Tok...tok...tok...
Lantana sayup-sayup membuka matanya. Ini hari minggu, dia ingin tidur sampai siang. Tapi siapa pagi-pagi yang datang kerumahnya?
Sambil menguap, Lantana berjalan ke arah pintu kayu sederhana berwarna coklat. Saat membuka pintu, dia kaget melihat ada pak lurah di depan rumahnya.
"Eh Dek tana, baru bangun?" Kata lelaki bertubuh kurus jangkung di depannya menyambut Lantana dengan sumringah.
"Pak lurah? Ada apa pagi-pagi kesini?" Tanya Lantana bingung.
"Ini Bapak bawakan nasi jagung. Tadi habis beli di pasar, mampir kesini. Ayo sarapan bareng. Dek Tana belum sarapan kan?" Ucap pak lurah sambil menenteng sebuah bungkusan kresek warna putih.
Lantana tersenyum kecut. Sebenarnya dia malas bertemu dengan lelaki paruh baya di depannya ini.
"Ayo kita makan di dalam, Dek tana!" ajak pak lurah.
Lantana mematung sambil berpikir keras bagaimana cara mengusir pria yang sudah berkali-kali mencoba mendekatinya bahkan pernah melamarnya. Walau berkali-kali di tolak oleh Lantana, tapi sepertinya lelaki yang terkenal sebagai juragan sapi di desa itu pantang menyerah.
"Bapak!" Teriak Diana dari kejauhan dengan emosi. Diana berjalan cepat ke arah Lantana.
"Kenapa sih Bapak selalu selalu datang ke rumah janda genit ini!" Teriak Diana yang mengagetkan beberapa tetangga tak jauh dari rumah Lantana sehingga membuat mereka mengintip penasaran.
"Sstt... Jangan rame-rame!" pinta pak lurah mencoba menghalau anaknya agar tidak bertengkar dengan Lantana.
"Kenapa sih kamu selalu genit pada setiap lelaki! Dodi, sekarang Bapakku!" Teriak marah Diana pada Lantana.
Lantana hanya diam sekaligus menahan malu karena tetangga sekitar yang memperhatikan mereka bertambah banyak.
"Ada apa Pak lurah kok ribut-ribut disini?"
Tiba - tiba ibu mira datang dengan tergesa-gesa yang juda di ikuti dengan Mira di belakangnya.
"Tana, kamu masuk ke dalam rumah aja!" pinta bu mira pada Lantana yang di balas dengan anggukan. Mira pun mengikuti Lantana masuk ke rumahnya.
Terdengar diluar suara ribut ibu mira yang membela Lantana.
"Bapakmu ini yang salah, Diana. Orang nggak mau di nikahi kok dipaksa. Sana bawa bapakmu pulang!" Usir ibu mira.
"Dia aja yang kegatelan, siapa juga yang mau punya ibu tiri orang seperti dia!" Sahut Diana.
"Pokoknya Bapak todak boleh menikahi Lantana, titik!" Teriak Diana.
"Sudah... Sudah... Nggak enak teriak-teriak di dengar banyak orang!" Ucap pak lurah melerai.
"Sudah pak lurah pulang saja. Kasian Tana yang setiap hari harus bertengkar dengan Diana. Kasian juga Tana yang nanti jadi perbincangan warga disini!" pinta ibu mira.
Pak lurah dengan lesu menuruti kata ibu mira dan pergi diikuti Diana yang mengekor di belakang.
**
"Kamu tidak apa-apa kan nak?" Ucap ibu mira yang langsung di sambut dengan pelukan Lantana saat memasuki rumah kecil Lantana.
"Terima kasih bu. Ibu selalu membela Lantana." ucap Lantana haru. Dari kecil Lantana hanya dibesarkan oleh pengasuh yang disewa ayahnya. Ayahnya selalu sibuk kerja, kadang keluar kota, bahkan keluar negeri untuk urusan pekerjaan. Ibu Lantana sudah meninggal saat Lantana masih kecil. Itu yang membuat dia selalu kesepian dan selalu rindu kasih sayang seorang ibu. Kini dia sudah menganggap ibu mira sebagai ibunya sendiri. Pun dengan ibu mira yang sudah menganggap Lantana seperti anak sendiri.
"Harusnya kamu tinggal bersama kami saja, pasti pak lurah nggak akan ganggu kamu." ucap mira samping Lantana.
"Ia, Tana. Kenapa kamu lebih memilih rumah tua ini. Padahal rumah tua ini sudah mau ibu robohkan loh, tapi kamu malah minta untuk tinggal disini!". Timpal ibu mira sambil memandangi rumah lamanya yang temboknya masih terbuat dari papan kayu jati tapi masih kokoh meskipun terlihat tua.
"Aku kan ingin hidup mandiri, Bu. Ingin bisa cari uang sendiri, masak sendiri. Ibu tahu kan dulu kehidupanku seperti apa." jawab Lantana tersenyum.
Mengingat pertemuan Lantana dengan Mira, sahabat yang bahkan sudah ia anggap sebagai saudara sendiri, yang berumur lebih mudah 1 tahun dari Lantana. Wanita baik hati yang menolong Lantana dan memberikan tempat tinggal padanya di desa. Lantana menceritakan perjalanan hidupnya pada Mira dan Ibu mira tanpa ada yang ditutup-tutupi. Mereka memberi kehidupan baru pada Lantana, memberi semangat yang membuat Lantana bangkit dan bersikeras bekerja dan menyewa rumah tua peninggalan nenek mira. Mira dan ibunya menyimpan rapat semua kisah Lantana pada warga desanya. Yang mereka ceritakan, Lantana adalah anak dari saudara ibu mira yang butuh pekerjaan karena di ceraikan dan tinggal mantan suaminya.
"Ayo makan di rumah! Pasti kamu belum masak. Ibu sudah masak sayur asem tadi." Ajak Mira yang membuyarkan lamunan Lantana.
Lantana mengangguk dan mengikuti mereka berjalan ke rumah Mira dan ibunya yang letaknya hanya selisih beberapa rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
General FictionAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...