LANTANA (31)

20.7K 1.1K 15
                                    

Pagi ini, Bima mengantar Lantana mengunjungi desanya dengan membawa banyak sekali barang belanjaan yang sudah Lantana beli untuk Mira dan Ibu Mira. Lantana akhirnya bisa kembali ke desa meski hanya untuk beberapa hari, setelah berhasil membujuk Bian.

Bian terpaksa menyetujui permintaan Lantana, asalkan dia diantar oleh Bima yang saat itu juga ada keperluan di PT Hansa Food. Mengingat jadwal kerja yang padat, Bian tidak bisa mengantar Lantana.

"Tana!" Mira berteriak menyambut Lantana yang sudah berdiri di depan pintu rumah Mira, sementara Bima mengeluarkan barang belanjaan Lantana dari mobil.

Mira dan Lantana saling berpelukan melepas rindu, begitupun Ibu Mira yang juga sangat merindukan Lantana.

"Bu Lana, saya pamit pergi ke PT Hansa Food. Nanti sore saya jemput Ibu lagi di sini." pamit Bima pada Lantana setelah menurunkan semua barang-barang yang dibawa oleh Lantana.

"Baiklah, aku akan di sini sampai sore." kata Lantana.

"Apa yang telah terjadi, Tana? Kamu rujuk dengan suamimu? Apa kau kembali menjadi orang kaya? sehingga kau membelikan kami banyak sebanyak ini? Ini pasti mahal!" Mira memberondong Lantana dengan banyak pertanyaan ketika Bima sudah meninggalkan rumah Mira.

Lantana lalu menceritakan semua pada Mira dan Ibu Mira, termasuk keguguran yang ia alami. Mereka terus bercerita hingga tak sadar bahwa senja telah tiba. Bima tiba-tiba sudah datang dan menjemput Lantana, mau tak mau Lantana harus berpamitan dengan mereka.

"Pak Bian mengabari saya bahwa besok beliau akan menjemput Bu Lana." kata Bima yang sedang menyetir mobil menuju tempat penginapan yang berada di dekat PT. Hansa Food.

"Tak bisakah kau buat dia lebih sibuk dengan pekerjaannya? Lagipula, besok adalah hari sabtu, seharusnya kau jadwalkan dia untuk pergi ke klub malam dan membiarkan aku di sini lebih lama!" gerutu Lantana.

"Maaf jika saya berkata lancang. Apa Bu Lana sudah tidak mencintai Pak Bian lagi?" Tanya Bima.

"Tidak!" Tegas Lantana.

"Sepertinya diriku sudah lelah mengejarnya, sehingga aku sudah tidak merasakan perasaan itu lagi." kata Lantana sambil memandang hijaunya sawah dari balik kaca mobil.

Lantana menarik napas sangat dalam. Tak bisa dipungkiri, meskipun mulut Lantana berkata demikian, tapi hati Lantana tidak bisa berbohong. Jantungnya masih berdetak kencang ketika ia berada di dekat Bian.

"Padahal Pak Bian sepertinya sudah berubah!"

"Omong kosong! Aku yakin dia mempunyai maksud tersembunyi. Dia pasti akan mencampakkan ku jika keinginannya sudah terpenuhi!" kata Lantana.

**

Bima menyampaikan kabar bahwa Bian sore ini akan datang menjemput Lantana. Lantana memutuskan menghabiskan waktu terakhirnya di desa untuk pergi ke tepi sungai kecil yang berada di ujung desa. Semilir angin membelai wajah Lantana, langit jingga menambah indahnya pemandangan sore hari.

"Kata Bima, sudah 3 jam kamu duduk di sini."

Tiba-tiba Bian datang dan duduk di sebuah batu yang terletak di sebelah Lantana. Bian juga ikut melepas sepatu yang ia kenakan, menyingsing celananya dan memasukkan kakinya ke dalam sungai, seperti yang Lantana lakukan.

Lantana menoleh ke arah Bian. Lantana mengira bahwa pesawat Bian baru akan berangkat sore hari, tapi ternyata ia sudah ada di sini.

"Boleh aku meminta sesuatu?" Tanya Lantana pad Bian.

"Apa?"

"Aku ingin memiliki tanah itu!" kata Lantana sambil menunjuk tanah kosong yang dipenuhi rumput ilalang.

"Untuk apa?"

"Setidaknya jika kelak kau menceraikan ku, aku masih punya tanah yang bisa ku bangun rumah." kata Lantana sambil menikmati gemericik air dan kicauan burung.

"Baiklah! Tapi kau harus ingat bahwa aku sudah berjanji tidak akan menceraikan mu. Dan aku akan menepati janjiku itu!"

Bian membawa pinggang Lantana mendekat ke arahnya dan mencium bibir Lantana dengan paksa. Lantana memberontak, tapi percuma saja. Tenaga Bian lebih besar daripada Lantana. Entah mengapa semakin lama Lantana menikmati ciuman tersebut.

Mereka berdua terengah-engah setelah menyudahi ciuman. Bian menempelkan keningnya pada kening Lantana lalu mendekap tubuh Lantana. Lantana tak kuasa menahan isak tangisnya.

"Jangan seperti ini, Bian! Ku mohon jangan lakukan ini!"

"Kenapa, Lana?" Bian melepas dekapannya dan menatap mata Lantana yang sudah basah dengan air mata.

"Jangan buat aku jatuh cinta lagi padamu, jika akhirnya kau hanya akan mencampakkan aku!" Kata Lantana menatap mata Bian seakan memohon.

Bian tersenyum, lalu mendekap Lantana.

"Tentu saja aku akan selalu membuatmu jatuh cinta padaku! Aku sungguh mencintaimu, Lana?" Kata Bian dengan nada serius.

"Sungguh kah? Tidak ada niat lain? Kenapa kau jadi seperti ini?"

"Sudah kubilang aku minta maaf dan akan menebus semua kesalahanku padamu! Sekarang hapus lah air matamu. Aku ingin kau bahagia!"

Bian menghapus air mata pada wajah Lantana dan sekali lagi mencium bibir Lantana. Kali ini Lantana tidak menolak. Ia tidak bisa lagi membohongi dirinya. Ia masih sangat mencintai Bian.

LANTANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang