12

6 0 0
                                    

Menyesap kopi latte,sambil menikmati suasana senja,ponselku tak berhenti bergetar.menandakan, panggilan masuk.

Aku,tidak pernah menerima panggilan di kantor. kecuali,berbalas pesan.itupun,jika penting atau sempat.

Kadang,baru bisa ku buka ketika sudah di apartemen.dan,rentetan pesan Arion lah yang paling banyak.

"makan dulu Febi"

Ini hari berikutnya kami lembur,karena tumpukkan berkas dari lapangan.banyak data yang harus kami periksa,sebelum di serahkan pada tim penyeleksi.

Butuh kejelian dan konsetrasi penuh ketika mengolah lembaran-lembaran tersebut.

Ku pikir,menjadi supervisor itu mudah.tapi,kini aku tahu kerumitan pekerjaan ini.

Namun,ada syukur yang terselip.karena,pekerjaan ini adalah keinginan yang tertunda dulu.

"iya Mba"

Mba Wiwik duduk di sebelahku.di ikuti Lusi,Dona, Putri dan Savia.

"pertanyaan Lusi kemarin,jangan di ambil hati.dia emang cerewet"

Ucapan Mba Wiwik,menghentikan kunyahanku.

"gak baik membicarakan orang lain,apa lagi Pak Angkasa"

Aku pun setuju.tapi,mulutku tidak menjawab apapun.

Meskipun terkesan menyindir terang-terangan, sikap Mba Wiwik secara tidak langsung memberikan kami nasihat.dan kami,tidak serta merta menanggapinya dengan kekesalan.

"saya sudah hampir sebelas tahun kerja di sini, semenjak perusahaan ini,l masih di tangan orang tua Pak Angkasa"

Rasa tertarikku pada topik yang di pilih Mba Wiwik, mungkin terlihat kentara.karena,kunyahan dalam mulutku kembali melambat.

Mba Wiwik menyamakan posisinya.kaca matanya di lepaskan,dan menampakkan bekas jepit di sisi hidung bangir beliau.

"kerja di sini,sampai pensiunpun gak jadi masalah buat saya"

Elaan nafas Mba Wiwik,terdengar samar.

"banyak perusahaan di luar sana ngejanjiin gaji gede.tapi loyalitas dan toleransi perusahaan gak di kedepankan"

Runguku menyimak dengan baik perkataan Mba Wiwik.dan,satu kesimpulan mewakili penilaianku pada A-Corp di bawah kekuasaan Angkasa Anugrah.

Sudah hampir jam sepuluh malam,setelah ku lirik lagi angka jam.teman-teman yang sudah pada pulang,tersisa hanya aku dan Mba Wiwik.

Pesan Zahra dan Arion tertangkap netraku ketika aku membuka ponsel.dan,pesan dari Arion yang pertama ku buka.

Bi,udah tidur ?

Bi ?

udah centang dua,tapi belum biru.

udah tidur,atau kamu masih di luar ?

febi ?

Febrianti !

Arionku is calling...

"Assalamuallaikum..."

"Waalaikumsallam.kebangun,atau lagi di mana ?"

Suara dari seberang sana,terdengar lelah.

Aku lembur Ar...

"udah di kostsan ?"

Alihku cepat.

"iyaah..."

Di sini,aku bisa mendengar elaan nafas Arion terdengar berat dan meremukkan dadaku.

"gak mau ngasi tau aku,dari mana aja seharian ini ? chatku juga baru kamu read"

Maaf...

"aku keluar bentar tadi.dan lupa carger hp"

"dan balik langsung tidur ?"

Aku tau,kalimat Arion menyindirku.

"udah aku bilang,jangan abaiin aku.cukup jarak, nyiksa aku Bi..."

Sekali lagi,aku mengucapkan kata maaf dalam hatiku.

Aku mohon,jangan kayak gini Ar...
Kalimat itu,hanya bisa terucap dalam hati.

"Ar-..."

"jangan katakan apapun Bi...sekarang istrahat"

Sambungan terputus,setelah dia mengucapkan salam.aku tau,dia kecewa dengan sikapku.tapi,ini caraku bertahan.agar,dia mau menerima keputusanku.

"Zahra menghubungimu ?"

Hampir saja,ponsel dalam genggamanku terlempar. karena suara di belakangku.

Pak Angkasa ?

"ti-tidak Pak"

Tatapan atasanku sedikit bingung,dan menular padaku.

"Pak Abdullan menelpon saya,putrinya tidak bisa menjemputmu dan meminta saya untuk mengantarmu"

Apa ?

Zahra bercanda ?

Kenapa harus Pak Angkasa ?

Si kunti itu lupa siapa pria di depanku ini ?

Sementara sekelibat tanya dalam benakku,suara Pak Angkasa kembali terdengar.

"besok di lanjutkan lagi"

Tubuh Pak Angkasa berbalik,sepertinya beliau buru-buru.

Aku sadar posisiku di perusahaan ini,yang belum genap sebulan.dengan sopan aku menolak utusan Om Bilal,yang di wakilkan pada orang yang salah.

"saya,bisa naik taksi Pak..."

Tubuh yang sudah keluar dari lobi,kembali ke arahku.

"selain Pak Abdullah lebih tua dari saya,saya tidak ingin cari masalah dengan beliau"

Kini,aku tidak lagi membantah.

Ku ikuti atasanku dari belakang.dalam hati bersyukur,semua teman-teman sudah pulang.dan, keadaan kantor juga sudah sepi.

Pesan dari Arion,kembali ku terima ketika mobil Pak Angkasa melintasi jalan di bawah temaram langit menyongsong aura subuh.

kalau gak mau jujur ke aku,se'enggaknya jgn boongin hatimu.

Mataku terpaku pada pesan tersebut.

Memeluk BayangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang