Lantana membersihkan sisa-sisa kardus sepatu dan saat itu juga dodi berjalan menuju ke arah Lantana. Jam 15.58. Lantana melirik sekilas ke arah jam dinding di tempat kerjanya.
"Tana, hari ini kok sendirian? Kemana teman-teman yang lain? Kok sepi? Banyak yang tidak masuk kerja ya?"
Lantana tidak menanggapinya, sekilas melirik ke arah Diana yang juga sedang melihat ke arah Lantana di dalam ruangan kaca yang berdekatan dengan tempat packing dimana Lantana berada. Berharap Dodi segera pergi, tapi nyatanya harapan Lantana tidak berakhir baik. Dodi langsung duduk di kursi yang berdekatan dengannya. Lantana menghembuskan napas panjang. Dia sebenarnya tidak mau Diana salah paham lagi, dan berakhir ribut. Apa sih hebatnya Dodi? Yang hanya menjadi primadona di pabrik karena anak dari Pak Agus, pemilik PT Alanda Makmur. Lantana melirik jam dinding sekali lagi. Waktunya pulang. Dia segera pergi ke belakang meninggalkan Dodi sendirian tanpa sepatah kata pun. Dodi memandang punggung lantana yang semakin menjauh. Wanita yang sulit di taklukkan.
Lantana mengayuh sepedanya melewati jalan persawahan. Dia belum ingin pulang. Dia terus mengayuh menuju ujung desa dengan jalan yang berliku. Di jalan setapak, dia menaruh sepedanya di bawah pohon besar. Di samping pohon ada sungai yang mengalirkan air jernih. Lantana duduk di batu besar pinggir sungai. Ini adalah tempat favoritnya, tempat yang tenang, damai, air mengalir jernih, pemandangan sawah hijau yang luas dan bisa menikmati matahari terbenam yang cantik.
Ia tak habis pikir, kenapa belum juga mendapat panggilan telpon untuk wawancara di PT Hanza Food. Kelima temannya, termasuk Mira hari ini wawancara di perusahaan tersebut. Pt Hanza Food, perusahaan cabang dari Kota besar yang meproduksi makanan ringan, yang terdengar gajinya lebih tinggi dari PT Alanda Makmur. Meski letaknya lebih jauh dari rumah yang Ia sewa, tapi dia berkeinginan bekerja di perusahaan tersebut agar mendapatkan gaji lebih besar agar uang yang Ia tabung segera terkumpul untuk membeli tanah di ujung desa ini.
"Tana!" Mira melambaikan tangan dari kejauhan. Mira menghentikn sepeda motornya di seberang jalan setapak dan berjalan cepat menuju Lantana. Lantana membalas lambaian tangan Mira.
"Bagaimana wawancaranya? Sukses kan?"
Wajah Lantana berbinar menyambut kedatangan sahabatnya, lalu menggeser tubuhnya agar Mira bisa duduk di sampingnya.
"Sudah kuduga kamu disini. Ini aku bawakan makanan kesukaanmu, bakwan jagung. Hari ini ibu masak banyak!"
Mira mengeluarkan bakwan jagung dari dalam kresek putih yang kemudian disambut Lantana.
"Hmm enak. Masakan ibu adalah yang terenak!"
"Hari senin aku sudah mulai kerja di PT Hanza food!"
Lantana mengerucutkan bibirnya sambil mengunyah bakwan jagung favoritnya.
"Akhirnya aku di tinggal sendiri dengan Si Diana dan Dodi!"
Mira tertawa terbahak-bahak "Biar kamu sama mereka lebih romantis!"
Ada rasa bersalah pada Mira meninggalkan sahabatnya itu.
"Aku tadi sudah tanya langsung ke admin HRD Pt Hanza food, katanya surat lamaran atas nama Lantana tidak ada."
Lantana membelalakkan matanya, "Bagaimana bisa?! Kemarin kita taruh lamarannya bersama!"
"Nah itu juga yang buat aku binggung. Tadi aku sampai minta tolong sama admin HRD nya untuk memastikan lagi, tapi nihil!"
Lantana berpikir keras, "kok bisa ya?"
"Buat lagi surat lamaran, nanti aku kasihkan ke admin HRDnya langsung. Yang jadi admin HRD nya ternyata adalah teman kelasku dulu, Aulia. Untung orangnya baik!" ucap Mira dengan senyum ceria.
"Apa masih butuh karyawan lagi?" Ragu-ragu Lantana bertanya.
"Pasti, Kanza Food kan perusahaan baru. Pasti butuh banyak karyawan!" Ucap Mira dengan yakin.
"Besok kita berempat berencana ke Alanda Makmur, pamitan sama Pak Agus, sekalian pamitan sama teman-teman."
"Berempat? Bukannya berlima?" Lantana penasaran.
"Si Leni tidak di terima, karena waktu cek kesehatan dia ada penyakit gatal - gatal di kulit. Ini kan perusahaan makanan, jadi harus higienis!"
Lantana mengangguk menghabiskan bakwan jagung di tangannya, sambil memandangi langit yang mulai menggelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
General FictionAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...