Flashback
Bian menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Lantana. Lantana terlihat tidur kelelahan di bawah selimut tanpa memakai sehelai benang. Ia mengelus wajah mantan istrinya dengan pelan.
"Apa yang sudah kulakukan padamu?" Ucap Bian sambil memperhatikan Lantana yang tertidur lelap.
Bian kemudian bangkit dan memakai handuk untuk menutupi tubuhnya yang telanjang. Ia kemudian membuka pintu, terlihat beberapa lelaki yang merupakan anak buahnya berdiri di depan pintu.
"Kalian pulanglah! Aku akan menginap di sini!" perintah Bian pada anak buahnya.
Ada ekspresi kebingungan pada anak buahnya, tapi akhirnya mereka menurut dan meninggalkan tempat itu.
Bian menutup pintu dan menghampiri Lantana yang masih tertidur pulas. Wajah Lantana sangat merah, mungkin efek mabuk.
"Maafkan aku." bisiknya sambil mengelus wajah Lantana.
Bian kemudian mencium bibir Lantana. Dia melepas handuk yang telah dipakainya, kemudian menyibak selimut yang menyelimuti Lantana untuk menyelesaikan hasratnya. Lantana yang masih tertidur lelap dan tak sadar akibat minuman beralkohol itu, hanya meringis menahan sakit.
Bian membuka matanya saat terdengar bunyi ketukan pintu hotel. Ia bangkit dan melihat Lantana masih tertidur lelap di sampingnya. Ia melihat ponselnya dan waktu menunjukkan pukul 08:40. Ia tahu bahwa Bima mencarinya.
Sebelum beranjak dari tempat tidur, ia merapikan selimut yang dipakai Lantana, sehingga hanya rambut Lantana yang terlihat dari luar. Ia kemudian beranjak dari tempat tidur untuk mengambil celananya yang berserakan di lantai dan memakainya.
Bian membuka pintu dan benar dugaannya, Bima sedang mencarinya.
"Apa tidak bisa pertemuan kali ini dibatalkan?" Tanya Bian sambil mengambil bajunya yang tergeletak di lantai dan memakainya.
"Tidak bisa, Pak. Hari ini adalah penandatanganan kontrak dengan mereka. Kalau Pak Bian tidak datang, saya takut mereka akan ragu dengan Halim Group dan memilih perusahaan lain!" jelas Bima sambil mengekor di belakang Bian.
"Baiklah! tapi aku ingin dipercepat saat acara pertemuan nanti, karena ada hal lain yang harus kita lakukan!" perintah Bian.
Bima mengiyakan permintaan atasannya itu.
"Apa Pak Bian bermalam di sini bersama Bu Lana?" Tanya Bima tiba-tiba saat melihat baju yang dipakai Lantana tadi malam berserakan di lantai.
Bima sangat mengetahui kebiasaan atasannya itu. Bian tidak akan pernah bermalam bersama wanita manapun juga. Ia akan meninggalkan wanita yang ia sewa setelah mendapat kepuasan.
"Ya!" jawab Bian dengan raut yang terlihat bersalah.
"Kamu pergilah dan persiapkan semua!" perintah Bian.
Sebenarnya Bima sangat penasaran apa yang telah terjadi tadi malam. Bian mengatakan akan meniduri Lantana dan membaginya dengan para anak buahnya agar mantan istrinya itu tidak bersikap sok suci dihadapannya lagi. Tapi apa yang kini terjadi? Bian menghabiskan malamnya dengan mantan istrinya yang dulu sangat ia benci?
Bima ingin bertanya tapi diurungkan niatnya, mengetahui bahwa atasannya tersebut sedang tidak ingin membahasnya.
"Baik, saya akan tunggu di lobi!" ucap Bima kemudian dan pamit pergi meninggalkan kamar hotel itu.
"Bima!" Panggil Bian ketika Bima hendak membuka pintu. Bima menoleh ke arah atasannya.
"Suruh pihak hotel untuk membelikan satu set baju untuk wanita dan mengantarnya kesini!" Perintah Bian pada Bima.
"Baik!" jawab Bima.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
Ficción GeneralAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...