Hari ini PT Alanda Makmur terlihat sepi dari biasanya, karena beberapa karyawan resmi mengundurkan diri dan mulai bekerja di PT Hansa Food.
Lantana terlihat tak semangat kerja, teman-temannya terutama Mira sudah bekerja di tempat lain. Hari ini ia pun tidak memperdulikan Diana dan mengacuhkan Dodi. Sekasar apapun ucapan Diana, dan entah apa yang dilakukan Diana, ia tak peduli.
Lantana membuka bungkusan nasi di depannya, hari ini ia membawa bekal nasi goreng sisa sarapan tadi. Ia benar-benar ingin sendirian makan di tempat sepi dan sejuk di bawah pohon mangga belakang pabrik tempat ia bekerja. Ia menikmati nasi gorengnya dengan lahap. Tiba-tiba ponsel Lantana berdering.
"Halo?" sapa Lantana.
"Benarkah? Pt Hansa Food? Sekarang juga? Baik saya akan ke sana secepatnya. Terima kasih!"
Lantana terlihat girang, ia membuang bungkus sisa nasi gorengnya dan langsung berlari ke arah pabrik.
**
Lantana mengayuh sepedanya dibawah terik matahari melewati jalanan yang tidak terlalu ramai. Tak peduli ocehan Pak agus saat ia ijin pulang cepat.
"Kamu tahu kan ini lagi banyak orderan dan banyak juga karyawan yang resign!"
Lantana mengayuh sepedanya dengan cepat. Ia bahkan tidak sempat mengganti seragam kerjanya karena dipikir akan memerlukan waktu yang lama jika harus pulang ke rumah terlebih dahulu.
Di depan PT Hansa Food, ia memarkir sepedanya di bawah pohon lalu berjalan menuju pos satpam.
"Permisi pak, saya Lantana. Hari ini saya ada panggilan kerja di PT hansa Food, menemui pak Rendra." ucap Lantana pada seorang satpam.
"Sebentar ya bu, saya konfirmasi dulu ke Bapak Rendra." balas satpam dengan ramah.
"Silahkan bu, saya antar ke ruangan pak Rendra!" ucap satpam sesaat kemudian.
Lantana berjalan mengikuti di belakang satpam sambil melihat-lihat sekeliling, jauh lebih luas di bandingkan PT Alanda Makmur. Ia teringat pada Wiguna Group, perusahaan milik ayahnya yang jika ingin bertemu ayahnya, ia harus menaiki lift ke lantai 15. Ia memasuki bangunan berlantai 3 yang di fungsikan sebagai kantor, dan di belakang bangunan itu ada bangunan lain yang di fungsikan sebagai gedung produksi dan gudang.
Lantana terus mengikuti satpam menaiki tangga yang menuju ke lantai 2 dan menuju sebuah ruangan di seberang tangga. "Silahkan masuk bu, sudah di tunggu pak Rendra" ucap satpam sambil menunjuk pintu di depannya. Lantana mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Lantana membuka pintu kaca buram, terlihat lelaki berumur 50 puluhan sedang duduk dibalik meja. Pria itu menyuruh Lantana duduk di kursi yang telah di sediakan di depan meja.
"Posisi yang kosong di perusahaan saat ini adalah bagian office girl. Selain itu nanti kamu juga kemungkinan ditugaskan untuk mengantar dokumen-dokumen ke kantor cabang lain maupun kantor pusat. Kamu bisa menyetir mobil kan? Bagaimana? Kamu setuju?"
"Siap pak, saya setuju!" ucap Lantana bahagia.
Dia tak peduli apapun pekerjaan nya asal dia bisa bekerja di Hansa Food seperti teman-temannya dan menjauh dari Diana maupun Dodi.
"Baiklah nanti kamu temui Aulia, admin HRD di lantai 1. Nanti aulia yang akan menjelaskan masalah jam kerja, gaji serta tanda tangan kontrak." ucap pak rendra. Lantana undur diri, dan segera menuruni tangga ke lantai 1.
"Loh Lantana! Kok kamu disini!" Ucap Mira kaget saat menemui sahabatnya itu di PT Hansa Food.
Lantana tersenyum kecil, "aku ada panggilan kerja" bisik Lantana.
"Kok bisa? Padahal surat lamaran kamu baru saja aku kasihkan ke Aulia." sahut Mira ragu-ragu.
"Oh ya? Mana Aulia? Aku ingin menemuinya untuk tanda tangan kontrak!" ucap Lantana tidak sabar.
Mira mengantar Lantana menuju ke tempat Aulia bekerja, di sebuah ruangan yang di isi beberapa meja serta komputer di atasnya. Mira terus berjalan ke ujung ruangan dan bertemu dengan wanita seumuran Mira.
Wanita itu tersenyum menyambut Lantana dan Mira. Mira lalu pamit pada mereka untuk kembali ke tempat kerjanya. Kemudian Aulia menyodorkan beberapa lembar dokumen, serta menjelaskan peraturan-peraturan perusahaan pada Lantana.
**
Lantana melahap nasi dengan sayur kangkung dan ikan lele di depannya. Ibu Mira datang membawa piring berisi sambal teri.
"Ayo ini ibu buat sambal teri. Cobalah Tana, ini sambel kesukaan almarhum bapaknya Mira dulu."
Ibu Mira meletakkan piring di meja makan kayu dimana Lantana dan Mira sedang asyik melahap makanan masing-masing.
"Taruh aja bu, nanti juga di makan habis sama Tana!" Mira tertawa meledek sahabatnya itu.
"Berarti besok kamu sudah mulai bekerja di Hansa Food?" Tanya Mira yang di jawab dengan anggukan Lantana.
"Lalu kapan kamu pamit ke Pak Agus?" Tanya Mira lagi.
"Pulang kerja besok aku mampir ke Pak Agus untuk pamitan kok." jawab Lantana dengan tetap melahap nasi piringnya.
"Bareng aku aja ya pakai sepeda motor. Lumayan jauh tempat kerja sekarang, sekitar 7 km. Kalau ke Alanda Makmur kan cuma 3 KM!"
Lantana menggelengkan kepala, " tidak, aku naik sepeda biasa saja. Sekalian olahraga dan menikmati pagi! "
Mira sudah menduga jawaban Lantana akan seperti itu. Tapi Mira serta ibunya tidak dapat memaksakan kehendak Lantana.
"Ya sudah. Bilang saja jika suatu saat mau bareng!"
Lantana mengangguk. Dia sangat bersyukur bertemu dengan keluarga yang memberinya rasa nyaman dan hangat. Keluarga yang sangat ia dambakan sedari dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANTANA
General FictionAda yang berkata bahwa kehidupan itu seperti roda dan kita tidak tahu kapan roda itu akan berputar. Seperti kisah Lantana, wanita cantik yang dulunya hidup bak putri kerajaan. Dan tiba - tiba hidupnya berubah seperti yang tidak Ia bayangkan sebelumn...