LANTANA (19)

18.4K 1.2K 11
                                    

"Maaf Bu," tiba-tiba sopir tadi datang dan membuka pintu mobil yang di tumpangi Lantana.

"Pak,Kenapa kita kesini? Harusnya Bapak mengantar saya ke hotel!" Kata Lantana dengan emosi.

"Sekali lagi maaf, Bu. Saya disuruh menyampaikan agar Ibu Lantana menemui Pak Bian terlebih dahulu di dalam!" kata Sang Sopir dengan raut ketakutan.

"Saya tidak mau,pak! Tolong antarkan saya ke hotel tempat saya menginap!" pinta Lantana.

"Saya mohon, Bu. Tolong temui Pak Bian terlebih dahulu!" Sang sopir terus memohon pada Lantana

"Tidak, Pak. Saya tidak mau bertemu dia!" kata Lantana.

"Tolong, Bu. Saya tidak boleh pulang sebelum Ibu menemui Pak Bian di dalam. Sementara anak saya sedang sakit dan saya harus segera pulang!" kata Sang sopir terlihat sedih.

Hal itu yang berhasil meluluhkan Lantana. Dia menghembuskan nafas dengan berat. Apa yang akan di lakukan Bian padanya?

Lantana memasuki klub malam yang dulu sering ia datangi. Ia melewati lorong-lorong yang tidak asing baginya. Dentuman musik terdengar semakin kencang. Ia berjalan menuju ke tempat Bian berada, ia sudah hafal dimana itu.

"Lana! Selamat datang!" Teriak Bian saat melihat Lantana datang mendekat.

"Kenapa kamu menyuruhku kemari, Bian?" Tanya Lantana dengan emosi yang dipendamnya.

"Jangan sok suci lagi! Bersenang-senanglah disini. Ini duniamu, Lana!" Teriak Bian seakan mengejek Lantana.

"Aku sudah menemui mu, sekarang biarkan aku pergi!" Kata Lantana lalu membalikkan tubuhnya bersiap pergi dari tempat itu.

Tiba-tiba beberapa lelaki menghadang tubuh Lantana, mereka berusaha menyentuh pinggang Lantana.

"Jangan sentuh aku!" Teriak Lantana yang membuat para lelaki itu menjaga jarak mereka. Lantana berusaha pergi dari tempat itu, tetapi di selalu halangi oleh beberapa lelaki.

"Bian, tolong biarkan aku pergi!" Lantana memohon pada Bian.

Bian memberi kode pada anak buahnya untuk membawa Lantana ke sebuah ruangan. Sebuah ruangan dengan berbagai minuman beralkohol yang telah tersedia di meja.

"Kumohon, Bian. Biarkan aku pergi!" Lantana terus memohon pada Bian.

"Aku akan membuat kesepakatan denganmu!" kata Bian sambil mengeluarkan cek dari dalam sakunya.

"Bersenang-senanglah dengan kami semua, lalu kamu bisa mengambil cek ini dan mengisinya dengan nominal berapapun yang kau mau!" kata Bian sambil mengambil tangan Lantana dan menaruh cek tersebut di tangan Lantana.

Tak pikir panjang, Lantana membuang cek tersebut dan berusaha lari dari ruangan itu. Tapi naas bagi Lantana yang tenaganya tak seberapa kuat di bandingan dengan mereka semua.

Bian kemudian merobek paksa gaun Lantana dengan pisau buah yang tersedia di meja. Kini bagian paha Lantana terekspos dan membuat mata para lelaki di ruangan itu semakin liar. Tak hanya itu, Bian kemudian merobek bagian atas gaun Lantana, sehingga baju dalam Lantana hampir terlihat.

Lantana menjerit dan berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terekspos seraya terus memohon pada Bian sambil menangis.

Bian kemudian menarik lengan Lantana dan segera meminumkan dengan paksa minuman beralkohol yang sejak tadi di tangannya. Lantana mencoba menolak, tapi naas minuman tersebut akhirnya masuk ke kerongkongan Lantana.

"Tolong Bian, jangan lakukan ini!" Lantana batuk-batuk mencoba mengeluarkan cairan alkohol yang sudah masuk, tapi tidak bisa.

"Sudah ku bilang, kita akan bersenang-senang. Pikirkan saja uang yang akan kau dapatkan!" kata Bian yang memaksa Lantana sekali lagi untuk meminum minuman beralkohol.

Lantana tak dapat menyangga tubuhnya lagi, kepalanya terasa sangat sakit. Ia tak berdaya lagi. Ia kini memilih duduk di lantai sambil menangis dan memegangi gaunnya yang hampir robek.Ia merasa dipermalukan habis-habisan oleh Bian. Perasaan sangat hancur. Lebih hancur daripada saat Bian menceraikannya.

"Kumohon, Bian. Jangan sakiti aku lagi!" Lantana memandangi Bian dengan memelas. Lantana merasakan kepalanya hampir pecah sehingga untuk menangis pun ia sudah tak kuat. Tak lama kemudian semuanya gelap!

LANTANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang