Reala : Berubah

15.8K 1.3K 5
                                    

"SIAPKAN MOBILKU CEPAT!!" suara Aslan melambung tinggi.

Bodyguard yang berada di pintu depan segera menyiapkan mobil milik Aslan, ketara sekali tuannya sedang murka.

Aslan berlari sekencang mungkin dengan Arsha yang berada digendongannya, yang belum Aslan sadari adiknya sudah pingsan.

Bunyi langkah besar dan terburu-buru mengalun memenuhi indera pendengaran Maid dan para Bodyguard.

Mereka menunduk takut saat aura Aslan yang terasa mencekik memenuhi ruangan, Aslan yang sudah berada di depan mobilnya langsung menyetir dengan kecepatan tinggi.

Arsha yang masih berada digendongannya duduk dipangkuan Aslan dengan tenang, kepala Arsha terjatuh kebelakang.

Saat itu juga Aslan menyadari bahwa Arsha pingsan, dia menginjak pedal gas ke level maksimal. Mobil sport itu melaju dengan kecepatan tinggi. Membuat siapa saja yang mendengar suara deru mobilnya menjadi ngeri dan takut.

Belum lagi mobil hitam berderet dibelakangnya, tentu saja mereka adalah Bodyguard yang mengikuti Aslan.

Tak ayal ada juga yang berusaha menyeimbangkan laju mereka dengan laju mobil sport  milik Aslan.

Wiu! Wiu! Wiu!

Suara sirine polisi tiba-tiba terdengar oleh Aslan, bukannya memelankan kecepatan mobilnya. Aslan justru terus melaju untuk cepat sampai dirumah sakit.

Mobil polisi itu tidak mengejar atau berniat menghentikan aksi Aslan, malah mobil-mobil polisi itu membantu mengiringi Aslan.

Bodyguard pribadinya - Dilto, sempat menelepon pihak kepolisian untuk mengamankan jalan menuju rumah sakit, jika perjalanan terhambat sedikit saja maka bisa dipastikan Dilto dan Bodyguard lainnya tidak akan selamat, mengingat kemarahan Aslan yang suka meledak-ledak.

Lalu lintas yang sedikit ramai itu terpaksa menepi saat mobil polisi yang mengawal mobil sport melaju melewati mereka.

"Kumohon bertahan Arsha, maaf maafkan Abang" Aslan terus menggumamkan kata-kata untuk menyuruh Arsha bertahan.

Dia menyesal.

.
.
.

Arga melihat beberapa maid yang keluar dengan wajah pucat, mereka terlihat membersihkan kaca jendela diluar mansion.

Karena curiga dan penasaran, Arga mendekati mereka.

"Kalian, kenapa ketakutan seperti itu?"

Para maid berbalik badan dan melihat Arga serta Selena yang menunggu jawaban.

Salah satu maid disana langsung maju "tuan Aslan marah besar, kami tidak tahu kenapa. Tapi sepertinya karena tuan Arsha yang terluka"

Selena mengernyit bingung, tidak biasanya Aslan perduli "Memang terluka bagaimana?" Tanya gadis itu.

"Kepalanya berdarah dan pingsan nona"

"Apa?!"

Selena tampak terkejut dengan kabar Arsha yang terluka, gadis itu langsung berlari kedalam mansion,  meninggalkan Arga yang masih berdiam diri.

Saat sampai di dalam, Selena dibuat berteriak histeris saat melihat bercak darah yang berceceran dari arah tangga menuju pintu keluar mansion.

"Om! Sekarang kita ke rumah sakit, ayo!"

Selena berlari lebih dulu, Bodyguard yang berada disana menyusul langkah Selena yang terlebih dulu pergi.

Gadis itu berdecak cemas, dulu dirinya memang membenci Arsha karena Arsha bersikap kasar dan terkadang menggunakan kekerasan padanya. Selena tentu masih mengingat jelas bagaimana perlakuan Arsha padanya, sering kali membuatnya takut.

Tapi beruntung bagi Selena yang dibela oleh Frans dan para Abangnya saat ia terluka ataupun sedih, tapi tidak bagi Arsha yang malah mendapat kekerasan dari keluarganya.

