"Aku sudah kenyang!" kata Lantana menolak suapan nasi yang diberikan Bian.
"Makanlah sedikit lagi, Lana. Kamu terlalu kurus. Setidaknya kamu harus menambah berat badanmu agar bisa hamil lagi." ucap Bian sambil terus berusaha menyuapi Lantana.
"Apa maksudmu! Jadi aku hanya sapi perah yang harus melahirkan anakmu? Lalu menceraikan aku setelah melahirkan?Kenapa tidak wanita-wanita di klub malam favoritmu saja yang kau buat hamil!"
Bian hanya membalas amukan Lantana dengan senyuman.
"Aku mau kamu yang melahirkan anak-anakku. Aku janji tidak akan menceraikan mu! Kita akan merawat anak-anak kita bersama!" Ucap Bian sambil mencubit pelan hidung Lantana.
Wajah Lantana memerah, ia merasa bingung mengapa Bian berkata demikian. Jantungnya berdetak cepat, ia takut akan jatuh cinta lagi pada pesona Bian.
"Aku ingin istirahat, pergilah!" Usir Lantana untuk menyembunyikan perasaannya.
"Baiklah, istirahatlah!" ucap Bian sambil mencium kening Lantana.
Lantana memperhatikan Bian yang keluar dari kamar inap nya. Sekarang ia merasa canggung. Bian yang sekarang sangat berbeda dengan Bian yang dulu. Kenapa jantungnya berdetak kencang saat bersentuhan dengan Bian? Apa dia jatuh cinta lagi?
**
"Maaf Bu Lana, kamar anda sudah dipindah ke atas. Mari saya antar!" ucap Bu Atik.
Lantana sempat bingung kenapa kamarnya menjadi kosong. Ia hanya berdiri di depan kamarnya mengira bahwa Bian telah mengusirnya.
Lantana mengikuti Bu Atik yang berjalan menaiki anak tangga. Kemudian Bu Atik membuka sebuah kamar dan mempersilahkan Lantana untuk masuk.
"Bukannya ini kamar Bian?" Tanya Lantana di depan pintu kamar yang telah dibuka Bu Atik.
"Benar! Sekarang kamar Bu Lana di sini!" jelas Bu Atik.
"Lalu kamar Bian pindah kemana?"
"Tentu saja masih di sini, Bu. Kamar anda yang di bawah hanyalah kamar sementara, karena sedang hamil." jelas Bu Atik lagi.
Lantana memasuki kamar itu. Tidur di kamar ini adalah impian Lantana waktu itu, tetapi Bian mengharamkan Lantana untuk memasuki kamarnya. Dan sekarang dia bisa leluasa berada di kamar ini?
"Ada apa dengan Bian?" Pikir Lantana.
Lantana memandang sekeliling kamar itu. Ia membuka lemari besar yang berisi baju Bian. Lalu di sebelahnya lagi ada lemari yang hanya terdapat beberapa potong baju Lantana.
"Itu adalah lemari milikmu. Kamu bisa mengisinya dengan berbelanja baju yang kamu suka!" kata Bima yang mengagetkan Lantana.
"Sudah terima kartu ATM dari Bima kan?" Tanya Bian mendekat.
"Sudah. Tapi aku tidak tahu PIN nya!" jawab Lantana.
"Tanggal pernikahan kita!" kata Bian.
"Pernikahan yang mana? Kita menikah dua kali!" tanya Lantana
"Yang kedua" jawab Bian sambil memeluk Lantana.
"Apa yang kamu inginkan? Kenapa kamu bersikap seperti ini?" Tanya Lantana.
"Aku ingin menebus semua kesalahan yang telah aku perbuat padamu!"
Bian melepas pelukannya, memandang mata Lantana dan berusaha mencium bibir Lantana. Tapi Lantana mendorong Bian, sehingga Bian hampir terjungkal ke belakang.
"Baguslah kalau begitu!Aku akan pergi berbelanja, dan membeli semua yang aku mau!" ucap Lantana sambil berjalan cepat keluar kamar meninggalkan Bian.
"Aku akan mengantarmu!" teriak Bian mengikuti arah Lantana.
"Aku juga akan menghabiskan semua uang di ATM ini!" Teriak Lantana.
"Habiskan saja! Nanti akan ku suruh Bima mentransfer lagi!"
"Tunggu, Lana!" Teriak Bian mengejar Lantana yang semakin menjauh.
Lantana berhenti dan memutar tubuhnya ke arah Bian.
"Ambil ini juga!" kata Bian sambil menyerahkan kartu kredit berwarna hitam pada Lantana.
"Aku juga akan memakai kartu kredit premium ini hingga mencapai batas limit!" Lantana sumringah.
"Terserah kamu!" kata Bian menggandeng tangan Lantana dan berjalan menuju mobil di depan rumah.
Bian membawa Lantana ke mall terbesar di kota. Lantana dengan antusias memborong baju, tas, sepatu, perhiasan, kosmetik serta pernak-pernik lain yang Lantana sukai. Bukan hanya untuk dirinya, tapi ia juga membelinya untuk Mira serta Ibu Mira. Tak lupa juga membelikan berbagai macam perlengkapan bayi untuk calon anak sahabatnya tersebut.
"Aku tidak bisa membawa barang-barang ini. Bisa minta tolong sekalian di antar ke alamat rumah ini. Aku akan bayar biaya pengirimannya" kata Lantana sambil menulis alamat pada pegawai toko.
"Tentu, Bu. Kami akan mengirim semua barang belanjaan Ibu ke rumah."
"Terima kasih!" ucap Lantana pada pegawai toko tersebut.
"Aku sudah lelah, ayo pulang!" kata Lantana pada Bian.
"Kita makan dulu ya." ajak Bian yang terlihat lelah mengikuti Lantana.
Lantana hanya mengangguk dan berjalan mendahului Bian.
Bian mengejar Lantana dan menggandeng tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
General FictionAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...