15

5 0 0
                                    

Suasana pagi di kantor hari ini sedikit berbeda.entah kenapa aku merasa ada beberapa tatapan aneh ke arahku.terutama,tatapan Risa.

Aku mencoba menerka-nerka,kenapa mereka bersikap demikian ? atau,mungkin hanya perasaanku saja.

Di dalam lift tadi,Risa,putri,dan Dona menampilkan senyum penuh arti.barangkali ada sesuatu hal yang ingin mereka tanyakan padaku,tapi karna ada Mba Wiwik juga menjadi satu alasan mereka menundanya.

Karena sekarang,Risa dan Putri sudah menghadangku tepat di depan pintu ruangan.

"bisa lo jelasin ke kita kenapa kemarin lo bareng Bos ?"

Hah ?

Aku yang kebingungan dengan pertanyaan itu,sejenak terdiam menatap bergantian mereka berdua.

"lo jalan sama Pak Angkasa ?"

Putri melengkapi pertanyaan karna belum mendapatkan jawaban dariku.

Runguku berputar pada hari kemarin,dan benar saja.aku bersama Pak Angkasa di restoran itu kemungkinan ada dari salah satu teman kantorku melihat.

Aku masih di kekang posisi di ambang pintu.dan masuknya Mba Wiwik menyelamatkanku karena kami bertiga berseger memberikan akses kepada Mba Wiwik.

Namun ekspektasiku salah,aku malah di gerek ke meja Risa untuk di mintai klarifikasi.

"Feb demi apa ? lo beneran jalan sama Pak Angkasa !"

Suara Risa sedikit lebih pelan,meski aku tau sebagian dari mereka merekam diam-diam.

"jalan apa ?"

Tanyaku bingung.toh memang aku dan Pak Angkasa kemarin tidak sedang jalan-jalan.

Putri memperlihatkan layar ponselnya,sebuah foto memperlihatkan aku dan Pak Angkasa turun dari mobil beliau.

"terus ini apa ?"

"bukan apa-apa Put.it-..."

"gak bisa nunggu waktu makan siang aja di bahasnya ? kerjaan lagi numpuk-numpuknya gini kalian malah sibuk sama yang gak jelas"

Suara Mba Wiwik terkesan tegas.

"tau ! orang lain yang beli kipas lo pada yang kepanasan"

Dona menggerutu seolah dia setuju dengan ucapan Mba Wiwik barusan.

"diem lo banci"

"lo utang penjelasan sama kita Feb"

Aku menggeleng heran dan lekas duduk ke tempatku mengabaikan permintaan Risa yang juga menuju mejanya.

Setengah jam lagi waktu makan siang hampir tiba. akupun tidak sabar lagi untuk beristirahat karna jujur,perutku memang kosong akibat tadi pagi tidak sempat sarapan.

"Mba Febi ?"

Seorang pria dengan umur yang lumanyan matang berdiri di ambang pintu,tapi aku lupa siapa namanya.

Dia pun masuk mendekatiku.

"i...yah Pak ?"

"di panggil Pak Angkasa keruangannya sekarang"

Hah ?

Mendengar itu,aku tidak perlu menyebar tolehan pada orang-orang di sekelilingku.karena sudah pasti mereka sedang memperhatikanku.

Ini pasti semakin menambah asumsi Putri dan yang lain-lain bahwa aku ada sesuatu dengan Pak Angkasa.

Lagian,kenapa harus aku yang di panggil jikalau membutuhkan sesuatu ? bukannya ada Risa si sekretaris perawan tua yang nggak laku-laku itu ?

Ku pause layar komputerku,dan meneguk agak rakus kopi latte yang sempat ku seduh dua jam lalu. segera aku berdiri dan mengikuti pria matang itu keluar.

Namun,sempat ku dengar suara Lusi yang meledekku di selingi kekehan jail.

"ekhem ! ada yang backstreet nih hihihi"

Sekarepmu lah Lus...

Saat tiba di depan pintu ruangan atasanku,lagi-lagi runguku sensitif dengan sendirinya melirik Risa yang sudah jelas ikut menatapku dengan senyum miringnya.

Elaan nafasku pasrah.ini akan menjadi topik panas beberapa hari kedepan.karena pintu tebal itu langsung di buka Pak Angkasa tanpa ku ketuk dulu.

"eh...eum,permisi Pak.maaf ...anda,memanggil saya ?"

"masuk"

Ku hembusakn nafas perlahan agar sedikit membantuku untuk tidak gugup.

"duduk"

Ku turuti perintahnya,namun tak berani menatapnya lama.cukup mengangguk dan mengucap trimakasih,ku harap Pak Angkasa tidak merasa kurang di hormati.

Ini kali ke dua aku masuk ke ruangan menyeramkan milik Pak Angkasa.selain aku merasa kepanasan,aku juga agak bingung karena dia lagi-lagi berbicara lewat telepon.

"ok trimakasih"

Lalu kalimat terakhir itu sebagai penutup obrolannya.

"kamu bosen ?"

hah ?

Maksudnya ?

"menunggu beberapa menit"

Tidak.

Karena saya sudah terbiasa dengan itu.

"tidak Pak..."

"langsung saja.hari ini kamu saya jadwalkan sampai jam empat sore saja"

"loh,kenapa Pak ?"

Apa aku di pecat ?
Apa Pak Angkasa sudah mencium gosip yang beredar ?
Atau,Pak Angkasa akan menceramaiku karena tidak mengerjakan laporan dengan benar ?

Berbagai praduga menyerangku.dan dengan sepersekian detik kami sempat saling menatap,dan Pak Angkasalah yang segera memutuskannya.

"dampingi saya menghadiri undangan dari Pak Dito nanti malam"

Dampingi ?

Aku terkesiap.sekali lagi,kenapa harus aku ?

"Pak Dito yang memintanya"

Permintaan Pak Dito ?

Penjelasan Pak Angkasa barusan membuat umpatan dalam hatiku terdengar jahat.karena aku ingin mencakar wajah Pak Dito dan menyeretnya kesini karena sangat menyebalkan.

"maaf Pak,bukannya saya bersikap kurang ajar. hanya saja saya merasa tidak memiliki kapasitas penuh untuk ikut andil lebih jauh"

"kamu menolak saya ?"

Astaga !

"bu-..."

"jam 7 nanti saya harap kamu sudah standbye untuk saya jemput.silahkan istirahat"

Ya Allah Ya Roob...

Memeluk BayangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang