Lantana bersama Aulia memasuki sebuah gedung yang telah di desain indah untuk pesta. Banyak orang yang sepertinya dari kalangan bisnis datang.
"Untung kamu ikut, Tana. Kalau tidak, mungkin aku akan merasa terasing sendiri. Lihat saja, dari semua orang di sini, tak ada satupun yang ku kenal. Pak Rendra juga sudah pergi entah kemana." ucap Aulia setengah berbisik pada Lantana.
"Pak Rendra mana ya? Kok kita di tinggal sendiri di sini?" Lantana celingukan mencari Pak Rendra.
"Eh jangan, Aulia!" Teriak Lantana mengambil sebuah gelas yang hampir di minum Aulia.
"Kenapa? Aku haus!" kata Aulia bingung.
"Minuman ini mengandung alkohol, nanti kamu mabuk!" jelas Lantana sambil meletakkan gelas di meja.
"Alkohol? Bagaimana kamu tahu?" Tanya Aulia.
"Eh, dari baunya. Ia, aku mencium bau alkohol!" jawab Lantana sambil berpikir.
"Kalau mau minum, ambil yang di sana!" tunjuk Lantana sambil menggandeng Aulia berjalan menuju tempat yang ditunjuknya.
"Itu Pak Rendra!" Tunjuk Aulia
Lantana mengarahkan pandangan ke arah yang ditunjuk Aulia. Dia terkejut, karena di samping Pak Rendra, ada Bima dan Bian. Ragu-ragu dia berjalan mengikuti Aulia.
"Selamat menikmati pesta ini!" ucap Bima saat Lantana dan Aulia datang.
"Ayo kita bersenang-senang!" Kata Pak Rendra sambil memberikan segelas minuman pada Aulia dan Lantana.
"Maaf Pak, kami tidak minum alkohol." kata Lantana menolak minuman pemberian Pak Rendra.
"Minum ini tidak akan membuatmu mabuk. Cobalah, ini enak. Kalian pasti menyukainya. Ayo Aulia, cobalah!" kata Pak Rendra.
"Bersenang-senanglah, jangan sok suci!" ucap Bian yang membuat Lantana tak berkutik.
"Maaf kami akan mengambil minuman di sana!" kata Lantana sambil menyeret Aulia pergi dari mereka.
"Pak Rendra, selesai acara ini Bapak kembalilah ke hotel tanpa Lantana!" kata Bian sambil mengecap minuman di tangannya.
"Loh kenapa Pak Bian?" Tanya Pak Rendra penasaran.
"Pak Bian butuh orang untuk membersihkan tempat ini. Orang dari kami tidak cukup." jawab Bima menimpali pertanyaan Pak Rendra.
"Oh baik, Pak! Ini alasan Pak Bian mengundang Lantana kesini? Untuk bersih-bersih ternyata. Dari kemarin saya penasaran, Pak. Lantana memang orangnya sangat telaten dan cekatan dalam bekerja." kata Pak Rendra membanggakan Lantana.
Bian hanya tersenyum sinis sambil menatap tajam ke arah Lantana.
**
"Tana, Bapak dan Aulia balik ke hotel lebih dulu ya. Kamu bantu bersih-bersih dulu sisa acara di sini." ucap Pak Rendra selesai acara.
"Saya pak? Apa tidak bisa besok? sekarang sudah jam 11 malam!" Lantana mencoba menolak.
"Besok gedung ini akan digunakan untuk acara lain, jadi harus selesai malam ini. Kamu di undang kesini memang untuk bantu-bantu di sini setelah selesai acara. Jadi tolong kamu bantu bersihkan tempat ini ya? Selesai nanti, akan ada sopir yang mengantar kamu ke hotel. Tenang saja, kita masih punya waktu satu hari di kota ini. Penerbangan kota masih esok lusa, jadi besok kamu bisa beristirahat." jelas Pak Rendra.
"Tana, aku tinggal dulu ya. Kamu tidak apa-apa kan?" Pamit Aulia
Lantana hanya mengiyakan dan membantu pegawai lain yang sedang sibuk membersihkan tempat itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 12.40, dan ruangan tempat acara tadi terlihat sudah rapi dan bersih. Lantana terlihat kelelahan, ia sudah sangat mengantuk. Apalagi ia kesusahan membersihkan ruangan ini dengan gaun panjang yang dipakainya.
"Permisi, Ibu Lantana?" Ucap seseorang yang mengagetkan Lantana.
"Iya." Jawab Lantana.
"Saya sopir yang akan mengantar Ibu ke hotel. Apa sudah selesai?"
"Oh iya, sudah selesai!" ucap Lantana. Ia akhirnya mengikuti sopir yang akan mengantarnya ke hotel.
Lantana merasa kelelahan, sampai-sampai ia tertidur di mobil. Sejak siang, ia sama sekali belum beristirahat. Sesampainya di hotel, ia berniat tidur sampai besok siang, lalu pergi mengunjungi makam Ayahnya.
Lantana membuka matanya perlahan, sedangkan mobil sudah dalam keadaan berhenti dan tidak ada siapapun di dalam,kecuali dirinya. Ia melihat sekitar, dan merasa bingung. Tempat ini bukan hotel tujuannya, tapi klub malam yang dulu biasa ia kunjungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
General FictionAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...