LANTANA (13)

17.6K 1.3K 2
                                    

Lantana menitikkan air mata bahagia melihat sahabatnya, Mira memakai busana adat pengantin berwarna hijau tua. Terlihat Ibu Mira yang juga menangis bahagia di samping Mira, ia tak menyangka anak semata wayangnya yang sejak 5 tahun lalu ditinggalkan oleh ayahnya menghembuskan nafas terakhir, akhirnya menikah.

Lantana bahagia melihat kedua mempelai pengantin yang sama - sama saling mencintai. Mira adalah sahabat yang baik, ia berharap pernikahan sahabatnya akan selalu damai dan bahagia.

Lantana teringat pertama kali saat bertemu Mira. Saat itu Lantana merasa dunia, bahkan langit pun membenci dirinya. Ketika tidak ada tempat tinggal ataupun tempat untuk berteduh bahkan semua yang ia anggap teman tidak bisa dihubungi dan menjauh darinya, termasuk Bian. Lantana berjalan di bawah derasnya hujan malam itu. Ia berjalan tertatih-tatih dengan koper di tangannya. Ia sungguh tak peduli dengan keadaan dirinya, ia hanya ingin menangis dengan keras.

Entah, mungkin sebuah takdir ia bertemu Mira dan ibunya yang saat itu sedang duduk di halte tak jauh dari tempat Lantana melampiaskan kesedihannya.

Mereka merasa kasihan dan menghampiri Lantana. Setelah mendengar semua keluh kesah Lantana, akhirnya mereka mengajak Lantana untuk ikut mereka pulang ke desa.

Mau tak mau, Lantana harus mengikuti Mira dan ibunya ke desa. Di kota besar ini, Lantana sudah tak mempunyai siapa-siapa. Kehidupannya sudah hancur, tidak tahu harus kemana lagi.

Perlu waktu satu bulan bagi Lantana sejak tinggal di desa untuk benar-benar mengikhlaskan semua yang terjadi. Melihat bagaimana Mira dan Ibu Mira berjuang bersama untuk bertahan hidup, dan bagaimana Mira yang mencari-cari pekerjaan agar dapat membantu perekonomian keluarga. Karena sebelumnya Mira berusaha bekerja di kota, tapi memutuskan pulang dan menghubungi ibunya untuk menjemputnya, yang akhirnya bertemu dengan Lantana malam itu.

Lantana mencoba untuk bangkit dari keterpurukannya. Ia mencoba melamar pekerjaan bersama Mira, yang akhirnya di terima bekerja di PT Alanda Makmur. Setelahnya ia berusaha hidup mandiri dan memulai semuanya dari awal. Lantana ingin hidup damai.

"Tana, ayo foto bersama!" ajakan Mira menyadarkan Lantana.

"Iya!" ucap Lantana berjalan ke arah dua mempelai.

Selesai berfoto, memeluk Mira dan mengucapkan selamat padanya.

"Kamu juga harus bahagia!" ucap Mira dengan mata merah yang hampir menangis.

"Aku akan selalu bahagia, Mira. Jangan menangis!" ucap Lantana menenangkan sahabatnya.

**

Lantana menikmati senja sore yang damai di ujung desa. Terlihat langit berwarna jingga yang indah. Sudah seminggu sejak pernikahan sahabatnya, ia kini merasa kesepian. Mira memutuskan berhenti bekerja dari PT Hansa Food dan mengikuti Bagas yang notabene adalah petani sukses di desa sebelah, dan Mira mengajak sang ibu untuk tinggal bersamanya di sana.

"Tana!" Teriak Mira

"Mira!" Lantana kaget Mira tiba-tiba berteriak di dekatnya.

"Dari tadi aku lihat kamu melamun." balas Mira cekikikan.

Lantana lalu memeluk lama pada sahabatnya yang seminggu tidak bertemu. Seketika rasa sepinya hilang.

"Kenapa kamu kesini? Mana ibu dan suamimu?" Cecar Lantana pada Mira.

"Ibu di rumah sedang bersih-bersih. Kata ibu kangen sama rumahnya. Lagipula aku juga merindukanmu. Kamu pasti juga kesepian, jadi kami memutuskan untuk ke sini." jawab Mira sambil mengapit lengan Lantana.

"Sebaiknya kamu ikut kami, Tana. Cari pekerjaan di desa Bagas, aku akan minta Bagas untuk membantumu. Aku tak tega meninggalkanmu di PT Hansa Food sendirian, apalagi jika mantan suami mu datang ke PT Hansa food lagi." ajak Mira yang merasa khawatir pada Lantana.

"Aku baik-baik saja, tak usah khawatir. Aku masing senang bekerja di PT Hansa Food. Apalagi tidak setiap hari juga bertemu dengannya, mungkin setahun sekali atau dua kali dia akan datang ke perusahaan cabang." Jawab Lantana.

"Ayo pulang, ibu tadi bawa makanan kesukaanmu, bakwan jagung!" ajak Mira kemudian berdiri dan berjalan menuju sepeda motornya dan di ikuti Lantana.

LANTANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang