LANTANA (29)

21.3K 1.4K 9
                                    

Pernikahan itu digelar dengan sederhana, hanya dihadiri beberapa orang terdekat. Termasuk paman Lantana yang turut menjadi saksi pernikahan mereka.

Tapi Lantana merasakan ada yang aneh dengan pamannya. Pamannya terlihat takut dan sama sekali tidak berani menatap mata Lantana. Sang paman juga selalu menghindar jika Lantana ingin berbicara dengannya

Lantana merasa tubuhnya sangat lelah setelah akad pernikahannya. Ia merasa perutnya terasa sedikit melilit. Ia tidak bisa memejamkan matanya meskipun sangat mengantuk.

Bian datang memasuki kamar Lantana dan tiba-tiba ia Berbaring di sebelah lantana dan memeluk pinggangnya. Ia terkejut, berusaha lepas dari Bian dan beralasan ingin ke kamar mandi.

Jantung Lantana berdetak kencang, dia tak akan membiarkan dirinya jatuh cinta lagi pada Bian.

Perut Lantana semakin melilit sampai ia terjatuh di kamar mandi. Ia memegangi perutnya yang kesakitan, dan berteriak meminta tolong. Terlihat darah segar mengalir di pahanya.

Bian datang saat Lantana mulai tak sadarkan diri dan langsung membopongnya ke Rumah Sakit.

**

Lantana membuka mata dan menemukan Bian sedang membelai rambutnya. Lantana tahu bahwa ia sedang berada di Rumah Sakit.

"Jangan banyak bergerak, istirahat lah. Maafkan aku, selama ini pasti kamu kelelahan." ucap Bian lembut menyuruh Lantana tetap berbaring di ranjangnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Lantana yang masih merasakan perutnya melilit.

"Kau baru saja keguguran!" jawab Bian sambil menggenggam tangan Lantana.

Lantana terkejut, kemudian ia menangis. Bian memeluk Lantana mencoba menenangkannya. Sungguh ini adalah kehilangan paling menyedihkan bagi Lantana.

Kemudian Lantana menyuruh Bian pergi dengan alasan ingin beristirahat. Bian menuruti keinginan Lantana dan membiarkan Lantana sendiri. Ia mengerti istrinya tersebut sedang sedih dan ingin menyendiri.

"Maafkan ibumu yang dulu berniat menggugurkan mu. Tapi sungguh, ibumu tak bermaksud seperti itu!" ucap Lantana mengelus perutnya sambil menangis.

Semua terasa berat bagi Lantana, kini dia telah keguguran. Apakah Bian akan mengajukan gugatan cerai lagi? Jika ya, lalu bagaimana nasib Lantana selanjutnya? Dimana dia akan tinggal, sementara ia sudah di usir dari desanya. Semua pertanyaan itu membuat kepala Lantana bertambah pusing. Ia memutuskan untuk tidur dan berharap semua akan baik-baik saja.

"Selamat sore, Bu Lana" sapa Bima yang datang dengan membawa beberapa kotak yang berisi makanan dan minuman.

"Sore, Bima. Taruh di meja saja. Nanti aku makan!" ucap Lantana yang wajahnya terlihat lebih segar daripada kemarin.

"Pak Bian masih ada rapat, Bu. Jadi terlambat ke rumah sakit!" jelas Bima.

Lantana hanya mengangguk sambil tetap menyaksikan televisi di depannya.

"Ada yang Bu Lana butuhkan lagi?" Tanya Bima.

"Ehm Bima!" Lantana ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu.

"Bolehkan aku minta lagi uang 5 milyar yang sudah aku kembalikan kepada Bian?" Lantana meminta dengan ragu-ragu.

"Bu Lana butuh uang?" Tanya Bima yang di jawab cepat dengan anggukan oleh Lantana.

Bima lalu membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah kartu ATM dan menyerahkannya pada Lana.

"Apakah secepat ini aku bercerai lagi?" Batin Lantana.

"Lalu berkas yang harus aku tandatangani mana?" Tanya Lantana.

Bima mengerutkan kening, bagaimana istri atasannya itu mengetahui bahwa ia membawa beberapa berkas penting.

"Bagaimana anda tahu kalau harus menandatangani sebuah berkas?"

Bima mengeluarkan beberapa tumpuk berkas dari dalam tasnya dan kemudian memberikan semuanya kepada Lantana.

"Silahkan ditandatangani yang sudah saya beri tanda." ucap Bima.

Lantana menandatangi semua berkas-berkas itu dan menyerahkan lagi pada Bima.

"Jadi, aku sudah resmi bercerai dari Bian?" Kata Lantana.

Bima nampak bingung dengan apa yang di ucapkan Lantana, kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Lantana tidak pernah melihat Bima tertawa, karena selama ini Bima selalu bersikap serius dan dingin.

"Kenapa Bu Lana berpikir ini surat perceraian?"

"Lalu, berkas apa itu?" Lantana nampak bingung melihat aksi Bima tertawa semakin kencang.

"Ada apa ini?" Kata Bian yang tiba-tiba masuk.

"Kau tidak bermaksud menggoda istriku kan Bima?" Tanya Bian curiga.

Bima pun langsung berhenti tertawa dan bersikap serius seperti biasa.

"Tidak, Pak. Saya sudah menyelesaikan pekerjaan saya, besok akan saya bawa ke notaris." jawab Bima gugup.

Bima pun segera undur diri dari Bian dan Lantana.

LANTANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang