"Kamu sudah mengerjakannya?" Tanya Bian pada Bima yang baru saja memasuki ruangan kerja Bian untuk memastikan bahwa laptopnya bisa mengakses CCTV di area PT Hansa Food.
"Sudah pak. Silahkan anda cek kembali!" jawab Bima sambil menyerahkan laptop pada Bian.
"Kamu sudah mendapat informasi tentangnya?" Tanya Bian sambil membuka laptop yang masih dalam keadaan gelap.
"Sudah, tapi tak banyak informasi yang saya dapatkan. Saya menemui teman-teman Bu Lana tapi banyak dari mereka yang tidak tahu keadaan Bu Lana. Hanya ada satu teman Bu Lana yang bercerita bahwa dulu setelah kematian ayahnya dan bercerai dengan Pak Bian, bu Lana mencoba untuk meminjam uang pada mereka dan meminta bantuan tempat tinggal untuk sementara. Karena hal itu, Bu Lana dikucilkan dan mereka tak mau berteman dengannya lagi. Mereka yakin Bu Lana jatuh miskin." ucap Bima menjelaskan
"Lalu paman Lana sendiri bagaimana?" Tanya Bian sembari menyalakan laptop.
"Dari info yang sudah saya dapat, Bu Lana sendiri yang menandatangani penyerahan pengurusan perusahaan Wiguna Group kepada pamannya" jelas Bima.
Bian menatap lekat Lantana yang terekam CCTV lewat laptop di depannya. Wanita yang dulu berpakaian dan memakai aksesoris serba mahal, kini hanya memakai seragam office girl. Terlihat Lantana sedang membersihkan meja sebuah ruangan. Ia berhenti untuk mengikat rambut pendeknya dengan karet ditangannya, yang menyisakan anakan rambut terurai.
Bian merasakan perbedaan besar pada mantan istrinya tersebut. Wajah polos tanpa make up sedikitpun, terlihat wajahnya tak sebersih dulu dan warna kulit menggelap serta tubuh yang sepertinya bertambah kurus.
"Saat menghadiri peresmian cabang, saya sempat berbicara dengan Bu Lana." kata Bima
Bian mengangkat kepala ke arah Bima.
"oh ya? Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Bian sedikit acuh.
"Tidak banyak. Saya hanya bertanya apa yang telah terjadi. Tapi sepertinya Bu Lana tidak mau membahasnya dan menyuruh saya untuk pergi." jelas Bima pada Bian.
"Apa dia bertanya tentangku?" Tanya Bian.
"Tidak pak!" jawab Bima terbata. Dia sedikit kaget dan penasaran kenapa atasannya itu tiba-tiba peduli dengan mantan istrinya.
"Wanita munafik, dulu saja memohon - mohon agar bisa tidur denganku!" batin Bian sambil tetap mengawasi Lantana yang sedang membawa tong sampah ke luar ruangan.
"Carikan waktu luang untuk berkunjung ke PT Hansa Food, setelah semua urusan proyek selesai." perintah Bian sambil menutup laptop di depannya.
Bima mengiyakan dan segera undur diri dan keluar dari kantor Bian.
Sesaat setelah Bima pergi, Bian berdiri dan berjalan menuju sebuah brankas di samping mejanya. Ia memasukkan beberapa digit nomor lalu membuka brankas tersebut. Ia mengambil amplop di brankas bagian bawah brankas yang tertindih beberapa dokumen. Kemudian Bian mengeluarkan beberapa foto dari dalam amplop coklat tersebut.
Terlihat beberapa foto Lantana yang sedang berciuman dan tidur tanpa busana bersama lelaki lain di sebuah hotel. Hal itu membuat mimik wajah Bian berubah muram.
"Sepertinya aku belum puas membuatmu menderita. Aku akan membuatmu lebih menyesal telah mengkhianatiku dulu!" kata Bian dengan senyuman penuh kebencian sambil menatap foto - foto itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/344151056-288-k530813.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
Ficción GeneralAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...