"Aku nggak mau ninggalin kamu, Sayang," rengek Raka untuk kesekian kalinya.

Jadi, seharusnya pagi ini pria itu pergi ke Bogor untuk urusan pekerjaan hari lalu. Setelah beberapa kali berpikir matang dan meminta saran dari istri dan ibu, Raka akhirnya menerima tawaran tersebut.

Namun, lain hari saat ini, Raka justru merengek tidak ingin pergi padahal semua baju sudah terkemas rapi.

"Aku nggak mau ninggalin baby." Raka mencium perut Anya dan merengek lagi. Anya memijit kening, pusing sendiri.

"Raka, tolong, deh. Cuma beberapa hari. Lagian ada ibu, nggak khawatirin aku sama baby."

Raka mendongak masih dengan memeluk Anya. "Kalau aku kangen gimana?"

"Zaman sekarang kamu bingung kalau kangen gimana?" Anya menatapnya tak percaya. "Ada handphone, kamu bisa video call."

"Kalau aku kangen cium kamu?"

Anya berdecak, memberikan pukulan ringan. "Tahan, cuma beberapa hari."

"Kamu nyiksa aku berarti," balas Raka.

Anya mendengkus. Tangannya kemudian turun, mengelus dan merapikan rambut Raka. "Cuma beberapa hari, Sayang," ujar Anya mencoba dengan suara halus dan lembut. "Aku bakal jaga baby buat kamu, kamu pun cari uang buat baby. Okay?"

Raka tak membalas kali ini. Ucapan lembut Anya dan dari hati ke hati mampu membuatnya terenyuh. Matanya mulai berkaca-kaca, dan ia langsung kembali menenggelamkan wajahnya di perut Anya untuk menyembunyikan itu. Walau sejujurnya Anya sudah melihat itu.

"Kamu nangis?" goda Anya, memainkan helai rambut Raka.

Pria itu diam-diam langsung mengusap ujung matanya. Ia pun mendongak. "Cium," pintanya.

Anya menghela napas panjang, tapi tak urung mendekatkan wajahnya lalu mencium kening dan pipi Raka bergantian. Dibalas oleh Raka dengan mencium bibirnya cukup lama.

Raka bangkit, diusapnya rambut Anya berkali-kali, kemudian diciumnya puncak kepala Anya. "Aku sayang kamu, kamu tau?"

Anya terkekeh, tapi tetap diam tak membalas.

"Kamu nggak?"

"Nggak apa?"

"Nggak sayang aku?"

"Nggak," balas Anya sembari memperlihatkan senyum lebarnya.

Raka mengerut kecewa, tapi tetap menarik senyum dan merapikan rambut Anya ke belakang telinga. "Nggak papa, biar aku yang sayang kamu."

"Udah sana, ih! Nanti keburu telat."

"Jangan kangen-kangen, lho, ya!"

"Itu, mah, kamu."

"Kalau aku telepon, cepat-cepat diangkat."

with Friend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang