34

10 0 0
                                    

Kedatangan kami di Semarang di sambut bahagia Tante Hilda dan Om Ahmad.seperti biasa pula,tamu akan di suguhi beberapa macam makanan khas Semarang.

Raut Tante Hilda tidak kaget,mungkin sudah di hubungi oleh Mas Wisnu soal aku yang akan membawa Hanum.

Di ruang tamu,Arion dan Hanum duduk di temani Om Ahmad.sementara aku,di ajak ke kamar untuk di mintai penjelasan.

"jadi Arion itu calon ipar kamu ?"

Bola mataku bergulir,kelopak ku berkedip tiga kali.pertanyaan Tante Hilda menurutku tidak penting,tapi sukses menyesakkan dada.

"dan anak kecil itu anak Pak Angkasa..."

Jawabku setelah mengangguk.

Bibir Tante Hilda membetuk huruf O,lalu jemarinya menyelip kesela jemariku.

"Tante dan Om seneng banget pas Mas mu mengabari soal ini.jadi,Tante gak cemas lagi mikirin kamu di kota orang"

Tapi hatiku yang gundah Tante...

Dan jawaban itu hanya bisa ku telan.

"calon mertuamu baik nak,dia sangat antusias membahas pernikahanmu"

Aku bisa membayangkan bagaimana raut Ibu Pak Angkasa,dia memang Ibu yang baik.tapi...

Aku pernah di tolak...

Aku mendesah dalam hati,dan ketukan pintu menyadarkan kami.

"Hanum udah tidur"

Itu suara Om Ahmad,yang bisa ku dengar dari dalam kamar.aku segera bangkit,pamit setelah Om Ahmad mengiyakan.

"udah lama tidurnya ?"

"lumayan..."

Aku merasa bersalah,pasti lengan Arion cukup ngilu menyanggah kepala Hanum.

"bawa ke kamar saja nak Arion,sini Tante antar"

Hanum di dalam gendongan Arion tidak sedikitpun terusik.mungkin efek kelelahan selama di perjalanan.

Tante Hilda hanya mengantar sampai di depan pintu.

"kamar sebelah udah Tante bersihin buat Arion.Tante nyusul Om dulu yah ?"

"trimakasih..."

Setelah Hanum di baringkan di kasur,pria itupun ikut pamit untuk bersitirahat.tadinya rencana kami tidak akan menginap,karna aku masih ada sisa pekerjaan yang harus segera ku selesaikan.

Tapi Risa mengabari kalau semua sudah di hundle oleh Mba Wiwik,perintah dari atasanku.bersyukur sebenarnya,tapi jika seperti ini terus menerus aku merasa menjadi tidak profesioanal sebagai karyawan.

aku di teras samping,gak bisa tidur

Kepalaku seperti linglung,tapi cukup kawatir setelah membaca isi pesan Arion.

Ku pastikan Hanum yang sedang lelap,agar bisa menyusul Arion.

Aku keluar tanpa mematikan lampu,karna kata Arion gadis kecil itu akan gelisah jika tidur tanpa cahaya.

Kakiku melangkah pelan keluar,takut ada yang mendengar.tidak enak jika Tante Hilda ataupun Om Ahmad melihat kami di jam tengah malam seperti ini belum tidur.

Cahaya ponsel yang memantul di wajah Arion,membuat sudut bibirku tertarik.dari sini,aku bisa melihat pahatan wajahnya yang cukup tegas,juga...merindukan.

"kenapa belum tidur ?"

Kepalanya menoleh,dan cahaya ponsel seketika redup.

"kamu gak matiin lampunya kan ?"

Aku menggeleng tanpa suara,lalu menunduk.

Jarak kami terpisah meja bundar,tapi hawa panas tubuhku mengalahkan udara dingin yang menerpa kulit.

"tanggal pernikahanmu di ambil bertepatan dengan hari ulang tahun Hanum..."

Aku mengangkat kepala,membalas tatapannya yang terlihat sendu.

Arion...

Ku mohon jangan seperti ini,karna rasanya terlalu sakit untuk ku jalani.

"itu kata Om Ahmad tadi..."

Sambungnya.

Bahkan aku tidak perduli dengan semua itu,dan aku juga baru tau dari mulut Arion sendiri.

Arion menegadah,entah apa yang di tatapnya,langit kah,atau ujung atap teras.

Aku masih bungkam,tidak tau reaksi apa yang harus ku tampilkan.karna,aku tidak merasa apa-apa.tidak bahagia,tidak juga sedih.

Rasanya seperti,marah...?

Entahlah...

Marah ke siapa.mungkin,marah ke diri sendiri,atau...takdir.

Lalu,aku bisa apa ?

Yang ku lakukan malah bangkit dari bangku,dan berjalan menginjak tanah tanpa alas kaki.

"Bi..."

Bahuku bergetar,juga nafasku memburu.emosi yang tertahan di sana,rasanya seperti akan membunuhku.

"tinggalin aku sendiri..."

Serak suaraku akibat menahan tangis,juga menahan gejolak perasaan yang ingin memeluk erat tubuh tegap yang berdiri di belakangku.

"gak"

Pelan nada suaranya,tapi terdengar tegas di telingaku.

Kakak beradik ini,entah cinta siapa yang akan membahagiakanku,atau cinta siapa yang akan menghancurkanku.

"gak peduli bekas pelukkan siapa,bekas genggaman siapa.yang harus kamu tau,aku gak bakal pernah ninggalin kamu"

Aku berbalik,menghadapnya dengar deraian air mata kepiluan.

Persetan dengan kelemahanku,Arion tau selemah apa aku.hanya saja,kekuatan yang aku punya telah pupus untuk ku perjuangkan.

"kalau gitu,mari kita kabur"

"Febi !"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memeluk BayangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang