Tadi pagi, mansion keluarga Atraja sempat digemparkan dengan keadaan Arsha yang tiba-tiba pingsan.
Untungnya Arsha tidak sampai dirawat di rumah sakit.
Cairan infus masuk ke dalam tubuhnya perlahan-lahan, suara deru nafas yang teratur membuat Arsha terlihat damai dalam tidurnya.
Frans masih berada di samping ranjang yang Arsha tempati, pria itu masih merasa bersalah karena tidak menjaga Arsha dengan baik.
Padahal kita semua tahu bahwa hal itu bukan salah Frans.
Namun pria tua itu tetap menyalahkan dirinya sendiri, agaknya inilah sifat seorang Atraja.
Menyalakan orang lain atau menyalakan dirinya sendiri.
Egois memang...dan bodoh?
"Engh.."
Frans mendekati Arsha saat dirinya mendengar suara lenguhan, dilihat Arsha yang sudah membuka matanya dengan linglung.
"Arsha, butuh sesuatu baby?"
Arsha tidak menjawab dan masih menstabilkan penglihatan juga nafasnya yang sedikit sesak. Dilihatnya Frans yang setia berdiri di sampingnya "a..ir" satu kata.
Frans segera mengambil gelas air di atas nakas, mengambil kapas dan di celupkan ke dalam air. Lalu kapas itu di masukkan setengah ke dalam mulut Arsha.
Membiarkan Arsha menyesap perlahan air yang berada di kapas itu. Dirasa Arsha sudah mulai terbiasa, Frans kemudian mengarahkan gelas air itu ke depan mulut Arsha.
Membantunya minum dengan benar.
"Kau baik?"
Hanya anggukan yang Frans terima. Pria paruh baya itu mengeluarkan ponsel miliknya, menelpon seseorang "Kemari, dia sadar" ucapnya singkat dan langsung menutup panggilan itu.
Arsha hanya diam, masih kebingungan dengan ucapan Arshalio.
Frans yang melihat Arsha melamun lantas mengelus rambut Arsha, matanya menatap kosong dengan wajah tanpa ekspresi.
Tak lama Steven datang, dia membawa peralatan dokternya untuk memeriksa Arsha.
"Minggir, aku akan memeriksa Arsha"
Menurut tanpa mengatakan apapun, Frans berdiri dan membiarkan Arsha didekati oleh Steven, adiknya.
Beberapa menit pemeriksaan "Dia sudah lebih baik, berikan dia vitamin dan jangan sampai terlalu lelah"
Frans mengangguk sebagai jawaban.
.
.
.
Saat ini Arsha berada di kamar Frans, dengan infus dan berbagai makanan yang tergeletak di atas kasur.
Aslan dengan sigap menyuapinya dengan berbagai macam buah-buahan, Arsha tidak menolak karena dia kelaparan.
Pukul 09.55
Namun langit nampak mendung tanpa adanya hujan, membuat suasana menjadi sedikit lebih suram.
"Mau itu" Arsha menunjuk potongan buah semangka.
Aslan dengan sabar menyuapi satu persatu, melihat adiknya yang makan dengan lahap membuat hatinya senang.
Mengusap bibir dan pipi Arsha dengan tisu saat anak itu makan dengan belepotan.
Tidak ada topik yang bisa Arsha keluarkan, karena di depannya ada Aslan si freezer Junimart, sangat dingin.
Jadi, Arsha hanya menunjuk-nunjuk buah-buahan yang ingin dia makan, lalu Aslan akan mengambilkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reala : Who? | REVISI |
Fantasy|November ini akan ada revisi besar-besaran,cerita di setiap bab-nya akan dirombak baik alur maupun tokohnya | Arsha meninggal dunia di usianya yang ke 18 tahun, namun ia malah hidup kembali dalam sebuah cerita novel. "hah?" Publish : Mei 2023 Endin...