Wanita cantik itu mengayuh sepedanya dengan cepat, sesekali melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukan pukul 06.56. "Sial! Kurang empat menit lagi aku harus sampai!" Oceh wanita itu sambil mengelap keringat yang bercucuran di dahinya.Dia terus mengayuh sepedanya di area persawahan yang masih sepi. Hanya ada beberapa orang yang berjalan kaki menuju ke sawah, serta satu atau dua kendaraan bermotor yang lewat.
Di perempatan jalan setelah area itu, dia berbelok kekiri menuju jalan besar, sekaligus jalan utama daerah itu.
"Ciiiiit" Dia mengerem sepedanya. Dengan terengah - engah dia melihat jam.
"Kurang satu menit lagi!" Dia bergegas menaruh sepedanya di samping pos satpam pabrik tempatnya bekerja, PT Alanda Makmur. Pabrik pembuatan sandal dan sepatu.
"Tana! Kebiasaan kamu ini!" Tiba - tiba seorang satpam datang memergoki Wanita itu. Lantana hanya nyengir.
"Kurang satu menit pak Wit, nitip dulu ya. Nanti jam istirahat saya pindah ke parkiran kok." Tanpa mendengarkan ocehan Pak Wito, Lantana langsung berlari menuju divisi kerjanya. Pak Wito hanya geleng- geleng kepala sambil mengelus dada.
"Pak Agus sudah datang?" Tanya Lantana ke Mira, sahabatnya.
"Tana! Jam berapa ini!"
"Sssttt! Jangan keras - keras, nanti Pak Agus dengar. Gajiku pasti di potong lagi kalau tahu aku terlambat" Bisik Lantana sambil menutup mulut Mira dengan tangannya.
"Kebiasaan!" cibir Mira.
Lantana mengedipkan satu mata pada sahabatnya itu.
Lantana hanyalah karyawan borongan di PT Alanda Makmur, di bagian packing produksi. Digaji sesuai dengan target produksi yang didapat setiap kerja. Jika terlambat, gaji juga akan dipotong. Pabrik ini hanyalah pabrik biasa yang hampir semua karyawannya adalah karyawan borongan.
***
Lantana mencuci tangannya setelah bel pulang berbunyi. Tangan dan jari - jarinya yang dulu halus, lentik, bersih, yang selalu dirawat dan di bawa ke salon kuku setiap bulan, kini menjadi tangan yang kasar dan tidak terawat. Banyak kulit di telapak tangan yang mengelupas akibat harus berurusan dengan kardus packing sepatu tiap hari. Kemudian Lantana melihat kaca besar di depannya. Melihat wajahnya yang dulunya mulus, kini di hiasi beberapa bekas jerawat. Dan untungnya tidak banyak, sehingga masih terlihat kecantikannya.
"Minggu ini sepi ya, dari kemarin pulang jam 16.00. Biasanya lembur sampai jam 18.00." Kata Mira yang juga mencuci tangan di samping Lantana.
Tidak ada tanggapan dari Lantana, mira pun menyenggol lengan Lantana dengan lengannya. "Hei! Nglamun aja!"
"Hah? Apa?" Lantana menoleh ke arah Mira sambil mematikan kran air.
"Hei janda!" Teriak gadis bernama Diana dari pintu tempat cuci tangan, sambil menuju ke arah Lantana, diikuti temannya yang lain.
Lantana tidak menghiraukannya, sebutan janda sudah melekat pada dirinya. Dan itu bukan masalah.
"Sudah kubilang jangan dekat - dekat Dodi. Jangan gatel - gatel donk!" umpat gadis itu sambil mendorong Lantana.
"Namanya janda ya mesti gatel lah!" umpat teman gadis itu.
"Dasar nggak tau malu!" Sahut temannya yang lain.
"Memang susah ya kalau jadi orang cantik, sehingga banyak yang mau dekat - dekat. Makanya kalau punya cowok tuh di jaga ya. Dodi aja yang suka caper!" Ejek Lantana.
Diana tidak terima dengan perkataan Lantana, langsung emosi dan menyerang Lantana, menjabak rambutnya. Lantana tidak tinggal diam, dia juga menjabak rambut Diana, menendang kaki dan tubuh Diana.
"Ada Pak Agus!" Teriak Mira yang tidak berhasil menghentikan mereka.
"Ada Pak agus! Ada pak Agus!" Teman - teman diana lari.
Mira berhasil menghentikan perkelahian mereka, dan Diana ikut lari menyusul teman-temannya.
"Tana, kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Mira khawatir. Lantana hanya menggeleng sambil merapikan rambut pendeknya yang awut - awutan.
"Diana kan anaknya Pak Lurah, kamu nggak takut apa?" Tanya Mira lagi.
"Halah, Lurah genit gitu. Aku buka baju juga langsung klepek-klepek!" balas Lantana sambil tertawa. Mira tersenyum meringgis melihat kelakuan sahabatnya. Dia tahu bahwa sahabatnya itu tidak akan melakukan hal seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
General FictionAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...