Temui adik saya,dia yang akan menemanimu mencari cincin dan gaun.saya sibuk....
Mataku membidik isi pesan dari Pak Angkasa,rasa kesalku yang sama sekali tidak di ketahui Pak Angkasa membludak.
Aku punya alasan,tapi tidak sanggup untuk mengungkapkannya.
Tidak perlu ku balas,karna Arion sudah menungguku di depan tempat yang sudah dia janjikan.
Sebelum keluar ruangan,ku lirik Mba Wiwik yang masih anteng duduk di kursinya entah mengobrol dengan siapa lewat telepon.
Yang lain sudah pada pulang,aku hanya berpamitan dengan kode isyarat kepada Mba Wiwik,yang di jawabnya dengan ancungan jempol.
Ku lewati beberapa orang yang masih lalu lalang,dengan masing-masing tentengan berkas yang di kerjakan di rumah,juga Pak Antoni yang tak sengaja berpapasan denganku keluar dari ruangan Hasan.
Aku hanya menampilkan senyum canggung,lalu meninggalkan area kantor menuju parkiran.
Fasilitas yang di berikan Pak Angkasa,juga sopir pribadinya sudah lumayan menunggu,aku segera masuk dan meminta di antarkan di mana Arion menunggu.
Tiba di depan Caffe,aku turun dengan segala gundah gulana yang menyerang.kalimat sapaan apa yang tepat ku suguhkan untuk pria yang membuatku terombang-ambing itu ?
"Maaf,aku telat..."
Iyah,hanya itu yang bisa ku uraikan setelah di persilahkan duduk oleh Arion.
Sudah ada dua gelas Ice lemon tea di meja,dan tatapan Arion yang seperti meminta penjelasan.
"Ekhem..."
Dehemanku,nenandakan kegugupan.karna,sejak lima menit aku duduk,pria ini belum ada mengeluarkan sepatah katapun untukku.
"Abangmu memberitahuku..."
"Bukan karna pesanku ?"
Ok,Arion mulai memancing.
"Aku hanya meneruti..."
Sanggahku,meskipun hati tidak karuan.
Tatapan Arion datar,juga dingin.aku mulai merasa ada yang mulai berbeda dari hubungan kami.tepatnya,setelah lamaran kemarin.
Bukan ini yang ku mau,tapi tidak bisa juga ku lawan.status janda yang melekat padaku membuat Tante Wahida dan suaminya sangat senang ada yang melamarku baik-baik,kata mereka tidak baik menjanda terlalu lama,akan menimbulkan fitnah.
"menuruti keduanya ?"
Ujarnya sambil menggeser gelas dingin itu kepadaku.
Aku mereasa terjepit di sutuasi yang sulit ku seimbangkan.biar bagaimanapun,Angkasa tetaplah atasanku,dan Arion masih menjadi seseorang pemilik hatiku.
Aku rindu padanya,wajar jika aku tidak bisa mencegah hasrat untuk bertemu dengannya.apa lagi,dalam kondisi hubungan yang terbilang kurang baik antara kami seperti sekarang ini,tidak munafik jika aku lemah untuk menolak.
"hem ?"
Tidak perlu ku jelaskan apa yang memaksaku bertemu dengannya,dua opsi dalam satu pertemuan ini di luar kendaliku.
Arion pasti paham situasiku.
Asik berperang dengan isi kepala yang berantakan,ponselku bergetar.
Nama Ibu mereka yang tertera di layar.
Belum ku geser touch hijau,ku lirik sejenak Arion yang menatapku seolah menyuruhku untuk menerima telepon itu.mungkin,dia tau siapa penelepon tersebut.
"Assallamuallaikum Bu ?"
Dengan sopan ku jawab...
"Wa'alaikumsallam nak.sudah bertemu Arion ?"
Aku mengangguk,meski ku tau beliua tidak melihatku.
"iyah Bu..."
"syukurlah...calonmu tidak mempercayakan siapapun menemanimu.karna Ibu ada urusan hari ini jadi di gantikan Arion dulu yah.tidak masalah kan ?"
Calonmu ?
Ku yakin Arion pasti mendengarnya.Darahku berdesir kencang,menimbulkan hawa panas dalam diriku.aku belum siap dengan julukkan itu,tapi...ah sudahlah.
"tidak masalah Bu..."
Jawabku dengan suara rendah.
"pilih yang kamu suka,jangan sungkan ataupun merasa beban.Ibu harap kamu tidak bimbang... Assallamuallaikum"
"Wa'allaikumsallam Bu..."
Telepon terpustus,dan rasanya aku ingin memecahkan gelas di depanku.juga,ponsel yang semakin ku remat erat.
"boleh kita berangkat sekarang ?"
Tapi sesungguhnya,inginku tidak begitu.
Aku masih ingin duduk berlama-lama dengan pria ini,bercerita banyak hal,dan mengeluhkan semua apa yang terjadi belakangan ini.
Di dalam mobil,tak ada obrolan sama sekali.menambah kecanggungan di antara kami.
Ku tarik nafas yang begitu berat,melirik jemari Arion yang meremas erat setir mobil,membatku ingin menangis.
Toko berlian di sebuah mall kota Bandung,pilihan Arion membawaku.aku tidak memiliki semangat untuk memilih bentuk dan harga berapa,karna mataku malah di genangi air saat Arion menunjukkan benda bulat cantik itu kepadaku.
Berlian putih,dengan satu permata berkilau memenuhi netraku.namun,yang aku lakukan malah menatap Arion dengan perasaan hancur lebur.
Ini baru cincin,bagaimana nanti kalau saat akad Arion salah satu menjadi saksi pernikahanku ? Apakah ada alasan untukku bisa kuat ?
"Aku yang pilihin,kali ini gapapa bohong ke abang..."
Getar dan serak suara Arion,menyayat-nyayat hatiku.
Dan...
Air mataku sudah tak bisa lagi bertahan di pelupuknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Bayangmu
RomanceAsal kamu tau,hari itu bagi aku bukan cuma takdir,tapi musibah dalam hidupku... Arion Anugrah