Selena tahu bahwa sebelum dirinya ada di dalam keluarga Atraja, Arsha sudah dibenci. Namun, alasan mereka membenci Arsha belum bisa dia temukan jawabannya.

Ditambah kehadiran Selena yang lebih disukai keluarga Atraja, membuat Arsha semakin tersingkir. Selena tidak bodoh, dia tahu bahwa Arsha membencinya karena menganggap dirinya merebut keluarganya.

Tapi sungguh, Selena selalu ingin membuat mereka berdamai. Membuat Frans dan saudara itu menyayangi Arsha, tapi nampaknya niat baiknya tidak terlaksana dengan mulus karena Arsha yang selalu berusaha mencelakainya.

Selena itu tipe gadis yang menyukai keadilan, dimana saat Arsha mengganggunya maka dia akan melawan. Tak ayal hal itu juga membuat tubuhnya terluka, dan berakhir Arsha yang mendapat hukuman dari keluarganya.

Selena yang berada di dalam mobil memijit pelipisnya yang agak pusing.

"Bukankah kalian mau memperbaiki hubungan dengan Arsha, terus kenapa Arsha bisa terluka?" Selena bergumam pelan, memikirkan bagaimana Arsha terluka saat berada di dalam mansion, penjagaannya sangat ketat dan tidak mungkin ada penyusup yang masuk di siang hari.

Kecuali satu, yaitu orang yang melukai Arsha adalah orang dalam.

Salah satu dari pria dewasa di kediaman Atraja.

"Kenapa Arsha masih terluka?"

.
.
.



Flash back.

Malam hari di sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk bekerja, terdapat empat pria keluarga Atraja.

Frans, Arga, Aslan dan Kaisar.

Keempatnya duduk disofa yang sama dan hanya terdiam, ruangan itu tampak sepi meski ada empat orang didalamnya.

"Arsha berubah" Arga menjadi yang lebih dulu bersuara.

"Aku merasa aneh melihat sikapnya setelah dia pulang dari rumah sakit"

Arga mengingat tentang bagaimana sikap Arsha setelah keluar dari rumah sakit, tampak tidak peduli dengan siapapun. Biasanya Arsha akan mencari perhatian mereka atau melukai Selena, tapi belakangan ini Arsha tidak melakukan masalah apapun.

Terlihat jelas bahwa Arsha menghindari mereka, dan juga Selena tentunya.

Saat melihat itu Arga merasa asing dengan semua ini, merasa asing dengan Arsha, adiknya.

Arga tersenyum geli saat mengatakan bahwa Arsha adalah adiknya, nyatanya dulu dia tidak pernah memanggil Arsha dengan sebutan adik dan sekarang dia membayangkan bagaimana jika Arsha memanggilnya dengan sebutan Abang.

"Aku mau Arsha memanggilku Abang" lagi Arga berucap, namun tidak ada respon dari siapapun.

"Ayah, apakah kita masih harus egois seperti ini. Semua orang tahu Ayah, kematian Bunda adalah takdir. Kita tidak bisa melakukan hal ini pada Arsha terus-menerus, mau bagaimanapun dia adalah putra Bunda. Dia adikku" Arga mengutarakan perasaannya sekarang, lelah juga melihat adiknya yang selalu terluka karena mereka.

Sebagai seorang Abang tertua Arga merasa harus memiliki pikiran netral, dia jarang melukai Arsha tapi bukan berarti tidak pernah. Arga adalah tipe orang yang tegas dan penyayang, tidak seperti tiga orang di depannya yang memiliki sifat kasar dan dingin dan tegas dan over worker dan lainnya.

"Aku tahu kita semua terkejut dengan perubahan Arsha, tapi anak itu menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak lagi melukai Selena"

Frans mendengarkan saja apa yang dikatakan Arga, membiarkannya memimpin.

"Kita tidak bisa egois lagi, aku tidak mau kehilangan Arsha, dia semakin menjauh asal kalian tahu"

Mereka tahu, kepekaan mereka bisa menangkap jelas kalau Arsha selalu menghindar. Tidak pernah berbicara kecuali seseorang mengajaknya bicara, dan tidak lagi meminta perhatian seperti sebelumnya.











Tbc.

Reala : Who? | REVISI |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang