** Flashback
"Kamu tanda tangani dokumen ini, Lana!" Perintah seorang lelaki yang seumuran ayah Lantana seraya menyodorkan tumpukan beberapa kertas ke meja yang berada di depan Lantana.
Lantana mendongakkan wajahnya ke arah lelaki itu. Terlihat juga beberapa orang lain di belakang lelaki itu, yang Lantana tahu merupakan petinggi di PT Wiguna Group.
"Dokumen apa itu, paman?" Tanya Lantana pada pamannya, yang tak lain adalah Adik dari almarhum Ayahnya.
"Itu adalah surat kuasa agar paman bisa mengelola perusahaan." jawab paman Lantana dengan singkat
"Tapi ini masih tujuh hari sejak Ayah meninggal karena kecelakaan itu. Tidak bisakah kita membicarakannya nanti, Paman?" Ucap Lantana sambil bergetar hampir menangis.
"Kalau kamu tidak tanda tangan, siapa lagi yang bisa mengurus perusahaan? Kamu? Kamu bahkan tidak tahu apa-apa masalah perusahaan? Kamu hanya lulusan SMA yang hanya suka berfoya-foya!" kata paman Lantana mulai meninggikan suaranya.
Lantana tak kuasa membendung air matanya, ia akhirnya menangis. Ia tak tahu harus berbuat apa. Dan sepertinya beberapa lelaki di depannya itu tak memperdulikan keadaan Lantana.
"Aku akan kuliah di luar negeri, paman. Aku akan mengurus perusahaan setelah kuliah!" kata Lantana dengan isak tangisnya.
"Terserah kamu mau kuliah dimana. Yang penting kamu harus tanda tangan dokumen ini terlebih dahulu. Perusahaan butuh seseorang untuk mengelola nya sekarang! bukan beberapa tahun lagi!" Sang Paman pun mulai emosi.
"Sudahlah Lana, tanda tangan saja. Kamu mau mempertaruhkan nasib perusahaan? Ada ribuan orang yang bekerja di PT Wiguna Group, kamu mau melihat mereka kehilangan pekerjaan karena perusahaan bangkrut?" Sahut seseorang yang berada di belakang paman Lantana.
"Betul kata mereka, Lana. Kamu mau perusahaan yang sudah dibangun dengan jerih payah ayahmu bangkrut karena tidak ada yang mengelola nya?" Timpal yang lainnya.
Lantana semakin terpojok. Memang benar ia tak tahu apa-apa mengenai perusahaan. Ia hanya suka berfoya-foya tanpa tahu bagaimana jerih payah ayahnya dalam membangun perusahaan. Sangat disayangkan ketika teman-temannya memilih melanjutkan kuliah atau bahkan meneruskan bisnis orang tua mereka, Lantana hanya sibuk mengejar Bian, cinta pertamanya.
"Aku akan bicara dahulu mengenai ini dengan suamiku, paman!" ucap Lantana yang akhirnya membuat Sang Paman semakin emosi.
"Tahu apa suamimu tentang Wiguna Group! Dia sudah mempunyai perusahaan sendiri, Halim Group, perusahaan yang lebih besar dari Wiguna Group!" Kata paman Lantana mengeluarkan emosinya.
Mulut Lantana serasa terkunci, ia hanya memandang kosong dokumen yang ada di depannya sambil meneteskan air mata.
Terlintas dalam pikirannya mungkin Bian tak akan peduli. Mengingat sejak kematian Ayahnya, tak sekalipun ia mencoba menghubungi atau sekedar berbicara di pemakamam Ayahnya. Hal itu membuat hati Lantana semakin sakit.
"Tanda tangani saja. Kamu sudah menjadi nyonya besar di Halim Group. Tak perlu susah-susah mengurusi Wiguna Group lagi. Sekarang nasib perusahaan ada di tanganmu. Tanda tangan lah, biarkan aku yang mengelola Wiguna Group!" bujuk Paman Lantana sembari meletakkan bolpoin di atas dokumen.
Lama sekali Lantana memandangi dokumen itu. Akhirnya tangannya terulur mengambil bolpoin yang berada di atas dokumen. Ia menggenggam erat Bolpoin di tangannya, masih bimbang dengan pilihannya.
"Tanda tangani lah!" bujuk Sang Paman lagi, sambil membuka map dokumen dan menyerahkannya pada Lantana.
Tak bisa berkutik lagi, akhirnya Lantana membubuhkan beberapa tanda tangannya di atas materai.
"Aku sudah menanda tangani semua dokumen ini, Paman. Aku harap paman bisa mengelola perusahaan dengan baik. Aku memang tak akan bisa mengelolahnya." pesan Lantana setelah menutup map dokumen yang sudah ia tanda tangani.
"Baik Lana, percayakan semua padaku!" ucap sang Paman sambil memastikan bahwa Lantana sudah menanda tangani semua dokumen itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
Художественная прозаAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...