LANTANA (09)

19.2K 1.5K 3
                                    


"Bu Lana!"


Deg.

Jantung Lantana berdetak kencang. Nama itu, nama yang sudah lama tidak ia dengar, nama panggilan Lantana dimasa lalu. Lantana mematung sambil memegang sapu di ruangan sebelah aula pertemuan, badannya terasa kaku untuk melanjutkan kegiatannya membersihkan ruangan itu. Lelaki berpostur tinggi itu akhirnya berjalan sehingga kini ia berhadapan dengan Lantana.

"Ya?" Lantana tergagap menyembunyikan ekspresi kagetnya sambil melirik sekitar ruangan yang ternyata sepi, karena teman lainnya membersihkan aula pertemuan di sebelah ruangan itu. Ia pikir semua direksi sudah pergi dari PT Hansa food.

"Apa kabar bu Lana?" Tanya lelaki itu dengan sopan.

Lantana tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresinya, lalu tersenyum, "kamu masih mengenaliku Bima?"

"Tentu saja!" ucap Bima sambil tetap menatap Lantana, wanita yang pernah menjadi istri dari atasannya. Bima merasa sangat kasihan pada Lantana, wanita yang dulu berpenampilan mewah dan hidup bagai putri raja, kini hanya bekerja sebagai office girl di perusahaan cabang milik mantan suaminya.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku bahagia dengan kehidupanku sekarang." Ucap Lantana seperti membaca pikiran lelaki dihadapannya itu.

"Bu Lana kenapa jadi seperti ini? Bukankah seharusnya bu Lana kuliah di luar negeri dan akan kembali mengurus Wiguna Group setelah selesai kuliah?" Tanya Bima penasaran.

"Sudah kubilang aku baik-baik. Aku sangat bahagia dengan diriku yang sekarang. Dan aku tidak mau membahas masa laluku!" ucap Lantana.

"Pergilah, aku tak mau karyawan disini tahu bahwa kamu mengenalku. Aku tak ingin jadi pembicaraan orang-orang!" Pinta Lantana.

Lantana melanjutkan pekerjaan menyapu ruangan tersebut yang meninggalkan Bima berdiri sendirian.

"Baiklah bu Lana, saya pamit!" ucap Bima yang merasa Lantana tidak mau di ganggu. Lelaki itu masih sangat menghormati Lantana seperti dulu saat ia masih menjadi istri atasannya.

Lantana menghirup dan menghembuskan napas berat setelah memastikan Bima sudah pergi dari ruangan tersebut. Pertemuan dengan Bima membuatnya mengingat Bian, mantan suaminya. Apa yang ia akan lakukan jika bertemu Bian? Mungkin lelaki itu tak akan peduli mengingat sikapnya terhadap Lantana dulu, ataukah Bian akan mengejeknya? Entahlah, Lantana merasa dunia ini sempit. Sekarang dia hanya ingin hidup dengan damai.

**

Lantana mengayuh sepedanya ke ujung desa dengan semangat sambil sesekali mengusap keringat di keningnya, sepertinya dia kelelahan karena perjalanan pulang kerja sekarang bertambah jauh. Terlihat sahabatnya yang sedang duduk di batu besar pinggir sungai melambaikan tangan. Lantana membalas dengan lambaian tangan, lalu menaruh sepedanya di samping sepeda motor Mira dan membawa sekantong plastik kue ke arah Mira.

"Nih, tadi sisa banyak kuenya!" ucap Lantana sambil menyodorkan plastik kue ke arah Mira.

Mira menyambutnya dengan senang dan mencomot satu kue dengan hiasan ceri diatasnya, lalu memakannya dengan lahap.

"Kamu ingat sama wakil dari owner perusahaan yang memberi sambutan tadi?" Tanya Lantana pada Mira.

"Yang tinggi, ganteng dan putih itu?" Jawab Mira dengan sambil memakan kue di tangannya.

"Ya. Kamu tahu dia dulu adalah asisten mantan suamiku." ucap Lantana sambil menikmati senja langit sore jauh di depannya.

Uhuk.. uhuk... Mira tersedak makanannya.

"Lelaki tinggi, ganteng dan putih itu?" Tanya Mira sekali lagi untuk memastikan.

Lantana mengangguk dan tertawa melihat tingkah sahabatnya.

"Lalu mantan suamimu?" Tanya Mira penasaran

"Dia adalah owner dari Halim Group. PT Hansa Food merupakan cabang dari Halim Group. Yang aku heran Halim Group biasanya bergerak di bidang elektronik dan teknologi, tapi sekarang Halim group merambah ke bidang makanan" jelas Lantana sambil menikmati semilir angin sore.

"Bagaimana jika nanti kamu bertemu dengan mantan suamimu?" Tanya Mira

"Aku berharap dia tidak akan mengenaliku lagi. Percayalah penampilanku dulu dan sekarang sangat berbeda. Dengan penampilan yang seperti dulu saja dia tak sudi memandangku apalagi dengan penampilan sekarang. Aku yakin dia tidak akan peduli atau malah menertawakan ku." jawab Lantana

"Ngomong-ngomong, acara lamaran kamu dengan bagas jadi kan minggu depan?" Tanya Lantana.

"Ya, jadi. Minggu depan acara lamaran sekaligus menentukan tanggal pernikahan kita." jawab Mira berbinar.

"Selamat ya, akhirnya sahabatku ini akan menikah." ucap Lantana sambil memeluk sahabatnya.

"Kau tidak ingin menikah lagi?" Tanya Mira tiba-tiba.

Lantana mengerti jika sahabatnya itu sedang menghawatirkan dirinya.

Lantana menggelengkan kepala, "tidak. Jangan khawatirkan aku. Aku sudah pernah menikah, dan aku lebih bahagia hidup sendiri seperti ini. Kalian beruntung saling mencintai, tidak seperti aku dulu!"

Mira dapat merasakan kesedihan dimata sahabatnya. Mir ingin sahabatnya kelak akan menemukan laki-laki yang sangat mencintai dirinya.

LANTANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang